x

penggambaran peristiwa Boston Tea Party yang menjadi salahsatu penyebab Revolusi Amerika. (Source: The New York Public Library. (1881).)

Iklan

Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Senin, 10 April 2023 07:12 WIB

Revolusi Amerika Bagian I; Faktor Penyebab


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Meletusnya revolusi Amerika yang kemudian menjadi perang kemerdekaan Amerika Serikat atas Inggris, tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum itu. Seperi berakhirnya perang tujuh tahun antara Inggris dan Perancis yang membuat Inggris menunggak banyak hutang sebesar 150 juta pounds dan bunganya (setengah dari pendapatan nasional) untuk biaya perang. 

Untuk mengatasi masalah hutang ini pemerintah Inggris pun mengambil langkah untuk membuat kebijakan dengan mengenakan pajak di negara koloni-koloninya. Seperti Stamp Act (pajak stempel) pada 1765 dengan adanya kebijakan itu maka dokumen-dokumen kertas yang berada di wilayah koloni akan dikenakan pajak. Akibat kebijakan tersebut terjadi protes di wilayah koloni.salah satunya di wilayah Virginia, Patrick Henry yang berorasi berapi-api yang menganggap Inggris sebagi tiran dan mengajukan serangakian resolusi kepada majelis koloninya, House of Burgesses.

Resolusi-resolusi ini menolak hak parlemen untuk mengenakan pajak atas koloni-koloni dan meminta para penjajah untuk menentang Stamp Act. Sehingga pada oktober terjadi protes (pertemuan) yang terkoordinasi tentang Stamp Act yang menghasilkan boikot produk-produk dari Inggris. Langkah ini merupakan aksi pertama yang dilakukan semua koloni untuk bersatu melawan kebijakan ini. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan aksi dijalan menuntut penghapusan kebijakan tersebu. Aksi ini dipimpin oleh organisasi bernama Sons of Liberty. Sehingga akhirnya pemerintah Inggris mencabut kebijakan pajak itu. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun dua tahun kemudian Inggris mengeluarkan peraturan the Townshend Acts of 1767, Undang-undang Townshend, dinamai dari Charles Townshend, kanselir Britania Raya Menteri Keuangan Inggris, memberlakukan bea pada porselen, gelas, timah, cat, kertas dan teh Inggris yang diimpor ke koloni. the Townshend  Acts mulai berlaku pada tanggal 20 November 1767, ditutup pada saat Declaratory Act tahun 1766, yang menyatakan bahwa Parlemen Inggris memiliki wewenang yang sama untuk mengenakan pajak koloni Amerika seperti yang mereka lakukan di Inggris. Pada bulan Desember, dua dokumen yang beredar luas telah menyatukan kolonis yang mendukung boikot barang-barang Inggris.

Hal ini kemudian menjadi menimbulkan protes di 24 kota di Massachusetts, Connecticut and Rhode Island yang setuju memboikot barang-barang dari Inggris pada 1768. Lagi-lagi aksi ini di bantu oleh the Sons of Liberty. Kemudian diikuti oleh wilayah koloni lain seperti New England untuk tidak mengimpor barang-barang Inggris selama satu tahun kecuali untuk barang-barang seperti kail dan kawat. New York mengikutinya pada bulan April, dengan perjanjian non-impor yang bahkan lebih ketat.

Menanggapi protes dan boikot, Inggris mengirim pasukan untuk menduduki Boston dan memadamkan kerusuhan. Pada 1769, lebih dari 2.000 tentara Inggris telah tiba di Boston untuk memulihkan ketertiban. Padahal wilayah boston ini hanya dihuni oleh sekitara 16000 orang pada saat itu. Ketegangan antara warga koloni dan pasukan Inggris akhirnya pecah pada 5 Maret 1770, ketika tentara Inggris menembak massa yang marah, menewaskan lima penjajah Amerika dalam sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Pembantaian Boston (Boston Massacre).

Tidak banyak koloni atau tentara Inggris yang tahu pada hari yang sama dengan Pembantaian Boston, Perdana Menteri Inggris Raya, Lord North, telah meminta Parlemen untuk mencabut Townshend Acts. Hingga pada April 1770 Townshend Acts dicabut kecuali pajak atas teh. Pajak teh ini kemudian akan memuculkan peristiwa lagi yaitu Boston Tea Party yang terjadi pada Desember 1773 dimana sekelompok warga Boston berpakaian Mohawk Indian naik kapal-kapal Inggris dan membuang 342 peti teh ke Pelabuhan Boston selama Pesta Teh Boston, Parlemen yang marah menggunakan serangkaian langkah-langkah (dikenal sebagai Intolerable, atau Tindakan Paksaan/Coersive Acts) yang dirancang untuk menegaskan kembali otoritas kekaisaran di Massachusetts.

Sebagai tanggapan, sekelompok delegasi kolonial (termasuk George Washington dari Virginia, John dan Samuel Adams dari Massachusetts, Patrick Henry dari Virginia dan John Jay dari New York) bertemu di Philadelphia pada bulan September 1774 untuk menyuarakan keluhan mereka terhadap mahkota Inggris. Kongres Kontinental Pertama ini tidak menuntut kemerdekaan dari Inggris, tetapi mengecam perpajakan tanpa perwakilan, serta pemeliharaan tentara Inggris di koloni tanpa persetujuan mereka. Ini mengeluarkan deklarasi hak-hak karena setiap warga negara, termasuk kehidupan, kebebasan, properti, perakitan dan persidangan oleh juri. Kongres Kontinental memilih untuk bertemu lagi pada Mei 1775 untuk mempertimbangkan tindakan lebih lanjut, tetapi pada saat itu kekerasan telah pecah. 

Sumber Referensi:

  • History.com Editors. (2009, Januari 15). Townshend Acts. Dipetik Maret 28, 2020, dari HISTORY: https://www.history.com/topics/american-revolution/townshend-acts
  • History.com Editors. (2019, Juli 31). Stamp Act. Dipetik Maret 28, 2020, dari HISTORY: https://www.history.com/topics/american-revolution/stamp-act
  • The Miriam and Ira D. Wallach Division of Art, Prints and Photographs: Picture Collection, The New York Public Library. (1881). Boston Tea Party Retrieved from https://digitalcollections.nypl.org/items/510d47e0-f4e9-a3d9-e040-e00a18064a99
  • Wallace, W. M. (2020, Februari 4). American Revolution. (Encyclopædia Britannica, inc.) Dipetik April 3, 2020, dari Encyclopædia Britannica: https://www.britannica.com/event/American-Revolution

Ikuti tulisan menarik Harrist Riansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu