x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Senin, 27 Februari 2023 09:33 WIB

Reog, Kisah Legenda Seni dari Tlatah Ponorogo

Kota Ponorogo merupakan asal muasal seni pertunjukan Reog. Kini Reog juga menjadi ikon kota Ponorogo, di gerbang kotanya sebagai tengara dihiasi dua sosok tokoh dalam pertunjukan Reog yaitu; sosok warok dan gemblak. Reog ternyata bukan sekadar pertunjukan semata. Dalam Reog terkandung sebuah falsafah dan cerita yang membuat seni ini hidup dan berbicara. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Reog  yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, merupakan seni pertunjukan yang melegenda dan sangat popuer di Indonesia. Bahkan Reog terkenal hingga mancanegara. Saking terkenalnya, ketika negara tetangga Malaysia mencoba mengklaim kesenian yang satu ini, hampir seluruh masyarakat Indonesia  geram. Kegeraman ini semakin menjadi setelah sebelumnya Malaysia mengklaim batik sebagai warisan budaya mereka.

Kota Ponorogo merupakan asal muasal seni pertunjukan Reog. Kini Reog juga menjadi ikon kota Ponorogo, di gerbang kotanya sebagai tengara dihiasi dua sosok tokoh dalam pertunjukan Reog yaitu; sosok warok dan gemblak.

Reog ternyata bukan sekadar pertunjukan semata. Dalam Reog terkandung sebuah falsafah dan cerita yang membuat seni ini hidup dan berbicara. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejarah Reog Ponorogo

Disigi dari sejarahnya, banyak sekali cerita yang muncul seputar asal usul munculnya reog. Namun dari semua cerita yang beredar, yang paling terkenal adalah cerita mengenai pemberontakan Ki Ageng Kutu. Ki Ageng kutu merupakan seorang abbdi dari kerajaan pada masa Bhre Kertabumi, yang merupakan raja dari Majapahit yang terakhir dan berkuasa pada abad ke-15. Ki ageng Kutu murka melihat tingkah laku raja yang terpengaruh oleh teman yang berasal dari negara China. Karena pengaruh kawannya yang sangat kuat tersebut Sang Raja menjadi melalaikan tugasnya sebagai kepala negara sehingga kerajaan menjadi sangat korup. Di lain pihak, Ki Ageng Kutu merasa bahwa kekuasaan kerajaan Majapahit akan segera berakhir .

Dengan berbekal tekad yang teguh akhirnya beliau meninggalkan sang raja dan mendirikan sebuah perguruan lalu mengajarkan seni beladiri, ilmu kekebalan diri dan ilmu kesempurnaan dengan harapan agar kaum muda dapat menjadi bibit yang berbobot dalam kebangkitan kembali kerajaan Majapahit kelak.

Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bhre Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Dalam pertunjukan Reog terdapat topeng Singo Barong  yang merupakan simbol dari raja Bhre Kertabumi.yang di atasnya di tancapkan Bulu - bulu burung Merak yang menyimbolkan kuatnya pengaruh para bala china nya yang mengatur segala gerak dan tingkah lakunya. 

https://www.indonesiana.id/admin/foto#

Menarik bukan sejarah kesenian Reog Ponorogo. Ternyata dibalik keindahan gerakan tari dan ornamennya tersimpan makna filosofis tentang perjuangan melawan raja yang korup. Sungguh kesenian Reog Ponorogo merupakan salah satu budaya warisan leluhur bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya.

Tokoh Seni pertunjukan Reog

Tokoh pertama, Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.

Reog Ponorogo

Tokoh kedua adalah warok, 'warok' yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.

 

Atau dalam istilah Jawa-nya, warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

 

Tokoh ketiga, adalah barongan atau dadak merak. Barongan (dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; kepala harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit harimau gembong.

 

Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik-manik (tasbih).

 

Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.

 

Tokoh keempat, adalah Prabu Klono Sewandono. Prabu Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman.

 

Ke mana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja digambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinya pun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.

 

Dan tokoh terakhir dalam kesenian reog adalah Bujang Ganong. Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga di setiap penampilannya senantiasa di tunggu-tunggu oleh penonton khususnya anak-anak.

 

Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti. Reog, sebagai seni tradisi lokal yang cukup populer adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri.

 

Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono Sewandono dan wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh para warok. Para warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Pementasan Seni Reog

Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah.

 

https://www.indonesiana.id/admin/foto#

Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang  atau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping.

Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,

Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.

Adegan terakhir adalah singa barong,  dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.  Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.  

Kontroversi

Tarian sejenis Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia  dinamakan Tari Barongan  tetapi memiliki unsur Islam. Tarian ini juga menggunakan topeng dadak merak  yaitu topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak. Deskripsi dan foto tarian ini ditampilkan dalam situs web resmi Kementerian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia.

https://www.indonesiana.id/admin/foto#

Kontroversi timbul karena pada topeng dadak merak di situs resmi tersebut terdapat tulisan "Malaysia", dan diakui sebagai warisan masyarakat keturunan Jawa yang banyak terdapat di Batu Pahat, Johor dan Selangor, Malaysia.

Hal ini memicu protes berbagai pihak di Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang menyatakan bahwa hak cipta kesenian Reog telah dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004, dan dengan demikian diketahui oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia.Ditemukan pula informasi bahwa dadak merak yang terlihat di situs resmi tersebut adalah buatan pengrajin Ponorogo. Ribuan seniman Reog sempat berdemonstrasi di depan Kedutaan Malaysia di Jakarta.Pemerintah Indonesia menyatakan akan meneliti lebih lanjut hal tersebut.

Pada akhir November 2007, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain menyatakan bahwa Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli negara itu. Reog yang disebut "Barongan" di Malaysia dapat dijumpai di Johor dan Selangor, karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri tersebut sebelum pembentukan negara Indonesia, menjadikan migran itu tidak termasuk sebagai warga negara Indonesia.

*) Christian Heru Cahyo Saputro, suka motret, tukag tulispncatat seni tradisi tinggal di Semarang

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler