Galileo dan Kisah Teleskop yang Membongkar Keyakinan Manusia
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB450 tahun yang silam, Galileo Galilei lahir. Ia mengubah pandangan manusia tentang alam.
Hans Lippershey, orang Belanda yang tinggal di Middelburg, barangkali tak membayangkan bahwa kabar ihwal penemuannya, teleskop, akan sampai ke telinga seorang ilmuwan yang menetap di Italia, Galileo Galilei—lelaki kelahiran Pisa 450 tahun yang silam. Di tangan Galileo, teleskop ini bukan saja sanggup membukakan cakrawala semesta yang amat luas, tapi juga meruntuhkan keyakinan yang dianut berabad-abad oleh kebanyakan manusia bahwa bumi adalah pusat alam semesta.
Ketika itu abad ketujuhbelas belum lama beranjak. Tahun 1609, teleskop mulai dibuat dan diperjualbelikan di beberapa kota Eropa, termasuk Venesia, Padua, Paris, dan London. Galileo mencoba merakit sendiri teleskopnya, mula-mula dengan perbesaran 3 kali, dan kemudian hingga 30 kali. Di tangan jenius ini, apa yang dituangkan dalam corat-coret hitungan matematika Nicolas Copernicus, bahwa matahari—dan bukan bumi—yang menjadi pusat alam semesta, segera memperoleh pembuktian empirisnya.
Galileo menggunakan teleskop untuk mengarungi angkasa jauh, melihat planet dan bintang-bintang, berpetualang setiap malam menyusuri jagat luas. Hingga akhirnya, ia melihat tiga bintang kecil yang bersinar terang di dekat Yupiter. “Pada hari ketujuh Januari tahun ini, 1610, pada jam pertama malam hari, ketika saya memandang kumpulan benda langit melalui teleskop, planet Yupiter menampakkan diri kepada penglihatan saya, dan karena saya telah menyiapkan diri dengan instrumen yang sangat sempurna, saya memperhatikan keadaan yang belum pernah mampu saya perhatikan, yakni bahwa tiga benda kecil, kecil tapi sangat terang, berada di dekat planet itu…”
Kira-kira sepekan kemudian, ia menemukan bintang Yupiter yang keempat. Nama-nama bintang Yupiter yang ia berikan, yakni Io, Europa, Callisto, dan Ganymede di kelak kemudian hari diganti oleh para astronom dengan nama satelit Galilean, sebagai penghormatan terhadap Galileo. Dengan teleskop yang semakin bagus, Galileo bisa melihat gambar yang kian besar dan kian jelas. Ia melihat di permukaan bulan kita terdapat kawah-kawah. Di tahun 1609 pula, Johannes Kepler—ilmuwan Jerman—menerbitkan karya pentingnya, Astronomi Baru, yang memuat dua hukum pertamanya tentang pergerakan planet.
Galileo mendemonstrasikan teleskopnya, 25 Agustus 1609, di hadapan anggota parlemen Venesia. Publik pun terbuka matanya bahwa bumi tidaklah sendirian di tengah angkasa mahaluas ini, melainkan dikitari oleh benda-benda langit. Dari observasinya ini, ia menulis paparan pendek setebal 24 halaman yang berjudul Sidereus Nuncius (Starry Messenger). Empat ratus tahun kemudian, kita merayakan tahun 2009 sebagai tahun astronomi, dengan berpijak pada pengalaman pertama Galileo bermain teleskop di jagad luas ini.
Sejak lama Galileo bekerja keras menunjukkan bahwa alam semesta yang berpusat pada Matahari adalah gagasan yang sudah tua, merujuk ke zaman Pythagoras pada abad ke-6 SM, yang dilanjutkan oleh Plato di usia tuanya, lalu disampaikan oleh Aristarchus dari Samos, dan dicatat oleh Archimedes, hingga akhirnya dibukukan oleh Copernicus pada 1543 (On the Revolutions of the Heavenly Spheres). Cerita tentang astronomi tak bisa dilepaskan dari kisah kekeraskepalaan anak sulung kelahiran Pisa ini, 15 Februari 1564, dari ayah Vincenzo Galilei—seorang teoritikus musik—dan ibu Giulia Ammannati.
Nama lengkapnya Galileo Bonaiuti de’Galilei. Di usia 18, keluarganya pindah ke Camaldolese Monastery di Vallombrosa, kira-kira 34 km tenggara Florence, Italia. Ayahnya ingin ia belajar di kedokteran Universitas Pisa, tapi ia mengambil matrikulasi seni. Ia tak menyelesaikan studinya di sini, lantaran tertarik pada matematika. Mula-mula Galileo mempelajari Elements karya Euclidus, bukan di universitas, melainkan di Florence di bawah bimbingan ahli matematika istana, Ostilio Ricci. Ia juga belajar fisika, dengan lebih menyukai jalan pikiran Archimedes ketimbang Aristoteles.
Kendati otodidak dalam matematika dan fisika, ia berani memberi pelajaran privat di Florence dan Siena. Ia mengunjungi Roma untuk pertama kali pada 1587, menemui Christoph Clavius, dan melamar untuk bisa mengajar matematika di Universitas Siena. Tahun berikutnya, ia menyampaikan dua kuliah umum di Accademia Fiorentina mengenai bentuk, lokasi, dan dimensi neraka seperti yang digambarkan oleh Dante dalam Inferno. Ia gigih dengan terus berusaha mendapatkan posisi pengajar di Pisa, Siena, Padua, Bologna, dan di Florence.
Ia akhirnya diperkenankan mengajar matematika di Pisa, 1589, hingga tiga tahun kemudian. Bebannya bertambah berat ketika ayahnya meninggal, 1591, dan dia dipercaya untuk merawat adik bungsunya, Michelangelo. Di Padua ia mengajar geometri, mekanika, dan astronomi. Sejumlah catatan kuliahnya pada periode ini masih tersimpan. Dalam tulisannya Tentang Gerak (De Motu), Galileo memakai pendekatan Archimedes bahwa kecepatan jatuhnya suatu benda proporsional dengan densitasnya, bukan dengan beratnya sebagaimana dikatakan Aristoteles.
Walaupun pengikut Katolik Roma, Galileo menjadi ayah tiga anak hasil hubungan di luar nikah dengan Marina Gamba. Dua anak perempuannya lahir berturutan, Virginia (1600) dan Livia (1601), disusul dengan anak lelaki, Vincenzio (1606). Galileo mengirim kedua anak perempuannya ke biara. Virginia menjadi suster dengan mengambil nama Maria Celeste. Perempuan yang sangat dekat dengan ayahnya ini (kisah hidup keduanya, serta surat-surat mereka, disusun oleh Dava Sobel dalam buku yang sangat menyentuh) meninggal di usia 34 tahun. Livia, yang memakai nama Sister Arcangela, menderita sakit hampir di sepanjang hidupnya. Vincenzio bernasib agak baik dan menikah dengan Sestilia Bocchineri.
Di tengah kesibukan dengan kelahiran anak-anaknya, Galileo tetapi menuliskan pikiran-pikirannya. Ia melahirkan buku berjudul Mechanics (1600). Upayanya untuk mengembangkan gagasan Copernicus semakin kuat setelah ia memperoleh bukti-bukti empiris melalui teleskopnya. Sejumlah ilmuwan menerbitkan karya yang menentang Galileo, antara lain Lodovico delle Colombe melalui karyanya, Against the Earth’s Motion (1611) dan Francesco Sizzi yang menerbitkan Dianoia Astronomica, Optica, Physica. Dukungan penting datang dari Johannes Kepler; suratnya diterbitkan di Praha dan dicetak ulang di Florence beberapa bulan kemudian. Sejumlah ilmuwan lain membenarkan penemuan Galileo; Thomas Harriot di Inggris berhasil mengamati Yupiter, begitu pula Christopher Clavius dan Roma.
Gagasan-gagasan Galileo sebelumnya, tentang gerak jatuh benda, temuannya berupa pompa air yang digerakkan oleh kuda, thermometer klasik, tidak terlalu mengusik dibandingkan dengan pikirannya tentang heliosentrisme. Ia pembela pikiran Copernicus. Dalam suratnya yang dibukukan, Letter to the Grand Duchess Christina, Galileo menulis: “Pencekalan atas Copernicus, yang kini ajarannya dikukuhkan setiap hari oleh begitu banyak penelitian baru dan penelaahan kembali bukunya, setelah diizinkan dan ditenggang sekian lama, bagi saya berarti sebuah penyangkalan kebenaran. Usaha untuk menyembunyikannya hanya akan membuatnya tersingkap makin jelas dan terang. Jangankan menyensor atau menghilangkan seluruh isi bukunya, sekadar mengutuk sebagian darinya sebagai kesalahan adalah sebuah pelecehan atas otak manusia, karena ia mengandung bukti-bukti yang sukar disangkal…”
Tiga surat Galileo yang diterbitkan oleh Lincean Academy di Roma, 1613, History and Demonstrations about Sunspots and their Properties, semakin memanaskan kontroversi. Tommasco Caccini, pendeta Dominikan di Florence, menyerang Galileo dan para matematikawan yang menyetujui pandangan Copernicus sebagai orang-orang bidah. Serangan makin keras ketika Niccolo Lorini, juga seorang pendeta, mengirim keberatan tertulis mengenai pikiran Galileo kepada Inkuisisi. Galileo tidak tinggal diam, ia juga berkirim surat panjang kepada Monsignor Piero Dini, pejabat di Vatikan.
Galileo melawan kekeraskepalaan para filosof yang ia anggap taklid pada pendapat Aristoteles dan mengabaikan cara pandang baru yang dibuktikan dengan teleskop. Galileo mencemooh para pengikut Aristotles sebagai terlalu takut melenceng dari teks guru mereka, “Mereka tidak pernah mengerlipkan mata dari halaman-halaman bukunya, seolah-olah buku agung yang bernama jagat raya ini ditulis-Nya tidak untuk seorang pun kecuali Aristoteles, dan seolah-olah hanya mata Aristoteles yang ditakdirkan bisa melihatnya.”
Lawan-lawan Galileo menggunakan kekuatan gereja untuk membungkamnya. Sebuah komite yang dibentuk gereja, pada 1616, melaporkan kepada Inkuisisi bahwa proposisi Matahari sebagi pusat alam semesta adalah absurd secara filosofis dan secara formal bid’ah, dan proposisi bahwa Bumi mempunyai pergerakan tahunan adalah absurd secara filosofis dan salah secara teologis. Atas perintah Paus Paul V, Kardinal Bellarmine memanggil Galileo ke rumahnya dan menyampaikan peringatan agar tidak mempertahankan teori Copernicus. Sebuah transkrip yang tidak ditandatangani dalam arsip Inkuisisi, yang ditemukan pada 1633, menyatakan bahwa Galileo juga dilarang mendiskusikan teori itu secara oral maupun tertulis.
Usai pemanggilan oleh Vatikan, Galileo menulis Discorso sul flusso e il reflusso del mare (Discourse on the tides) berdasarkan teori Copernicus. Bellarmine telah mengingatkan Galileo bahwa sistem Copernican tidak dapat dipertahankan tanpa “demonstrasi fisik yang sebenarnya bahwa Matahari tidak mengelilingi Bumi, melainkan Bumi mengelilingi Matahari.” Galileo menganggap teorinya tentang pasang surut menyediakan bukti yang dibutuhkan itu, yakni rotasi Bumi pada porosnya dan revolusi Bumi mengelilingi Matahari. Sayangnya, Galileo menampik gagasan yang diajukan Johannes Kepler bahwa Bulan menyebabkan pasang surut. Galileo juga menolak ide Kepler tentang orbit eliptis planet-planet, dengan mengatakan bahwa lingkaran merupakan bentuk ‘sempurna’ orbit planet.
Semakin diserang, Galileo semakin produktif. Ia menerbitkan Il Saggiatore (The Assayer), yang menyerang teori-teori yang didasarkan atas otoritas Aristotles dan mempromosikan eksperimentasi dan fomurlasi matematis ide-ide ilmiah. Galileo barangkali yang pertama menyatakan secara gamblang bahwa hukum alam adalah matematika. Dalam Il Saggiatore ia menulis: “Filsafat ditulis dalam buku besar ini, alam semesta… Ia ditulis dalam bahasa matematika, dan karakternya adalah segitiga, lingkaran, dan gambar geometris lainnya…”
Buku ini sangat sukses dan bahkan mendapat dukungan dari sebagian eselon atas gereja. Kelak, Stephen Hawking dan Albert Einstein memuji pikiran Galileo ini, yang mirip sebuah manifesto tentang bagaimana sains mesti dipraktekkan, dan menyebutnya sebagai bapak sains modern.
Semangat egalitarian Galileo juga diperlihatkan dalam pilihannya untuk memakai bahasa Italia banyak tulisannya. “Saya menulis dalam bahasa percakapan karena saya mesti membuat semua orang dapat membacanya,” kata Galileo. Yang ia maksudkan tak lain para tukang perahu yang dikaguminya di Gudang Peluru Venesia, para peniup gelas di Murano, para pengasah lensa, para tukang pembuat alat, dan semua orang yang dengan penuh rasa ingin tahu menghadiri kuliah-kuliah umumnya.
Di tahun 1623, setelah melewati perdebatan mengenai isu komet yang memakan waktu dan energi Galileo, Paus Gregory XV meninggal, dan Kardinal Maffeo Barberini, teman dan patron Galileo selama ini, terpilih sebagai penggantinya dan memakai nama Paus Urban VIII. Berharap ia memperoleh ketenangan untuk mengembangkan gagasannya, Galielo pergi ke Roma untuk beraudiensi dengan Paus yang baru dan sejumlah cardinal. Paus Urban menjamin Galileo bahwa ia boleh menulis tentang teori Copernicus sepanjang ia memerlakukannya sebagai hipotesis matematis.
Mendekati penghujung usianya, Galileo semakin sakit-sakitan. Ia didera hernia, sering cemas—barangkali lantaran terlampau sering harus melayani lawan-lawannya. Dan kini ia tengah menyelesaikan karya pentingnya sembari membayangkan bahwa karya ini tidak akan lolos dengan mudah dari sensor otoritas gereja. Karya-karya Galileo sebelumnya, The Starry Messenger, The Sunspot Letters, dan The Assayer terbit setelah dirundingkan dengan para pejabat resmi. Namun Galileo khawatir substansi dari karya yang ia beri judul Dialogue Concerning the Two Chief World Systems akan mendapatkan sensor yang lebih serius.
Galileo merenda lima ratus halaman Dialogue dengan bahasa yang indah, anggun, dan hebat, kadang-kadang puitis, didaktis, takzim, sangar, dan lucu. “Jika ada manusia yang secara ekstrem berbeda kemampuan intelektualnya di atas seluruh manusia lain, maka Ptolemeus dan Copernicuslah orangnya. Mereka menatap jauh ke atas dan berfilsafat mengenai aturan jagat raya. Dialog milikku ini… memaparkan ajaran dari kedua orang ini yang menurutku memiliki pemikiran terhebat yang pernah diwariskan manusia; jadi tulisanku ini semacam kontemplasi atas karya-karya mereka.”
Galileo menyadari dilema yang ia hadapi dalam menuntaskan Dialogue, yakni bagaimana mendukung Copernicus tanpa mengasingkan Gereja yang ia anggap telah menafsirkan kitab suci secara harfiah sehingga menyimpulkan bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Mendekati penyelesaian Dialogue, Galileo berencana menyerahkan manuskripnya untuk disensor.
Sensor semacam itu bukan hanya berlaku hanya untuk subyek-subyek sensitif seperti struktur alam semesta, tapi semua topik buku di bawah naungan Katolik Eropa yang terikat peraturan resmi yang dikeluarkan oleh Paus Leo X pada 1515. Keputusan ini menyatakan, para penulis yang akan memublikasikan bukunya harus terlebih dahulu diteliti manuskripnya dengan cermat oleh uskup Gereja atau uskup yang ditunjuk, juga oleh inkuisitor setempat. Para penerbit yang mempublikasikan tanpa izin akan menghadapi pengucilan dari jemaat dan penolakan ikut serta dalam Misa Suci, denda, dan buku-buku mereka dibakar.
Paus Urbanus VIII secara pribadi meminta Galileo untuk menyediakan ruang bagi argumen yang setuju dan yang menentang heliosentrisme dalam bukunya, dan agar ia berhati-hati untuk tidak menganjurkan heliosentrisme. Ia juga meminta agar pandangannya dimasukkan dalam buku Galileo. Hanya permintaan kedua ini yang dipenuhi Galileo. Apakah tidak tahu atau disengaja, pandangan Paus itu disampaikan melalui ucapan-ucapan tokoh Simplico (yang berarti “bodoh”), pembela pandangan Aristoteles. Dengan caranya ini, Galileo telah mengalienasi salah seorang pendukung potensialnya, Paus.
Karya ini diperiksa oleh Fra Giacinto Stefani yang membaca karya itu dengan sangat teliti. Niccolo Riccardi, Kepala Istana Suci, memeriksa kata pengantar dan penutupnya. Galileo sempat kesal karena selagi ia menanti persetujuan diterbitkannya buku itu, Riccardi sedang berleha-leha selama musim dingin. Setelah meminta bantuan raja, Riccardi akhirnya mengatakan bahwa ia akan mengirim revisinya atas pengantar dan penutup itu. Tatkala akhirnya naskah itu lolos sensor, pencetakan bukunya memakan waktu lebih dari sembilan bulan.
Namun rasa senang atas terbitnya Dialogue tak berlangsung lama. Musuh-musuh Galileo di Roma, yang jumlahnya banyak, melihat Dialogue sebagai pemujaan yang memalukan terhadap Copernicus. Paus Urbanus yang tidak punya waktu untuk membaca Dialogue mendapat masukan dari musuh-musuh Galileo yang menghasut bahwa Galileo mempermainkan dirinya. Urbanus membentuk komisi tiga orang guna meniliti ulang teks Dialogue. “Kami pikir Galileo telah melampaui perintah yang diberikan kepadanya dengan memaksakan secara absolut bahwa Bumi yang bergerak dan Matahari yang diam, sehingga menyimpang dari hipotesis,” ungkap komisi ini dalam laporannya kepada Paus. “Sekarang, harus dipertimbangkan apa yang akan dilakukan selanjutnya terhadap orang ini dan terhadap pencetakan buku yang bersangkutan.”
Pertemuan Inkuisisi memutuskan agar Galileo datang menghadap ke Roma. Karena alasan kesehatan, Galileo meminta agar pengadilan dipindahkan ke Florence yang lebih dekat dengan kediamannya di Arcetri. Permintaannya ditolak. Bahkan, Inkuisito memberitahu, jika perlu, Galileo akan dipaksa memenuhi panggilan ke Roma. Inkuisitor Florentino melapor ke Roma bahwa ia telah megunjungi Galileo, yang tengah berbaring sakit, dan bahwa tiga dokter telah menyatakan di bawah sumpah bahwa Galileo tidak dapat melakukan perjalanan ke Roma. Galileo, yang ketika itu berusia 68 tahun, didiagnosis menderita vertigo, mengalami kelemahan perut, hernia kronis, rasa sakit di sekujur tubuh.
Pertemuan Inkuisisi yang dipimpin Urbanus VIII menolak permintaan Galileo, dan jika ia tidak ke Roma secara sukarela, ia akan dipaksa dan dibawa ke Roma dengan dirantai. Raja Ferdinando berusaha menyelamatkan Galileo namun tidak punya kekuatan untuk melawan kehendak Paus. Ia meminjami Galileo kereta. Akhirnya pada Januari 1633 Galileo meninggalkan Arcetri menuju Roma dalam perjalanan selama dua pekan, ditambah dua pekan lainnya menanti dalam karantina yang tidak nyaman di luar Roma, lantaran sedang terjangkit wabah, hanya ada roti dan telur dengan anggur.
Atas permintaan Grand Duke Ferdinand II de’Medicci, Paus mengizinkan Galileo untuk tinggal di rumah duta besar Tuscan. Galileo dilarang mengadakan kontak dengan dunia luar. Dari 12 sampai 30 April ia ditahan di bangunan Inkuisisi tapi di sebuah apartemen yang nyaman. Dua bulan setelah ia menunggu di Kedutaan Tuscan, Galileo dihadapkan kepada Inkuisisi dengan sepuluh kardinal bertindak sebagai hakim dan juri.Pada 30 April Galileo mengakui bahwa ia mungkin telah menyatakan pandangan Copernicus dalam Dialogue dengan terlalu kuat dan menawarkan penyangkalan dalam buku dia berikutnya
Galileo dikenai tahanan rumah dan gerakannya dibatasi oleh Paus. Pada 1634 ia tinggal di Arcetri, di luar Florence. Penderitaannya kian parah ketika mendengar kabar anak kesayangannya, Maria Celeste, meninggal di usia 34 tahun dan anak yang seorang lagi dalam keadaan sakit-sakitan. Semangat menulisnya toh tidak padam, ia berhasil menyelesaikan karyanya, Two New Sciences, yang membahas kinematika dan kekuatan material. Semangat itu akhirnya terkubur ketika ia buta sama sekali pada 1638 dan menderita hernia serta insomnia, sehingga ia akhirnya diizinkan untuk bepergian ke Florence guna mendapat perawatan medis.
Ia boleh menerima tamu hingga 8 Januari 1642 saat malaikat maut menjemputnya. Grand Duke of Tuscany, Ferdinando II, ingin memakamkan jasad Galileo di Basilica Santa Croce, di dekat makam ayahnya dan para pendahulu, serta mendirikan musoleum sebagai penghormatan. Namun, rencana ini ditolak oleh Paus Urbanus VIII. Galileo lalu dimakamkan di ruang kecil di ujung koridor bagian selatan Basilica. Tulang belulangnya dimakamkan ulang pada 1737 di Basilica ini dan sebuah monumen didirikan untuknya.
Larangan Inkuisisi untuk mencetak ulang karya-karya Galileo dicabut pada 1718 kecuali untuk Dialogue. Paus Benedict XIV pada 1741 mengizinkan publikasi karya Galileo, termasuk Dialogue tapi versi yang sudah disensor. Pada 1758 larangan umum terhadap karya-karya yang menganjurkan heliosentrisme dicabut dari Indeks Buku Terlarang, walaupun larangan khusus masih berlaku bagi versi tanpa sensor Dialogue dan De Revolutionibus-nya Copernicus. Hampir seabad kemudian, pada 1835, larangan resmi terhadap heliosentrisme dicabut dan kedua karya itu dikeluarkan dari Indeks.
Rujuk pihak gereja Katolik dengan pikiran Galileo semakin kuat di abad ke-20 ketika Paus Pius XII pada 1939, dalam pidatonya di Pontifical Academy of Sciences, menggambarkan Galileo sebagai “pahlawan riset paling berani… tidak takut menghadapi tembok penghalang dan risiko yang dihadapi, tidak takut menghadapi monumen penguburan.” Dan Paus John Paul II, pada 31 Oktober 1992, dengan bijak mengungkapkan penyesalannya atas bagaimana persoalan Galileo ditangani, serta secara resmi mengakui bahwa Bumi tidak diam.
Demikianlah sejarah terjadi. Berbekal sebuah teleskop, Galileo mengarungi rahasia alam semesta dan membongkar pikiran manusia. **

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Di Musim Corona, Hati-hati Jangan Sampai Menghina
Selasa, 14 April 2020 05:33 WIB
Bila Jatuh, Melentinglah
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBArtikel Terpopuler