x

https://pontianak.tribunnews.com/tag/dosen-untan-ahirul-habib-padilah

Iklan

Bibi Suprianto

Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), Universitas Gadjah Mada (UGM)
Bergabung Sejak: 21 April 2023

Senin, 29 Mei 2023 15:13 WIB

Habib Padilah dengan Kabeh Betuah Mendorong Kesejahteraan Petani Desa Nanga Sayan

Program pertanian terintegrasi yang dijalankan di Desa Nanga Sayan telah menggerakkan para petani untuk beraktiivtas sepanjang tahun. Para petani bisa mengembangkan kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatan, mulai dari menjadi penyadap karet hingga beternak secara mandiri. Kegiatan yang diinisiasi Ahirul Habib Padilah berdampak nyata bagi petani, dan untuk seluruh ikhtiarnya itu ia mendapat apresiasi SATu Indonesia Award.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ahirul Habib Padilah tak memiliki latar belakang pendidikan di bidang pertanian.  Dia adalah sarjana ilmu politik dari Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Ijasahnya S2-nya pun adalah Megister Hubungan International dari Universitas Padjajaran, Bandung.

Tapi persoalan di depan matanya yang riil adalah minimnya edukasi di bidang pertanian para petani di kampung halamannya, yakni Tanjung Pinoh, Kalimantan Barat. Itulah yang membuatnya tergerak membentuk kelompok tani.

Melalui program pertanian terintegrasi, Habib mampu mengedukasi masyarakat untuk melakukan kegiatan bertani sepanjang tahun. Kelompok tani yang diberi nama Kabeh Betuah itu menghimpun petani lokal untuk bergerak secara mandiri dengan mengadopsi sistem pertanian terintegrasi sejak Mei 2019. Kelompok ini mengembangkan sistem perikanan, perkebunan, pertanian dan peternakan.  Dengan integrasi ini para petani dapat berkativitas sepanjang musim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Program pertanian terintegrasi itu dijalankan di persawahan Desa Nanga Sayan. Desa tersebut memiki aliran sungai alami dan berada diantara dua bukit. Program dilakukan dalam dua tahap. Pertama, uji coba memadukan konsep pertanian dan peternakan. Dalam fase ini para petani memanfaatkan lahan untuk pertanian dan peternakan yang ramah lingkungan. Lalu kedua pada saat masyarakat sudah percaya dengan konsep terintegrasi yang membawa keuntungan bagi para petani. Program ini membuktikan bahwa para petani telah mendapatkan keuntungan yang dapat membantu kebutuhan hidup mereka.

Wilayah petani terintegrasi terletak di hulu dan hilir. Setiap petani memiliki 15 petak sawah. Petak sawah tersebut awalnya dimanfaatkan untuk menanam padi sekali dalam setahun. Setelah program petani terintegrasi digerakkan, para petani memanfaatkan sawah untuk membuat kolam dan pada saat akan ditanami padi, kolam tersebut dikeringkan. Ketika padi sudah tumbuh, para petani kembali melepaskan ikan lele, manila, dan ikan mas.

Para petani juga bisa mengembangkan usaha di bidang lain, misalnya sebagai penyadap karet. Selain itu mereka juga berkesempatan menjadi peternak ayam kampung, kambing, dan sapi.

Dulu para petani memang sudah terbiasa mencari pekerjaan sampingan, namun hasilnya hasil. Saat ini, mereka sudah mampu menyekolahkan anaknya hingga kuliah.

Kelompok Tani Kabeh telah membina 25 orang warga desa selama tiga tahun. Melihat keberhasilan program program ini, desa-desa lain tertarik mengadopsi program yang sama. Dampak positif yang dirasakan, tentu akan memberikan manfaat bagi banyak orang. Habib sangat berharap bahwa konsep program terintegrasi dapat terus berjalan dan meluas di berbagai daerah.

Sebagai dosen di Universitas Tanjung Pura, Habib berusaha melatih para kader yang ingin bergabung mengurusi kelompok tani.

Dengan segala ikhtiar itu membuat Habib menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2022.

Jika di sekitar anda ada sosok dan komunitas yang telah berkontribusi memecahkan permasalahan di sekitarnya, mereka layak dinominasikan untuk menerima penghargaan serupa pada tahun ini.  

 

Ikuti tulisan menarik Bibi Suprianto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler