... atau ceramahmu itu
Toch, hingga saat ini tak nampak jua wujud tatanan ideal seperti yang kau teriakkan
Dari podium ke podium, mimbar ke mimbar, dan dari majelis ke majelis yang sengaja kau ciptakan
Ketimpangan hidup di sekelilingmu, tak jauh darimu, masih saja menganga
Tak beranjak, dan pantulkan wujud tatanan harmonis seperti yang kau tawarkan
Lalu, untuk apa narasi-narasimu terus membombardir tiada henti
Jikalau tak pernah menyentuh, mewujud nyata dalam kehidupan?
Bukankah agama adalah soal tatanan hidup yang di dalamnya memancarkan
Saling kasih sayang, saling memakmurkan antar sesama ciptaan sebagai hamba Tuhan?
Namun, mana wujud nyata dalam suguhan yang bisa dirasakan?
Apakah cukup hanya dengan nyayian teriakan yang sarat oleh harapan dan impian?
Sementara, saat ini, tak ditemukan sama sekali dan diharapkan nanti setelah mati
Hidup dalam pertikaian dan peperangan yang tiada henti dan kian menjadi-jadi
Menawarkan kehidupan surgawi dalam janji-janji pun tiada henti
Karenanya, khotbailah, ceramahilah dirimu sendiri
Dan, kami hanya butuh bukti, bukan hanya janji-janji untuk saat ini, bukan nanti setelah mati ...
*****
Kota Malang, Februari di hari kesatu, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.
Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.