x

Sumber ilustrasi: peakpx.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 19 Oktober 2022 19:26 WIB

Di Sisi Lain

Kamu tahu lelaki yang baik saat kamu melihatnya. Itulah yang akan dikatakan nenek buyutku. Pada masa itu, pulau itu penuh dengan lelaki dan perempuan dapat memilih, seperti kamu memetik kelapa dari pohon. Cerita yang menjadi legenda, cerita nenek buyutku itu. Cara dia bercerita yang membuatnya menjadi hidup. Paus raksasa d

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kamu tahu lelaki yang baik saat kamu melihatnya, itulah yang dikatakan nenek buyutku.

Pada masa itu, pulau itu penuh dengan lelaki dan perempuan dapat memilih, seperti kamu memetik kelapa dari pohon.

Cerita yang menjadi legenda, cerita nenek buyutku itu. Cara dia bercerita yang membuatnya menjadi hidup.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Paus raksasa datang dari sisi lain pulau dan membawa pergi semua laki-laki termasuk anak laki-laki kami, meninggalkan kami semua, ketika aku masih kecil.

Kami menonton pertunjukan itu, terpesona. Aku dan teman-temanku terpesona. Setiap musim dingin, ibu kami akan menghadiahi kami bola salju kaca bundar dengan laki-laki yang terpahat indah, namun rapuh, terperangkap di dalamnya.

Maka aku pergi ke laut dan berdoa kepada para dewa untuk mengirim seorang lelaki untuk dicintai, untuk mengguncang bumi dan memberikan keajaiban. Untuk menciptakan banyak anak dari  bayi kecil yang lucu dengan wajah bulat menjadi anak laki-laki dan perempuan. Gadis yang sama, yang tidak akan pernah menjadi tua atau meninggalkan pulau atau mati.

Dan semua wanita berlalu. selalu lalu. Dengan bayi-bayi yang belum lahir dan mimpi-mimpi sunyi, tidak tersentuh. Bahkan tidak diketahui oleh diri mereka sendiri, berjalan-jalan dengan rahim mereka yang membusuk, tidak mampu menjulurkan tubuh mereka ke dalam diri yang lain.

Mereka berlalu satu sama lain dan lupa untuk tersenyum dan bernapas di malam hari.

Dan aku?

Aku berbaring di pasir pantai dan air menghanyutkanku pergi, dan membawaku kembali ke diri sendiri.

Aku datang ke diri sendiri Bersama gelombang, tetapi hanya itu yang ada. Selalu sendiri.

Aku menyentuh diriku dan berpikir, aku masih di sini. Dagingku masih segar, Rambut di bawah kulit belum tumbuh.

Aku bisa lebih cepat dari balon udara!

Aku bisa menjadi burung camar, atau merpati.

Aku ingin tahu apakah ada pulau lain, di sisi lain.

Suatu waktu ada seorang lelaki, dengan mata ungu tua dan napas berdengik bagai biola raksasa. Kami bersentuhan dengan tangan yang terentang, dari sisi berlawanan dari gelas yang sama.

Saat fajar ketika mimpi menyantap apel panggang dan kehidupan sehari-hari, dan kami tidak bisa membedakan laut dari langit.

Dia bilang dia harus meninggalkan pulau dengan balon malam itu. Dia menjanjikan dunia memberikan ciuman selamat tinggal.

Aku berusia lima belas tahun dan rambutku memanjang sampai ke mata kaki.

Aku yang penuh kerinduan.

Jika rambutku bisa menembus kaca itu, dia akan meraih bahunya dan menjebaknya di dalam diriku, selamanya di sisi sini.

Maka ketika seekor paus raksasa datang ke pantai dan menatap mataku, saya mengikutinya. Aku menganggapnya sebagai pertanda.

Hari menjadi gelap, biru tua, ketika paus menutup mataku. Bagian dalam rahimku, payudaraku, lubang hidungku, otakku, semuanya terisi dengan sesuatu yang jauh lebih besar dariku. Aku membuka mulutku lebar-lebar dan aku bertanya pada samudra dan langit: apakah ini cinta sejati?

Apakah baik? Untuk mati? Untuk hidup?

 

Bandung, 19 Oktober 2022

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB