x

Kelompok Barongsai dan Liong Naga Doreng simbol keberagaman

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Rabu, 25 Januari 2023 13:38 WIB

Barongsai “Naga Doreng” Batalyon Arhanudse 15 Kodam IV/Diponegoro Simbol Kebhinekaan

Naga Doreng merupakan bagian dari alat pembinaan teritorial (binter) prajurit kepada masyarakat. Jadi, sebisa mungkin, mereka akan hadir untuk menghibur warga. Naga Doreng juga menjadi simbol kebhinnekaan. Alat pemersatu tanpa membedakan suku, agama, ras, dan etnik. Naga Doreng melalui seni ingin mengajarkan, tidak ada sekat di antara sesama warga Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kelompok Barongsai Naga Doreng Batalyon Arhanudse 15 Semarang selalu tampil unik ketika menyuguhkan atraksi barongsai dan liong. Kelompok ini mengambil nama Naga Doreng, karena mengusung nuansa doreng khas tentara untuk menunjukkan identitas sebagai personel Batalyon Arhanudse 15 Semarang. Dari seragam hingga sisik naga liong, tidak lepas dari warna doreng.

Yang mengagumkan meski para pemainnya bukan dari kalangan Tionghoa, atraksi yang disuguhkan kelompok barongsai Naga Doreng selalu menarik perhatian. Ketepatan, kekompakan, dan kecepatan gerakan mereka patut diacungi jempol.

Liong sepanjang 10 meter yang dimainkan 9 orang tampak seperti naga hidup. Liukan demi liukan dibawakan sangat luwes, nyaris tanpa patahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak hanya di Semarang, jagad barogsai dan liong nasional pun mengakui kelebihan tersebut. Prestasinya, terbukti, di Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar 2016, Naga Doreng menyabet dua medali emas sekaligus, dalam  kategori kecepatan dan halang rintang.

Naga Doreng

 Naga Doreng sudah kenyang menyabet prestasi. Koleksi piala kejuaraan sudah penuh sesak di almari trofi. Di antaranya Juara II Presiden Cup 2012, Juara I Nasional mewakili Jateng kategori Naga Kecepatan 2015, dan empat gelar Juara I berturut-turut Kejuaraan Jogja Dragon Festival Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) dari 2013-2016.  Prestasi itu boleh dibilang nyaris tanpa kerja keras. Sebab, saban hari, fisik, kecepatan, dan kekompakan mereka sudah digembleng lewat latihan militer. Praktis, ketika memegang liong dan barongsai, mereka bisa bergerak sangat gesit dengan stamina yang tetap terjaga.

Naga doreng  mengadopsi gerakan-gerakan barongsai dan liong asli Tiongkok yang ditonton lewat Youtube. Dari gerakan itu, kami olah lagi untuk menjadi gerakan khas Naga Doreng.

 

Diceritakan, sebelum berangkat mengikuti lomba, tim Naga Doreng selalu sowan di salah satu kelenteng di Pecinan Semarang. Di sana, mereka menggelar prosesi yang sudah menjadi tradisi Naga Doreng.

Kalau bukan mau lomba, jadwal kami sering terbentur karena kegiatan satuan harus tetap berjalan. Tapi kalau sudah TC, ngumpulnya gampang bange karena satu batalyon. Jadi, lebih mudah mengumpulkannya.

Naga Doreng memang kerap mendapat job. Terutama menjelang perayaan Imlek. Seperti di Pecinan, Kelenteng Sampokong, Water Blaster, di depan Gubernur Jateng atau Pangdam IV/Diponegoro pada acara tertentu. Naga Doreng juga kerap manggung di luar kota, seperti Jatim dan Jakarta.

Naga Doreng yang lahir 3 Desember 2003 tidak pernah mematok tarif ketika diundang untuk mengisi acara. Menurutnya, Naga Doreng merupakan bagian dari alat pembinaan teritorial (binter) prajurit kepada masyarakat. Jadi, sebisa mungkin, mereka akan hadir untuk menghibur warga. Naga Doreng juga menjadi simbol kebhinnekaan. Alat pemersatu tanpa membedakan suku, agama, ras, dan etnik. Naga Doreng ingin mengajarkan, tidak ada sekat di antara sesama warga Indonesia.

*0 Christian Heru Cahyo Saputro. Mantan Kontributor indochinatown.com, Penggiat Heritage di Jung Foundation Lampung Heritage dan Pan Sumatera Network (Pansumnet) kini bermukim di Semarang

 

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler