x

Iklan

Malik Ibnu Zaman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Oktober 2022

Senin, 15 Mei 2023 16:27 WIB

Duka Tukang Urut, Diremehkan Hingga Dianggap Tidak Masuk Akal

Indonesia merupakan negara yang kaya akan banyak hal, tak terkecuali dalam khazanah pengobatan alternatif. Ada banyak sekali pengobatan alternatif yang populer di Indonesia, salah satunya adalah urut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia merupakan negara yang kaya akan banyak hal, tak terkecuali dalam khazanah pengobatan alternatif. Ada banyak sekali pengobatan alternatif yang populer di Indonesia, salah satunya adalah urut.

 

Alih-alih melakukan pengobatan medis ketika mengalami cedera pada otot, sendi, maupun tulang, banyak orang lebih memilih dibawa ke tukang urut. Faktor biaya tentu saja menjadi pertimbangan utama, mengapa banyak orang memilih tukang urut ketika mengalami terkilir, dislokasi, bahkan sampai patah tulang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Saya dikenal sebagai keluarga tukang urut. Sebab sebagian keluarga saya berprofesi sebagai tukang urut, diantaranya kakek buyut, nenek buyut, kakek, ibu, saudara kakek, sepupu ibu. Sehingga saya paham betul bagaimana suka duka menjadi tukang urut.

 

Berbicara tentang sukanya menjadi tukang urut, tentu bukan karena mendapatkan uang, tetapi tatkala pasien bisa pulih dengan cepat. Sebab dalam menjalankan profesinya sebagai tukang urut, ibu tidak pernah mematok harga, dibayar seikhlasnya, bahkan banyak juga yang hanya sekedar mengucapkan suwun (terima kasih). Hal tersebut tentu bukan masalah, sebab pahala yang menjadi tujuannya.

 

"Itulah yang memang diajarkan oleh kakek buyut, nenek buyut dan kakek, agar tidak mematok harga. Belum tentu orang yang hendak urut punya uang, jangan-jangan uang yang seharusnya untuk makan, malah digunakan untuk bayar tukang urut. Nah, kalau orang tersebut sembuhkan bisa sholat lagi, mencari nafkah. Maka kita juga kecipratan pahala," ujar ibu tatkala saya bertanya mengapa ia tidak mematok harga.

 

Mungkin itu sebabnya banyak pasien baik dari almarhum kakek buyut, almarhum kakek, maupun ibu menjadi saudara, istilahnya saudara nemu. Bahkan ketika lebaran banyak pemuda yang memberikan bingkisan kepada kakek. Ternyata dulu ketika pemuda tersebut masih kecil mengalami patah tulang dan dibawa ke kakek.

 

Dulu ketika SMP saya ketinggalan angkutan, padahal hari sudah menjelang malam. Lalu ada mobil berhenti menanyakan kepada saya rumahnya mana, dan anaknya siapa. Setelah saya menjawab saya diantarkan sampai rumah, dan saya baru tahu ternyata dulu orang tersebut pernah ditolong oleh kakek ketika patah tulang akibat jatuh dari pohon melinjo.

 

Dukanya adalah sering diremehkan, banyak omongan tidak mengenakan bahwa tukang urut sekedar usap-usap "tukang urut mah gampang, mung sekedar usap-usap.". Padahal tidak demikian, tetapi ada ilmunya, tidak sembarangan, harus paham tentang saluran saraf, urat, tulang. Bahkan juga harus paham tanaman herbal yang memiliki khasiat untuk mempercepat penyembuhan. Bahkan menurut penuturan ibu, kakek buyut nyantri sambil belajar urut di berbagai daerah, di antaranya Cirebon, Solo.

 

Kemudian juga sering muncul pertanyaan "Kok bisa sih patah tulang bisa sembuh tanpa operasi, tidak masuk akal." Maka tidak mengherankan di masyarakat ketika ada orang patah tulang, di antara keluarganya terjadi perdebatan apakah dibawa ke medis, atau dibawa ke tukang urut.

 

Pernah saya menanyakan kepada salah satu pasien patah tulang, kenapa lebih memilih dibawa ke tukang urut daripada ke medis. Seperti yang sudah pembaca duga, pasti faktor biaya.

 

"Meskipun sulit dijelaskan secara ilmiah, tidak masuk akal, tetapi nyatanya banyak yang sembuh juga kan. Kalau misalnya saya ke dokter tentu biayanya mahal mas, biaya operasi, biaya kontrol, biaya copot pen. Saya sering mendengar katanya kalau dioperasi belum tentu bisa kembali seperti sediakala," ujarnya.

 

Suatu hal yang jarang diketahui oleh banyak orang, urut itu bisa dikatakan menggunakan tenaga dalam. Banyak kejadian pasien itu jatuh tidak sewajarnya. Pernah di rumah kedatangan pasien bocah bersama dengan orang tuanya pada malam hari. Katanya tangannya terkilir tanpa sebab ketika main di hutan.

 

Kebetulan saya sedang di rumah saat itu. Nah, lampu depan rumah tiba tiba kelap kelip, sekilas saya melihat sosok jawara dengan kumis tebal dan membawa golok memegang tangan bocah tersebut. Ternyata ibu saya juga melihat apa yang saya lihat, kan seram jadinya. Setelah diurut, tangan bocah tersebut kembali normal seperti sedia kala.

 

Pasien ibu juga banyak balita, mereka pada umumnya kecengklak, kwalik, masuk angin. Dalam beberapa kasus pasien, hal tersebut ada yang disebabkan oleh gangguan makhluk astral. Kalau kalian paham hal semacam itu, tentu kalian sepakat bahwa balita paling disukai oleh makhluk astral terutama Kuntilanak.

 

Pernah ada balita datang ke rumah, orang tuanya mengeluhkan anaknya nangis terus, sudah dibawa ke dokter katanya tidak ada apa-apa. Akhirnya dibawalah ke ibu saya untuk diurut, ibu saya menduga balita tersebut kecengklak. Setelah diurut ternyata benar saja mengalami kecengklak.

 

Lalu ibu saya mengkonfirmasi kepada orang tuanya, apakah benar kemarin ketika senjakala dibawa melewati jembatan cekung. Orang tua balita tersebut membenarkan hal tersebut. Usut punya usut balita tersebut diganggu oleh penghuni jembatan tersebut, yang bernama Janatin. Kalau yang tidak percaya akan hal-hal semacam itu, tentu akan menganggap hal semacam itu sekedar karangan belaka.

 

Demikianlah cerita saya tentang tukang urut, profesi yang sering dianggap sebelah mata, diremehkan, hingga dianggap tidak masuk akal.

Ikuti tulisan menarik Malik Ibnu Zaman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB