x

Gambar oleh jodeng dari Pixabay

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Juli 2021

Jumat, 2 September 2022 20:54 WIB

Kontraktor Nangis Darah, Aspal Buton Nangis Nanah

Apa solusi terbaik untuk aspal impor yang harganya sekarang sedang meroket ? Alternatif "terbaik, selain eskalasi nilai Kontrak, pemerintah harus introspeksi diri dan menyesali mengapa sampai sekarang aspal Buton masih belum mampu mengsubstitusi aspal impor. Pemerintah harus menjamin dan berjanji bahwa jangan sampai peristiwa para Kontraktor nagis “darah”, dan aspal Buton nagis “nanah” terulang kembali di masa depan. Caranya adalah sangat mudah dan sederhana. Upayakan segera agar aspal Buton mampu mengsubstitusi aspal impor.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berita viral yang sudah sejak lama ditunggu-tunggu, akhirnya muncul juga ke permukaan. Mengutip berita dari CNBC Indonesia tanggal 31 Agustus 2022, dengan judul “Kontraktor ‘Nangis Darah’, Kontrak Proyek Banyak Diputus, diberitakan bahwa akibat lonjakan harga aspal impor dan solar industri yang sangat tinggi, maka banyak Kontraktor yang terpaksa harus melakukan pemutusan Kontrak.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Indonesia sudah 42 tahun lebih mengimpor aspal. Indonesia adalah negara pengimpor aspal terbesar ke-10 di dunia berdasarkan data tahun 2017. Jadi diperkirakan pada saat ini Indonesia sudah menjadi negara pengimpor aspal terbesar ke-5 setelah China, Amerika Serikat, India, dan Jepang. Indonesia mengimpor rata-rata 1,2 juta ton per tahun, atau senilai US$ 600-900 juta per tahun. Dan jumlah ini akan terus meningkat tiap tahunnya.

Harga aspal impor pada bulan Januari 2021 masih sekitar US$ 420 per ton. Dengan terjadinya perang Rusia-Ukraina yang mengakibatkan harga minyak bumi dunia naik sangat tinggi ke harga di atas US$ 100 per barel, maka telah berdampak langsung kepada meroketnya harga aspal impor. Pada bulan September 2022, harga aspal impor sekarang sudah mencapai sekitar US$ 745 per ton, atau naik sekitar 77%. Maka tidaklah heran apabila Kontraktor-kontraktor menjadi panik dan putus asa dengan naiknya harga aspal impor yang luar biasa tinggi tersebut. Dan hal ini tidak pernah diduga dan diprediksi akan terjadi sebelumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau kita mau belajar dari pengalaman di masa lalu, bahwa sejatinya harga aspal impor itu sudah pernah mencapai harga tertinggi dalam sejarah; yaitu sudah pernah mencapai harga US$ 825 per ton. Hal ini terjadi pada bulan Agustus 2008. Hal ini diakibatkan oleh kenaikan harga minyak bumi dunia yang telah menembus harga di atas US$ 100 per barel. Jadi kalau kita bijak bercermin pada kejadian di masa lalu, maka peristiwa kenaikan harga aspal impor yang sekarang sedang terjadi penyebabnya adalah persis sama. Yaitu akibat dari kenaikan harga minyak bumi dunia yang telah mencapai harga di atas US$ 100 per barel.

Setelah para Kontrakor menangis "darah", karena sudah tidak sanggup dan mampu lagi melaksanakan proyek-proyeknya, maka apa jalan keluar sebagai solusi terbaik yang bisa pemerintah tawarkan kepada mereka agar para Kontraktor akan bersedia dan mau melanjutkan melaksanakan proyek-proyeknya tersebut? Kelihatannya tidak ada alternatif lain yang lebih baik selain membuat amandemen kontrak dengan mengakomodasi permintaan para Kontraktor untuk menambah klausul eskalasi kenaikan harga aspal dan solar industri di dalam Kontrak. Dari mana dana akan diperoleh untuk menambah nilai kontrak akibat adanya kebijakan eskalasi harga ini? Sudah pasti dana pemerintah akan berasal dari APBN. Maka ujung-ujungnya rakyat Indonesia juga yang akan selalu menjadi korban dan dirugikan.

Apa justifikasi pemerintah untuk meminta tambahan dana dari APBN guna menyetujui permohonan para Kontraktor untuk mengeskalasi kenaikan harga aspal impor dan solar industri tersebut? Justifikasi pertama adalah agar proyek-proyek pemerintah dapat dilanjutkan. Karena apabila proyek-proyek pemerintah tersebut terhenti atau tertunda, maka kerugian yang diderita oleh negara akan semakin besar. Kemudian, justifikasi kedua adalah kenaikan harga aspal impor yang sangat tinggi tersebut adalah akibat di luar kendali dan antisipasi pemerintah. Kejadian ini dapat disebut juga sebagai kejadian ”Force Majeure”, atau dalam bahasa Indonesianya disebut juga sebagai keadaan kahar. Kejadian naiknya harga aspal impor yang sangat tinggi ini mungkin dapat dikategorikan sebagai “Force Majeure” yang subjektif, dimana proyek-proyek sudah tidak mungkin sama sekali dapat dilaksanakan oleh para Kontraktor bagaimanapun keadaannya, karena kenaikan harga aspal impor dan solar industri tidak pernah terduga sama sekali pada saat dibuatnya Kontrak.

Pertanyaan rakyat sekarang adalah apa rencana atau upaya mitigasi pemerintah ke depan agar peristiwa kenaikan harga aspal impor yang meroket ini tidak akan terulang kembali? Ingat, bahwa kenaikan harga aspal impor yang sangat tinggi sekarang ini, bukan yang pertama kali terjadi. Tahun 2008 sudah pernah terjadi. Dan pada saat itu pemerintah telah lalai untuk mengantisipasinya ke depan dengan mencari solusi pengganti aspal impor. Apakah kelalaian di masa lalu itu merupakan tindakan yang disengaja atau tidak disengaja ? Kita sebagai rakyat Indonesia tidak akan pernah tahu.

Apakah dengan melakukan eskalasi kenaikan harga Kontrak, maka persoalannya sekarang sudah selesai? Sejatinya persoalan masalah aspal impor itu tidak akan pernah selesai, sebelum aspal impor dapat disubstitusi oleh aspal Buton. Apabila sekarang ini para Kontraktor sedang nangis “darah”, jujur kata tidak banyak orang yang tahu bahwa aspal Buton sudah sejak sangat lama nangis “nanah”. Betapa sakit hatinya aspal Buton melihat fakta tak terbantahkan bahwa selama ini pemerintah selalu berbicara bahwa oleh karena kebutuhan aspal nasional akan selalu meningkat tiap tahunnya, maka Indonesia perlu meningkatkan juga impor aspal tiap tahunnya. Jadi selama ini pemerintah menganggap aspal Buton sebagai apa?

Apa yang sudah dan sedang terjadi, terjadilah. Semuanya itu pasti ada hikmahnya. Masih banyak yang harus kita pelajari dari kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa di masa lalu. Khususnya mengenai masalah dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kita. Kita harus yakin dan pecaya bahwa apa yang sudah terjadi itu merupakan kehendak Allah SWT yang terbaik bagi kita semua. Bagi bangsa dan negara Indonesia. Tetapi kita tetap harus terus berupaya dan berikhtiar yang terbaik, agar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Apalagi kesalahan yang sangat fatal seperti yang telah terjadi menimpa aspal Buton.

Apa solusi terbaik untuk aspal impor yang harganya sekarang sedang meroket ? Alternatif terbaik, selain eskalasi nilai Kontrak, pemerintah harus introspeksi dan menyesali diri mengapa sampai sekarang aspal Buton masih belum juga mampu mengsubstitusi aspal impor. Pemerintah harus menjamin dan berikrar bahwa jangan sampai peristiwa para Kontraktor nangis “darah”, dan aspal Buton nangis “nanah” ini akan terulang kembali di masa depan. Caranya adalah sangat mudah dan sederhana. Upayakanlah segera agar aspal Buton mampu mengsubstitusi aspal impor.

Selama pemerintah mau jujur dan ikhlas belajar, serta mengambil hikmah dari kejadian-kejadian di masa lalu, maka mudah-mudahan di masa depan yang akan ada hanyalah tangis bahagia dari para Kontraktor dan aspal Buton. Dan itu juga merupakan tangis bahagia dari kita semua, seluruh rakyat Indonesia. Ayo pemerintah Indonesia, kamu harus bisa mengsubstitusi aspal impor dengan aspal Buton !  

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler