x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Rabu, 8 Februari 2023 08:33 WIB

Vihara Buddhagaya Watu Gong, Namanya Merujuk Pada Batu yang Mirip Gong

Konon, nama Watu Gong merujuk dari sebuah batu mirip alat musik gong yang dulu berada di depan lokasi vihara."Namanya Watu Gong karena adanya batu yang berbentuk gong, dari dulu ada disini, dulu katanya di pinggir jalan sekarang dipindah di dalam," jelas Juminto (35) penjaga vihara, kepada indochinatown.com , belum lama ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Vihara Buddhagaya Watu Gong. berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pudakpayung, Banyumanik, Semarang.Tepatnya di depan markas Kodam IV Diponegoro. Vihara ini merupakan tempat beribadah bagi umat Buddha, namun juga dibuka untuk wisata umum. Tempat ini ramai saat weekend dan acara agama besar Buddha.

Konon, nama Watu Gong merujuk  dari sebuah batu mirip alat musik gong yang dulu berada di depan lokasi vihara."Namanya Watu Gong karena adanya batu yang berbentuk gong, dari dulu ada disini, dulu katanya di pinggir jalan sekarang dipindah di dalam," jelas Juminto (35) penjaga vihara, kepada indochinatown.com , belum lama ini.

Vihara ini mempunyai dua bangunan utama, yaitu pagoda Avalokitesvara dengan tinggi 45 meter dan aula Dhammasala."Kalau pagoda yang di dalamnya ada patung Dewi Kwan In, untuk ibadah umat Buddha Tiongkok. Sedangkan di sana (Dhammasala) di dalamnya ada patung Buddha Sidharta Gautama untuk umat Buddha India dan Thailand," papar Juminto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun yang menjadi ikon tempat ini adalah Pagoda Avalokitesvara yang menjulang tinggi. Pagoda yang setinggi 45 meter ini memiliki tujuh tingkat dan satu lantai saja.Tujuh tingkat sendiri memiliki makna bahwa seseorang akan mencapai kesucian pada tingkat ketujuh. "Lantai satu terdapat patung Dewi Kwan In, lalu setiap tingkatan ada patung Dewi Kwan In," imbuh Juminto

Pengunjung yang datang bisa berdoa di dalam pagoda. Pengelola menyediakan sarana berdoa mulai dari dupa dan lilin.Pengunjung hanya mengganti uang lilin dna dupa sesuai jenis lilin yang dipilih.

Di bagian depan pagoda, ada pohon bodi dan patung Budha serta dewi welas asih. Tak hanya dari umat Buddha, ada juga pengunjung dari kalangan umum.

Para pengunjung berfoto-foto dengan latar belakang pagoda dengan pohon bodi.

"Baru pertama kesini, bagus kok, seperti di negara tirai bambu," ujar Ferry, salah satu wisatawan dari Medan

Untuk masuk ke vihara ini, pengunjung tidak perlu membayar  tiket masuk, cukup memberikan dana sumbangan seikhlasnya saja. Vihara Buddhagaya bisa menjadi pilihan berlibur saat berada di Kota Semarang, terlebih untuk umat Buddha yang ingin wisata sekaligus ibadah.

*) Christian Heru Cahyo Saputro, pejalan, suka motret, tukang tulis dan suka berbagi kisah tinggal di Semarang.

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler