x

Juru Cerita (Sumber ilustrasi: phoenixmag.com)

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 29 Agustus 2022 06:09 WIB

Juru Cerita

Di tengah pertunjukannya, juru cerita berhenti sejenak untuk mengambil napas, dan kemudian tiba-tiba saja dia kehilangan arah. Tokoh, plot, setting, suasana, ya, bahkan moral ceritanya sendiri. Semuanya terhapus dari otaknya seperti butiran pasir disapu ombak laut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di tengah pertunjukannya, juru cerita berhenti sejenak untuk mengambil napas, dan kemudian tiba-tiba saja dia kehilangan arah. Tokoh, plot, setting, suasana, ya, bahkan moral ceritanya sendiri. Semuanya terhapus dari otaknya seperti butiran pasir disapu ombak laut.

Dilihat dari wajah para pendengarnya, itu pasti salah satu kisah terbaiknya. Mereka mencondongkan tubuh ke depan. Beberapa mulut ternganga terengah-engah, mata berbinar, menatap, tak berkedip agar tidak merusak suasana.

Juru cerita memindahkan berat badannya dari satu kaki ke kaki lainnya, berharap perubahan dramatis dalam posenya akan mengembalikan ingatannya, membantunya mendapatkan kembali jejak narasinya. Tapi tidak ada apa-apa. Hanya kehampaan, kabut abu-abu yang dingin, siulan pelan di telinganya seperti embusan angin di malam musim hujan. Dia merasakan ketegangan menumpuk di dadanya, teror kecil membangkitkan kepanikan yang luar biasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia mencari dalam wajah-wajah di depannya. Tentunya ada petunjuk yang bisa diambil dari setidaknya salah satu dari mereka.

Apakah itu sebuah kisah cinta? Dia pandai dalam hal itu, dia tahu. Itu akan menjelaskan kilau di mata gadis muda di sana. Tapi bagaimana dengan pemuda di sebelahnya, dengan seringai masam di bibirnya?

Tidak, mungkin itu adalah kisah petualangan besar, prestasi keberanian dan keperkasaan menyapu seluruh benua. Tapi lelaki tua di pojok itu, kenapa dia mengangguk dengan bijak? Oh, itu pasti salah satu drama moralitasnya, tentang pengalaman yang akan membantu mereka menavigasi perjalanan berbahaya dalam hidup mereka.

Namun, bagaimana dengan senyum senang pada anak-anak yang tersebar di antara kerumunan? Sebuah komedi! Pasti! Sebuah kejar-kejaran ringan, sedikit nakal, dimaksudkan untuk sejenak melupakan sebentar monotonnya keberadaan duniawi mereka!

Juru cerita menggeser berat badannya lagi, memiringkan kepalanya ke samping. Dia masih tidak tahu apa yang harus dia katakan selanjutnya.

Kemudian, seiring dengan meningkatnya kepanikan, dia merasakan sesuatu yang lain. Frustrasi, Kejengkelan.

Bukan, kata-kata yang tidak cukup kuat, itu adalah kemarahan yang meluap-luap. Semua wajah ini, semua wajah yang membutuhkan ini, tersusun dalam barisan yang rapi.

Mengapa harus menjadi tanggung jawabnya untuk menghibur mereka? Apakah dia tidak berhak menghibur dirinya sendiri? Mengapa dia selalu harus menguras jiwanya untuk kepentingan orang lain? Dia merasakan kemarahannya membengkak dan dia tahu bahwa pada saat itu akan muncul di wajahnya, dan mereka semua akan mundur ketakutan, dan dia akan diekspos sebagai penipu dangkal. Dia menunggu datangnya kebenaran, tak berdaya untuk menghentikannya.

Kemudian, tiba-tiba dalam keheningan yang mematikan, terdengar suara kecil di kakinya. Desahan kecil atau terkesiap?

Dia menatap mata seorang gadis kecil bermata lebar di barisan depan. Dia tidak bisa menahan diri, dan ketika dia menatapnya, bocah itu menggumamkan empat kata dengan lembut.

"Oh, kancil yang malang!" dia berkata.

Dia menatapnya.

Kancil?

Seketika, otaknya kembali bekerja.

Kancil! Tentu saja. Kancil!

Dia menghela napas dan mengedipkan mata pada gadis kecil itu.

"Jangan khawatir, sayang," katanya dengan senyum mengembang di wajahnya. Dia merasakan warna dan keajaiban dan misteri dunia memenuhi kepalanya lagi, dan dia membungkuk ke arah gadis kecil itu.

"Tunggu sampai kamu mendengar apa yang terjadi pada si kancil..."

 

Bandung, 28 Agustus 2022

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu