x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Minggu, 30 April 2023 08:30 WIB

Ciamik, Kisah Perjalanan Taman Bacaan di Bogor di Era Digital

Ciamik, kisah taman bacaan Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tidak ada teori paling benar di taman bacan atau literasi. Jalani saja praktik baik-nya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mendirikan taman bacaan atau rumah baca, di mana pun, memang tidak mudah. Harus cukup mental dan punya sikap yang jelas. Ibarat kata, mendirikan taman bacaan bagi saya, persis seperti membuka warung. Harus jelas apa yang mau dijual, siapa sasaran pembelinya? Dan yang penting, apa tujuannya? Bila gagal menjawabnya, maka taman bacaan itu akan “punah” di tengah jalan.

 

Taman bacaan pun tidak bisa didirikan hanya berdasar idealisme pendirinya. Ingin membangun minat baca. Atau hanya ingin ikut-ikutan bergerak di dunia literasi atau taman bacaan. Pasti akan sulit dalam perjalanannya. Karena faktanya, tidak sedikit taman bacaan yang berada di “lingkungan yang salah”, tidak ada anak-anak yang membaca. Hingga akhirnya, taman bacaan hanya sekadar nama. Tanpa jadwal yang jelas, aktivitas pun jadi seadanya. Terserah si pendirinya, mau dibuka atau tidak. Lalu, membangun diskusi dan seminar tentang literasi dan taman bacaan di luar sana. Jadilah, taman bacaan yang “jauh panggang dari apa”.  Taman bacaannya ke mana, tujuannya ke mana pula?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Taman bacaan itu sifatnya sosial. Maka ada 2 (dua) hal penting yang harus ada di taman bacaan. Yaitu 1) kreativitas dan 2) kolaborasi dengan berbagai pihak. Tanpa kreativitas, taman bacaan jadi kosong dan monoton. Tanpa kolaborasi, taman bacaan pun akan “kelelahan” di tengah jalan. Karena itu, taman bacaan harus melibatkan banyak pihak. Mulai dari anak-anak dan orang tua, aparatur masyarakat di level kampung, relawan, komunitas sosial, dan korporasi untuk ber-CSR. Siapapun mereka, apapun bentuk keterlibatannya, dan sekecil apapun kontribusinya harus terlibat. Bila tidak, maka taman bacaan pun akan “hidup segan mati tak mau”.

 

Itulah simpulan sementara saya berdasarkan pengalaman mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Taman bacaan yang saya dirikan dengan cara saya sendiri. Tempatnay di rumah saya dan program-nya pun saya rancang sendiri. Alhasil, pengalamam dan praktik baik mengelola taman bacaan itu sudah saya tuangkan ke dalam buku-44 saya berjudul “Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan Berbasis Edukasi dan Hiburan – TBM Edutainment” terbitan Footnote Press tahun 2022, ISBN 978-623-99780-5-1 (271 halaman) (Peluncuran Buku Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan Berbasis Edukasi dan Hiburan - Peristiwa - www.indonesiana.id)

 

TBM Edutainment, adalah sebuah model pengembangan dan tata kelola taman bacaan yang kini sedang saya tulis sebagai disertasi untuk meraih gelar "Doktor Manajemen Pendidikan" di S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak) Bogor. Dari sisi kreativitas, TBM Lentera Pustaka mengembangkan salam literasi, doa literasi, senam literasi, laboratorium baca tiap Minggu, event bulanan dengan mendatangkan "tamu dari luar", dan jajanan kampung gratis. Agar taman bacaan tidak membosankan dan bukan hanya tempat membaca buku. Dari sisi kolaborasi, TBM Lentera Pustaka juga melibatkan korporasi dan komunitas untuk berkiprah nyata dalam gerakan literasi. Seperti di tahun 2023 ini melibatkan 1) Bank Sinarmas, 2) Asosiasi DPLK, dan 3) AAI Perancis sebagai sponsor CSR yang ikut membina TBM Lentera Pustaka, di samping melibatkan komunitas seperti BEM Faperta IPB, komunitas motor, alumni UNJ, dan mahasiswa Unindra yang ikit berkiprah secara rutin di taman bacaan. Kata kuncinya di TBM Edutainment, berbasis edukasi dan hiburan selalu ada di TBM Lentera Pustaka.

 

Saat didirikan 6 tahun lalu, TBM Lentera Pustaka hanya punya 14 anak pembaca aktif. Tapi kini sudah ada 130-an anak pembaca aktif.  Awalnya hanya menjalankan 1 program literasi yaitu taman bacaan namun kini sudah mengelola 15 program literasi,  yaitu 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 130 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb),  13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling), 14) Rooftop Baca, dan 15) Berantas Buta Aksara Al Quran. Koleksi buku tadinya hanya 600 buku, kini mencapai lebih dari 10.000 buku bacaan. Dengan dukungan 5 wali baca dan 12 relawan, kini TBM Lentera Pustaka beroperasi 6 hari dalam seminggu dan tidak kurang dari 200 orang menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

 

Sejauh ini, berbagai catatan prestasi pun sudah ditorehkan TBM Lentera Pustaka dan mendapat apresiasi dari berbagai pihak, seperti:

  1. Terpilih Ramadhan Heroes dari Tonight Show NET TV (Mei 2021)
  2. Terpilih 1 dari 30 TBM di Indonesia sebagai penyelenggara program “Kampung Literasi” dari Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI dan Forum TBM (Juli 2021).
  3. Terpilih "31 Wonderful People tahun 2021" kategori pegiat literasi dan pendiri taman bacaan dari Guardian Indonesia (September 2021)
  4. Sosok Inspiratif Spiritual Journey PT PLN (Oktober 2021)
  5. Terpilih sebagai “Jagoan 2021” dari RTV (Desember 2021).
  6. Terpilih sebagai “Kampung Literasi” dalam meningkatkan literasi masyarakat Kabupaten Bogor dari Dinas Arsip dan Perpustakaan (DAP) Kab. Bogor (Oktober 2022).

Pada tahun 2023 ini, TBM Lentera Pustaka pun mendapat hibah “motor pustaka” dari Pustaka Bergerak Indonesia (PBI) yang didukung Ditjen Kebudayaan. Dana Indonesiana, dan LPDP menyusul Revitalisasi kebun baca dari Bank Sinarmas dan CSR event dari KrispyKreme Indonesia.  

 

Secara publikasi, TBM Lentera Pustaka pun sering dijadikan narasumber liputan literasi dan taman bacaan dari berbagai media seperti: CNN TV, NET TV, Berita Satu TV, RTV, Jawa Pos TV, DAAI TV, TV Parlemen, Republika, Kompas,com., Merdeka,com., BogorKita.com., di samping pendiri TBM Lentera Pustaka dikenal aktif menulis untuk gerakan literasi dan taman bacaan.

 

Patut diketahui, spirit TBM Lentera Pustaka bukanlah “membangun minat baca”. Tapi hanya “sediakan akses bacaan” kepada anak-anak susia sekolah di kampung yang terancam putus sekolah akibat kemiskinan. Lagi pula, minat baca sudah pasti bakal terjadi bila akses bacaannya tersedia, Karena itu, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan program “motor pustaka” atau “motor baca keliling” yang rutin keliling desa atau kampung seminggu dua kali. Hanya untuk menyediakan akses bacaan. Saat di taman bacaan, anak-anak pu tidak hanya membaca. Tapi bermain dan berinteraksi serta dimotivasi oleh relawan. Agar taman bacaan jadi tempat yang “asyik dan menyenangkan”. Karena selama ini, kelemahann terbesar dari taman bacaan adalah gagal menjadi tempat yang asyik dan menyenangkan. Terlalu monoton dan membosankan.

 

Taman bacaan di manapun harus ciamik apalgi di era digital. Mantap dan bagus karena selalu aktif berkegiatan literasi, di samping fokus mengurus taman bacaannya. Bukan sibuk ber-seremoni atau seminar tentang literasi dan taman bacaan. Bagi TBM Lentera Pustaka, tidak ada teori yang paling benar dalam ber-literasi atau taman bacaan. Taman bacaan, sejatinya akan menemukan jalannya sendiri berdasr praktik baik yang dilakukannya sendiri. Karena itu, siapapu yang aktif di taman bacaan harus “mengusir” jauh-jauh soal kendala atau hambatan yang ada. Di samping memperbesar komitmen dan konsistensi dalam mengurus taman bacaan secara sepenuh hati, bukan setengah hati.

 

Lalu, apakah saya sudah puas dengan kondisi TBM Lentera Pustaka sekarang? Maaf, tidak ada kata puas di taman bacaan atau saat berliterasi. Karena taman bacaan adalah “ladang amal” sekaligus “legacy – warisan” untuk umat. Maka taman bacaan harus tetap dijaga dan ditingkatkan eksistensinya. Agar mampu memberikan manfaat yang optimal kepada pengguna layanannya. Sekalipun Desa Sukaluyu bukan tanah kelahiran saya, tapi saya sudah menjadikan taman bacaan sebagai “jalan hidup pengabdian”. Insya Allah hingga akhir hayat nanti. Agar jangan ada anak-anak yang putu sekolah, jangan ada lagi kaum buta huruf di bumi Indonesia.

 

Maka, tetaplah berkiprah di taman bacaan. Jangan mudah menyerah apalagi “baper” di taman bacaan. Tapi juga jangan paling “sok tahu” dalam berliterasi. Cukup jalani dengan sepenuh hati. Sekali lagi, tidak ada teori paling benar di taman bacaan. Perbaiki saja niat, baguskan ikhtira, dan perbanyak doa. Insya Allah, taman bacaan di mana pun akan indah pada waktunya.

 

Karena "khairunnaas anfauhum linnaass", sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Agar taman bacaan dan literasi lebih ciamik ke depannya, apalagi di era digital Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler