Kebangkitan sektor kebudayaan di Indonesia tidak akan terwujud tanpa adanya kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, akademisi dan masyarakat sebagai pelaku budaya.
Dalam perkembangan kebudayaan sunda, Keraton Sumedang Larang memiliki peran vital yang telah dikukuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2020 yang menyatakan Sumedang sebagai pusat kebudayaan sunda.
Guna memperkuat semangat yang telah tercetus dari pemerintah dan masyarakat tersebut, Universitas Indonesia menurunkan tim Pengabdian Masyarakat (pengmas) ke Kabupaten Sumedang untuk berkontribusi meningkatkan kemampuan Keraton Sumedang Larang dalam menjangkau masyarakat melalui teknologi, informasi dan komunikasi (Minggu, 25/9).
Keraton Sumedang memiliki dua lembaga yang berfungsi sebagai media penjangkauan masyarakat, yaitu melalui museum dan perpustakaan. Ke dua lembaga tersebut memberikan informasi kepada pengunjung mengenai koleksi budaya dan kegiatan kebudayaan sunda yang dikelola oleh Keraton Sumedang hingga saat ini.
Tim pengmas yang dipimpin oleh Dr. Tamara Adriani Salim ini menginisiasi program kolaborasi antara Perpustakaan Keraton Sumedang Larang dan Museum Prabu Geusan Ulun di Sumedang, Jawa Barat. Program ini di awali dengan pembuatan katalog online bersama antara Perpustakaan dan Museum. Katalog tersebut dapat diakses masyarakat pada website sumedangmuseum.com.
“Kerja sama yang telah berlangsung dari tahun lalu ini, semoga bisa memperkuat ketahanan budaya di Indonesia, khususnya budaya sunda, di tengah peradaban dunia melalui pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan,” tutur Dr. Tamara dalam sesi pembukaan acara di Sumedang (25/9).
Kegiatan ini dihadiri oleh tim pengelola Perpustakaan Keraton Sumedang Larang, tim pengelola Museum Prabu Geusan Ulun, serta Keraton Sumedang Larang yang diwakili oleh Radya Anom Lucky Djohari Soemawilaga dan anggota Yayasan Nadzir Wakaf Pengeran Sumedang (YNWPS).
Pengelola museum, Ibu Novianti Suryani, S.H, menyatakan bahwa pengunjung Museum Prabu Geusan Ulun dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu akademisi dan masyarakat umum. Di sisi lain, Ibu Fetty Soemawilaga, selaku pengelola perpustakaan mengatakan pengunjung di Perpustakaan Keraton Sumedang didominasi oleh akademisi. Kemiripan sasaran pengunjung tersebut, membuat ke dua lembaga sepakat melaksanakan kegiatan kolaborasi untuk meningkatkan penjangkauan pada masyarakat.
Dalam kegiatan ini, tim pengabdi Universitas Indonesia melatih pengelola perpustakaan dan museum untuk mengembangkan katalog online yang telah diinisiasi oleh tim pengabdi. Pengembangan tersebut akan terus berjalan seiring dengan perkembangan deskripsi informasi yang dapat ditambahkan oleh ke dua lembaga.
Ikuti tulisan menarik Wira Najahah lainnya di sini.