x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Rabu, 29 Maret 2023 17:58 WIB

Melacak Jejak Perjuangan di Museum Vredeburg Yogyakarta

Sejarah Benteng Vredeburg tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kota Yogyakarta baik sebagai ibukota Kasultanan Yogyakarta dan ibukota NKRI. Pelestarian Benteng Vredeburg sebagai museum bukan berarti pengagungan simbol kejayaan kolonial.Akan tetapi tujuannya untuk mendapatkan fungsi baru yang dapat memberikan informasi dan aspirasi perjuangan nasional bagi generasi mendatang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Benteng Vredeburg yang punya makna benteng perdamaian lokasinya sangat strategis. Benteng yang kini dijadikan museum ini berada di kawasan nol kilometer kota Yogyakarta.

Inilah yang menjadikan daya tarik bagi para wisatawan. Kini Benteng Vredeburg menjadi destinasi wisata yang unik dan k has. Apalagi kawasan ini juga sering dijadikan venue kegiatan-kegiatan budaya baik lokal mau nasional.

Selain itu, benteng ini juga dikelilingi  bangunan-bangunan kolonial Gedung Agung (bekas rumah residen), gereja Ngejaman (GPIB Margamulya), bekas Senisono (Sekomplek dengan  Gedung Agung), kantor BNI 1946, kantor Pos, kantor Bank Indonesia ,Societeit Militaire. Dan ikon Yogyakarta Malioboro.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wisata Edukasi

 

Gerbang Museum Vredenburg

Sejarah Benteng Vredeburg tidak dapat dipisahkan dari  sejarah Kota Yogyakarta baik sebagai ibukota Kasultanan Yogyakarta dan ibukota NKRI.

Pelestarian Benteng Vredeburg sebagai museum bukan berarti pengagungan simbol kejayaan kolonial.Akan tetapi tujuannya untuk mendapatkan fungsi baru yang dapat memberikan informasi dan aspirasi perjuangan nasional bagi generasi mendatang.

Untuk itu,  Museum Benteng Vredeburg  memiliki misi,  terwujudnya peran museum sebagai pelestari nilai sejarah dan kejuangan Rakyat Indonesia di Yogyakarta dalam mewujudkan NKRI. Sedangkan misinya, Pertama,  mewujudkan peran museum sebagai pelestari benda-benda peninggalan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia di Yogyakarta. Kedua,  mewujudkan peran museum sebagai sumber informasi sejarah perjuangan rakyat Indonesia di Yogyakarta.

Ketiga,  mewujudkan peran museum sebagai media pendidikan non formal bagi pengembangan ilmu pengetahuan sejarah dengan nuansa edutainment. Dan, keempat, mewujudkan museum sebagai wahana peningkatan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam semangat juang rakyat Indonesia di Yogyakarta.

Sejarah Museum

Benteng vredeburg pertama kali dibangun pada tahun 1760 atas perintah dari Sri Sultan Hamengku Buwono I dan permintaan pihak pemerintah Belanda yang saat itu dipimpin oleh Nicholaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa.Adapun dalih awal tujuan pembangunan benteng ini adalah untuk menjaga kemananan keratin.Akan tetapi, maksud sebenarnya dari keberadaan benteng ini adalah untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda terhadap segala kegiatan yang dilakukan pihak keraton Yogyakarta.Pembangunan benteng pertama kali hanya mewujudkan bentuk sederhana, yaitu temboknya yang  berbahankan tanah, ditunjang dengan tiang-tiang yang terbuat dari kayu pohon kelapa dan aren, dengan atap ilalang.Bangunan tersebut dibangun dengan bentuk bujur sangkar yang di keempat ujungnya dibangun seleka atau bastion. 

Oleh Sri Sultan HB IV, keempat sudut itu diberi nama Jaya Wisesa (sudut barat laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna (sudut tenggara).

Kemudian pada masa selanjutnya, gubernur Belanda yang bernama W.H. Van Ossenberg mengusulkan agar benteng ini dibangun lebih permanen dengan maksud kemanan yang lebih terjamin.Kemudian pada tahun 1767, pembangunan benteng mulai dilakukan di bawah pengawasan seorang arsitek Belanda bernama Ir. Frans Haak dan pembangunannya selesai pada tahun 1787. Setelah pembangunan selesai, benteng ini diberi nama “Rustenburg” yang berarti benteng peristirahatan.

Tengara Benteng Jendral Soedirman dan Letjen Oeirp Simahardjo

 

Pada tahun 1867, terjadi gempa hebat di Yogyakarta dan mengakibatkan banyak bangunan yang runtuh, termasuk Rustenburg.Kemudian, segera setelahnya diadakan pembangunan kembali benteng Rustenburg ini yang kemudian namanya diganti menjadi “Vredeburg” yang berarti benteng perdamaian.Hal ini sebagai wujud simbolis manifestasi perdamaian antara pihak Belanda dan Keraton.

Secara historis, sejak awal pembangunan hingga saat ini, terjadi beberapa kali perubahan status kepemilikan dan fungsi benteng, yang antara lain:

Tahun 1760-1765, pada awal pembangunannya status tanah tetap atas nama milik Keraton, tetapi penggunaannya di bawah pengawasan Nicolaas Harting, Gubernur Direktur wilayah Patai Utara Jawa.

Tahun 1765-1788, status tanah secara formal tetap milik Keraton, tetapi penguasaan benteng dan tanahnya dipegang oleh Belanda di bawah Gubernur W.H. Ossenberg.

Tahun 1788-1799, status tanah tetap milik keraton, kemudian pada masa ini, benteng digunakan secara sempurna oleh VOC.

Taghun 1799-1807, status tanah secara formal tetap milik Keraton, dan penggunaan benteng secara de facto menjadi milik pemerintah Belanda di bawah pemerintahan Gubernur Van De Burg.

Tahun 1807-1811, secara formal tanah tetap milik Keraton, dan penggunaan benteng secara de facto menjadi milik pemerintah Belanda di bawah pemerintahan Gubernur Daendels.

Tahun 1811-1816, secara yuridis benteng tetap milik Keraton, kemudian secara de facto benteng dikuasai oleh pemerintahan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Raffles.

Tahun 1816-1942, sattus tanah tetap berada pada kepemilikan Keraton, dan secara de facto dipegang oleh pihak Belanda, sampai menyerahnya Belanda di tangan Jepang dan benteng ini mulai dikuasai penuh oleh pihak Jepang, yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian Kalijati di Jawa Barat, Maret 1942.

Tahun 1942-1945, satus tanah tetap milik Keraton, tetapi secara de facto penguasaan berada di tangan Jepang sebagai markas Kempetei atau polisi jepang, gudang mesiu, dan rumah tahanan bagi orang-orang Belanda dan Indo-Belanda serta kaum politisi RI yang menentang Jepang.

Tahun 1945-1977, status tanah tetap milik Keraton, setelah proklamasi kemerdekaan RI pada tahun 1945, benteng diambil alih oleh instansi militer RI. Dilanjutkan dengan diambil alih kembali oleh pihak Belanda tahun 1948 karena adanya peristiwa Agresi Militer Belanda II, dan akhirnya direbut kembali oleh Indonesia setelah adanya peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 dan pengelolaan benteng ditangani oleh APRI (Angkatan perang Republik Indonesia).

Tahun 1977-1992, dalam periode ini, satus pengelolaan benteng diserahkan kembali pada pemerintahan Yogyakarta oleh pihak Hankam, dan pada tanggal 9 Agustus 1980 diadakan perjanjian tentang pemanfaatan bangunan bekas benteng Vredeburg antara Sri Sultan HB IX dengan Mendikbud DR. Daud Jusuf.

Hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari Mendikbud Prof. Dr. Nugroho Notosusanto tanggal 5 November 1984 bahwa bekas benteng Vredeburg ini akan difungsikan sebagai sebuah museum.

Tahun 1985, Sri Sultan HB IX mengijinkan diadakannya perubahan bangunan sesuai dengan kebutuhannya, dan tahun 1987, museum benteng Vredeburg baru dibuka untuk umum.Mengenai status tanah pada periode ini tetap milik Keraton.

Tahun 1992 sampai sekarang, berdasarkam SK Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, secara resmi Museum Bneteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yoyakarta yang menempati tanah seluas 46.574 m persegi.

Kemudian tanggal 5 September 1997, dalam rangka peningkatan fungsionalisasi museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mendapat limpahan untuk mengelola museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 48/OT. 001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003.

 

 

 

Wisata Keluarga

Kawasan museum benteng Vrederburg ini sangat pas untuk wisata keluarga. Cocok untuk mengenalkan sejarah bangsa kepada anak-anak sejak dini. Selain itu kawasan ini cocok juga untuk foto session berlatar masa lalu.

Setelah  membayar tiket di loket kita akan masuk kawasan benteng yang sangat luas. Di halaman yang tertata apik dan teduh , ada dua patung Letnan Jendral Oerip Soemohardjo, Patung Jendral Soedirman dan patung-patung lainnya.

Di dalam museum Benteng Vredeburg ini, kita akan menemukan  diorama/(ruang minirama), yang terdiri dari empat minirama. Masing-masing diorama (ruamg minirama) ada spesifikasinya. Untuk ruang minirama pertama , kita akan diajak menjelajahi peristiwa bersejarah, yaitu mulai dari perang Diponegoro, hingga ketika Jepang memasuki kota Yogyakarta.

Sementara untuk ruang minirama kedua, kita akan diajak  akan menikmati peristiwa-peristiwa seputar proklamasi, sampai dengan agresi militer Belanda I. Sedangkan  ruang minirama ketiga, kita diajak menengok  sejarah, mulai dari perjanjian renville, hingga kesejarah kedaulatan RIS (Republik Indonesia Serikat).

Dan yang terakhir ruang minirama keempat, diorama yang terakhir, kita diajak menengok kembali peristiwa-peristiwa sejarah yang dimulai dari periode NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), hingga ke masa Orde Baru.

Menariknya , setiap mini rama ada penjelasannya yang dapat diakses dengan layar sentuh.Jadi, meskipun tak ada pemandu kita bisa mendapatkan penjelasan yang memuaskan. Selain itu, banyak pula peninggalan-peninggalan kuno, seperti beberapa koleksi museum yang memang benda asli, seperti senjata, peralatan makan, tempat minum ketika kependudukan Jepang, dan masih banyak lagi benda lain yang merupakan koleksi museum. Seperti benda yang tak kalah menarik, mesin cetak Kedaulatan Rakyat (harian lokal Yogyakarta), yang berada diruang diorama (ruang minirama) kedua.

Untuk anak-anak yang doyan game, di museum ini juga ada game lantai yang bisa dimainkan.Lokasi game ini ada di ruang minirama kedua. Jadi anak-anak tidak merasa jenuha, tinggal memilih game yang disukai. Di ruangan lain juga ada tempat pemutaran film (bioskop mini) yang memutar film-film perjuangan,

Jangan lupa setelah keliling-keliling museum naik ke atas benteng, di atas ini kita akan jumpai tempat penjagaan, pengintaian, sekaligus tempat meriam-meriam kecil. Dari sini juga  kita bisa menikmati pemandangan sekitar benteng.

Setelah lelah berkeliling museum dan benteng kita bisa nyantai sambil menikmati kuliner, berbagai minuman kudapan dan aneka kopi di Indeche Koffe Heritage . Restauran benuansa tradisi menyediakan masakan berbagai menu western dan makanan Indonesia yang sangat variatif dan banyak pilihan dari mulai snack, main course hingga desert.

Bir pletok, wedang uwuh, es sere dan beraneka jenis kopi dan kudapan yang membuat kita segar kembali. Indische Koffie buka dari Selasa – Minggu dari pukul 09.00 – 22.00 WIB.Sedangkan Museum Vredeburg  buka Selasa – Jumat dari jam 08.00 WIB – 16.00 WIB. Sedangkan Sabtu – Minggu buka dari 08.00 WIB – 17.00 WIB. Sementara itu, untuk hari Senin tutup dan Hari libur dan Hari libur nasional tetap buka.

*) Christian Heru Cahyo Saputro, Pejalan, suka motret, tukang tulis dan suka berbagi kisah tinggal di Semarang.

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler