x

Gambar oleh Alex Banner dari Pixabay.com

Iklan

Tondini alief harahap

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Mei 2023

Kamis, 25 Mei 2023 11:11 WIB

Masyarakat Adat Dairi dan Keserakahan Kaum Borjuis

Selama puluhan tahun masyarakat Kabupaten Dairi hidup dan berkembang dari pertanian. Namun saat ini kedamaian mereka terusik oleh hadirnya tambang seng dan timah. Keserakahan kaum borjuis menghantui kehidupan masyarakat sekitar. Berbagaii ancaman mereka hadapi seperti ruang ruang hijau yang terenggut, bencana yang bisa saja terjadi akibat operasi tambang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Selama puluhan tahun masyarakat Kabupaten Dairi hidup dan berkembang dari pertanian, hingga banyak yang mampu menghantarkan anak anak mereka sampai tingkat sarjana dengan hasil pertanian yang mereka miliki. Namun saat ini kedamaian masyarakat Dairi Sumatera Utara harus terusik dengan hadirnya tambang seng dan timah di kabupaten tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hadirnya tambang dengan segala keserakahan kaum borjuis jelas menghantui kehidupan masyarakat sekitar, berbagaii ancaman harus mereka hadapi seperti ruang ruang hijau mulai terenggut, ancaman bencana yang bisa saja terjadi akibat operasi tambang tersebut juga menjadi kekhawatiran masyarakat Dairi.

Hadirnya tambang tersebut jelas mengancam mata pencarian warga setempat, lantaran yang pada mulanya mata pencaharian warga sekitar adalah sektor pertanian, perkebunan gambir dan juga buah durian jelas tergantikan dengan lahan tambang.

Sementara itu, tambang di kabupaten Dairi tersebut juga memiliki posisi yang sangat rawan, pasalnya berada di lokasi lempeng bumi yang rawan gempa, jika sewaktu waktu terjadi gempa di lempengan tersebut maka jelas akan menghancurkan sektor ekonomi dan bisa juga menimbulkan korban jiwa untuk masyarakat yang berada di sekitar tambang.

Lebih lanjut, hadirnya industri ini sangat mencederai ekosistem di kabupaten tersebut yang semulanya asri dengan hutan hutan nya, harus gersang dimakan keserakahan para kaum borjuis, lambat laun kehadiran industri ini menjadi bom waktu yang sedikit demi sedikit, cepat atau lambat akan menimbulkan sebuah dampak yang tidak baik bagi masyarakat Dairi.

Dengan landasan beberapa hal tersebut maka masyarakat Dairi mulai menempuh jalur pergerakan guna menolak aktivitas pertambangan di daerah mereka, mereka memulai dengan meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan untuk mencabut izin operasi tambang tersebut, sebab hadirnya tambang di tengah kehidupan mereka jelas menimbulkan dampak yang tidak sehat bagi masyarakat Dairi.

Hadirnya industri ekstraktif di tengah ruang hidup masyarakat Dairi telah merampas kemerdekaan mereka, warga yang harusnya bisa bercocok tanam dengan tenang di tanah kelahirannya harus dirampas dengan pengerukan lahan yang terus menerus.

Pada tahun 2019 lalu perwakilan dari desa Pandiangan, Desa Bongkaras dan Sumbari mengajukan pengaduan ke Ombudsman, Compliance Advisor Ombudsman (CAO) lembaga ini merupakan pengawasan kepatuhan independen terhadap Internasional Finance Corporation dan MIGA, keduanya merupakan bagian dari bank dunia tentang pendanaan Dairi Prima.

Seperti gayung yang bersambut, hasil dari pengaduan tersebut memberi kekuatan bagi masyarakat Dairi, dalam laporan CAO disebutkan tambang Dairi Prima Mineral memiliki kombinasi risiko tinggi karena beberapa faktor seperti, pembangunan bendungan limbah proyek perusahaan tidak sesuai standar Internasional.

Lebih lanjut lagi ternyata diketahui bahwa data data Dairi Prima Mineral tak lengkap terkhusus data tentang pengolahan dan penyimpanan limbah, pernah pada satu kejadian banjir bandang pada saat masa eksplorasi Dairi Prima Mineral, limbah bocor pada tahun 2012 mengakibatkan ika ikan milik warga mati dan menimbulkan trauma sendiri bagi masyarakat sekitar.

Perlawanan dan pergerakan masyarakat Dairi terhadap tanah leluhurnya yang asri akan terus diperjuangkan sampai nanti adanya keputusan pemberhentian operasi Dairi Prima Mineral, Pemerintah kabupaten semestinya membantu masyarakat dalam hal advokasi dalam kasus ini, di mana pemerintah yang seharusnya berpihak kepada rakyat jangan malah berpaling pada kaum kapitalis tersebut.

Banyak hutan sudah digunduli demi kepentingan tambang tersebut, lahan lahan masyarakat yang semestinya bisa melanjutkan studi pendidikan anaknya hingga ke bangku sarjana, dewasa ini harap harap cemas sebab kondisi Dairi sudah bukan seperti kemarin lagi, saat ini mereka sedang menghadapi sebuah fenomena yang mengancam kemerdekaan mereka untuk hidup tenang dan beraktifitas di tanah leluhurnya.

Bukan soal ekosistem dan hutan saja yang terdampak akibat tambang yang hadir di kawasan Diari ini, tapi ada banyak ancaman yang senantiasa menghantui warga di sekitar tambang Dairi, aktivitas tambang yang masif dapat menyebabkan pencemaran air yang signifikan proses pengolahan mineral sering melibatkan penggunaan bahan kimia seperti sianida dan asam sulfat yang digunakan untuk memisahkan logam berharga dari batuan.

Tambang juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem yang luas, hutan dan lahan basah yang berada di dekat tambang seringkali harus dirobohkan atau dikeringkan untuk memberikan ruang bagi kegiatan pertambangan, akibatnya keanekaragaman hayati yang tinggi dan habitat yang unik hilang.

Sementara itu jika kita tarik lebih jauh lagi soal tambang ini secara langsung berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca yang berperan dalam perubahan iklim global, proses penambangan dan pengolahan mineral menghasilkan emisi gas seperti karbon dioksida, metana, dan oksida nitrat hingga gas gas yang berbahaya lainnya.

Tidak hanya itu saja tapi juga soal tanah juga mengalami degradasi proses pertambangan seringkali melibatkan penggalian dan pengangkutan material yang melibatkan perusahaan lapisan tanah yang subur hal ini sangat berdampak bagi kualitas bercocok tanam masyarakat Dairi yang hidup di sekitar tambang.

Sudah banyak yang di coba untuk mengambil kembali tanah leluhur dari masyarakat Dairi, tapi apalah yang bisa dilakukan oleh kaum kaum proletar melawan kekuatan para bourjuis, masyarakat Dairi adalah satu dari banyaknya contoh masyarakat adat yang dipinggirkan oleh keserakahan kemajuan industri, mimpi mimpi harus terkubur oleh tambang yang semakin di geruk dalamnya.

Tidak ada lagi udara segar bagi mereka hanya ada aroma tambang yang senantiasa keluar masuk dari paru paru warga Dairi, ada banyak tangis tangis yang tumpah lantaran kebun dan pertanian gagal karena efek tambang dan ada banyak pula anak anak yang harus harap harap cemas ketika bermain dikarenakan bekas galian tambang yang masih terbuka lebar, kita harus membuka mata akan hal ini.

Pemerintah juga punya tanggung jawab soal ini bagaimana masyarakat yang kian tertindas ini harus segera mendapatkan keamanan untuk terus hidup dan berkembang di tanah para leluhurnya, mereka akan tetap disitu karena meraka lahir di situ dan akan mati juga di tanah yang mereka cintai dan perjuangkan.

Hari ini mungkin Dairi yang sedang di rampas haknya, atau mungkin jauh di hutan kalimantan sana ada orang hutan juga yang juga nasibnya sedang tidak baik baik aja, atau yang sudah jelas tampak di depan kita nasib orang utan tapanuli yang saat ini juga terusik akibat hadirnya tambang di kawasan tapanuli.

Begitulah realitas yang terjadi saat ini, ada banyak keserakahan kaum borjuis yang makin mengganas di negri ini, lantas apa kita harus diam saja melihat penindasan di depan mata kita atau kita berpura pura untuk tidak tahu dengan penderitaan yang dialami oleh masyarakat adat saat ini, sudah menuju tujuh delapan tahun Indonesia merdeka tapi masyarakat adat terkhusus di Dairi masih saja terjajah, bukankah sangat menyakitkan rasanya hidup terkekang di negara yang sudah merdeka cukup lama, sudah saatnya kita semua buka mata dengan kejadian yang dialami masyarakat adat yang hidupnya tergerus ganasnya para penguasa tambang ini.<--more-->

Ikuti tulisan menarik Tondini alief harahap lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler