x

Konser K-Pop

Iklan

Raihan Cikal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Desember 2022

Jumat, 16 Desember 2022 16:53 WIB

Pengaruh Korean Wave Pada Perilaku Seseorang

Sudah tidak asing di telinga kita jika mendengar tentang gelombang korea atau biasa dikenal dengan korean hallyu atau korean wave. Akan tetapi, bagi yang tidak mengetahui korean wave akan menganggap hal tersebut hanya untuk hiburan semata. Padahal banyak hal yang terpengaruh oleh korean wave di zaman sekarang, lalu apa saja hal-hal yang dapat memengaruhi seseorang karena korean wave?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

A life of excess is not a good life. Excess of anything leads to perversion and depression

-Sadhguru

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dewasa ini banyak budaya yang berkembang dan berinovasi, salah satunya Korean wave. Korean wave memengaruhi beberapa aspek yang ada di masyarakat, seperti teknologi, makanan, pakaian, musik, produk kecantikan, drama dan film, juga gaya hidup dan bahasa. 

 

Sifat Fanatisme

Era teknologi yang canggih membuat banyak orang dengan bebas bisa mengakasesnya, salah satu di antaranya adalah Twitter. Dilansir dari web Data Indonesia, Menurut laporan We Are Social, jumlah pengguna Twitter di Indonesia mencapai 18,45 juta pada 2022. Angka tersebut menempatkan Indonesia di peringkat kelima negara pengguna Twitter terbesar di dunia.

Dari sejumlah banyaknya pengguna Twitter tersebut, sebagian besarnya adalah penggemar K-pop. Mengapa Twitter? Karena rata-rata idola mereka lebih sering update di platform Twitter mengenai kegiatan mereka maupun informasi mengenai jadwal kegiatan mereka. Selain itu, dengan adanya fitur tweet memberi mereka kemudahan dalam mendukung idola mereka, dengan cara menaikkan hashtag mengenai idola mereka.

Penggemar K-pop Indonesia terkenal dengan sifatnya yang sangat loyal kepada idola mereka, dan menjadi salah satu yang sering meramaikan trending tweet mengenai idola atau grup favorit mereka. Mereka biasanya mempunyai sebuah kelompok yang mengidolakan idola yang sama dan biasa dikenal dengan fandom. Mereka juga tidak akan segan membela idola-idola mereka jika ada yang dengan sengaja menghina idolanya. Tidak jarang saya menemukan war (perang) antara penggemar K-pop dengan non KPopers di Twitter, tentu saja beberapa penggemar K-pop yang mudah tersinggung akan langsung membela idola mereka. Mereka tidak segan saling menghina dan mencaci maki.

 

Hal ini tidak hanya dapat terjadi dengan non KPopers, mereka juga sering menyingung fandom satu sama lain yang menyebabkan fanwar antar fandom. Seperti contohnya fandom antara BTS dan Blackpink, lalu fandom NCT dengan BTS, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan, tidak jarang ada yang menciptakan fanwar di dalam fandom sendiri, hal ini sering saya temukan contohnya pada fandom Blackpink, yaitu blink. Semua hal tersebut sering saya lihat di tweet yang ramai atau trending Twitter. Ironisnya kebanyakan para fandom yang saling bertengkar ini, dalam kehidupan nyatanya para idola mereka malah berteman baik satu sama lainnya. Hal inilah yang membentuk stereotip fanatisme melekat pada penggemar K-pop. 

 

Namun, sikap fanatisme terhadap idola mereka ini sering membawa dampak yang negatif. Menurut Mutaali dan Prastiti (2019), “fanatisme dapat diartikan sebagai suatu keyakinan terhadap objek fanatik yang sering dikaitkan dengan sesuatu atau rasa senang yang berlebihan pada suatu objek. Di mana sikap fanatik ini biasa ditunjukkan melalui antusiasme terhadap objek yang ekstrem, emosi, minat yang berlebihan dalam waktu lama. Sering kali menganggap hal yang mereka yakini merupakan hal yang paling benar”. Lebih lanjut lagi, “Fanatisme adalah suatu keyakinan tentang sesuatu yang positif atau negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga sulit diluruskan atau diubah. 

 

Fanatisme dianggap sebagai penyebab menguatnya perilaku kelompok yang tidak jarang menimbulkan perilaku agresi. Seseorang yang memiliki sifat fanatik cenderung kurang memperhatikan kesadaran sehingga sering kali perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional” (Chandra, 2011: 1). Di samping itu, untuk membedakan dengan mudah antara penggemar lama dan baru terlihat dari cara mereka menanggapi hate comment, biasanya penggemar baru akan lebih agresif dan berapi-api, dilain sisi penggemar lama cenderung akan lebih santai dan tidak terlalu serius dalam menanggapi hate comment.

 

Perilaku Konsumtif

Tidak lengkap rasanya jika seorang penggemar K-pop tidak membeli merchandise, album, photocard, ataupun tiket konser demi mendukung sang idola. Saya mempunyai seorang teman yang cukup antusias dalam menggemari K-pop, ia rela membeli banyak album, photocard, dan album untuk koleksinya. Walaupun barang-barang tidak terlalu ia butuhkan, juga selain itu harganya cukup mahal. Setelah waktu berselang 2 tahun kemudian, Ia pun menyesali perilakunya yang konsumtif hanya untuk kepuasan semata. Padahal uang tersebut bisa lebih bijak lagi digunakannya. Menurut Sumartono (2002) “perilaku konsumtif adalah membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan”. Lalu Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010), Muslich (2017), dan Rahmadian (2018) menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fanatisme dengan perilaku konsumtif pada pendukung atau penggemar. Artinya semakin tinggi fanatisme yang dimiliki penggemar semakin tinggi pula perilaku konsumtif yang dimiliki, sebaliknya semakin rendah fanatisme yang dimiliki penggemar semakin rendah perilaku konsumtif yang dimiliki penggemar. 


Dari dua hal di atas dapat disimpulkan, selain membawa hiburan korean wave dapat membawa dampak yang negatif seperti mengubah perilaku seseorang menjadi fanatik dan konsumtif. Semua itu dilakukan karena pikiran yang tidak rasional saat mengidolakan sesuatu. Bersikap loyal itu baik, akan tetapi sesungguhnya sesuatu yang berlebihan tidakklah baik. Maka dari itu jika kamu seorang penggemar K-pop, bersikaplah yang sewajarnya dan tidak berlebihan dalam bertindak atau mengidolakan sesuatu. “Anything in excess is a poison” -Theodore Levitt.

Ikuti tulisan menarik Raihan Cikal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB