x

Beginilah metafora kelahiran reformasi. Seorang mahasiswa jatuh tergeletak terkena pukulan pasukan anti huru-hara yang berusaha membubarkan aksi unjuk rasa menuntut Presiden Soeharto mundur di depan Kampus Trisakti, Grogol, Jakarta, 12 Mei 1998.(KOMPAS/JULIAN SIHOMBING)

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 29 Mei 2023 09:47 WIB

Babad Republik Sewidak Loro: Setelah 25 Tahun Reformasi

Soeharto lengser dua puluh lima tahun silam. Apa yang terjadi dalam seperempat abad kemudian? Rezim otoritarian kembali mencengkeram. Benarkah cita-cita Reformasi digerogoti dari dalam oleh pelaku reformasi sendiri?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

krisis ekonomi tak terkendalikan
demo mahasiswa guncang ibukota
agar Soeharto hilang kekuasaan
era baru Indonesia yang terbuka

demo mahasiswa di Ibu Kota
diikuti gerakan serupa di daerah
kota seperti Yogyakarta dan Surabaya
memanas dengan demonstrasi berdarah

gerakan mahasiswa di daerah
semakin marak menjadi-jadi
ikut merobohkan rezim pemerintah
Soeharto kehilangan legitimasi

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

dua puluh lima tahun sudah
pelaku menyebar ke berbagai lini
berebut menjadi agen pemerintah
komisaris BUMN pejabat birokrasi

sebagian bergabung partai lama
simbol demokrasi semu Orde Baru
partai baru seperti Gerindra
didirikan oleh mantan menantu

meski tak sedikit aktivis sembilan delapan
memilih tetap bekerja bersama rakyat
jauh dari ingar-bingar pemberitaan
hidup di desa miskin melarat

memilih tetap bekerja bersama rakyat
getol membela korban pelanggaran
hidup di desa miskin melarat
hak asasi manusia, lestarikan lingkungan

tapi kerja demokrasi tak berhenti
hanya untuk menumbangkan tirani
watak penjajah berakar di urat nadi
reformasi tak lagi punya arti

agenda reformasi tak menjadi
dilipat agar tak berkembang
dari korupsi hingga pelanggaran hak asasi
hukum diubah sewenang-wenang

'Orde Baru' pun bangkit kembali
menguasai wacana dan lembaga
polisi sebagai pengendali situasi
jadikan bisnis kotor semakin menganga

dalam gelanggang politik kita
kewenangan KPK diamputasi
kolusi dan dinasti kian biasa
reformasi gagal karena 'demokrasi'

aktivis masuk ke dalam kekuasaan
sehingga mereka pun bungkam
lembaga-lembaga hukum dikerdilkan
demi jabatan, mulut terdiam

alih-alih menyeret pelaku ke pengadilan,
dalam kasus pelanggaran hak asasi
Joko Widodo memilih penyelesaian
lewat tim khusus non yustisi

yang paling ironis, tentu saja
usaha memperpanjang masa jabatan
ditariknya kembali kewenangan daerah
melalui omnibus law sialan

cita-cita Reformasi belum tercapai
makin mengkeret di seperempat abad
aktivis oportunis serupa keledai
wajib dihukum sebagai penjahat

pengkhianatan terhadap harapan
terjadi ketika kekuasaan diisi mereka
yang dulu meminta perubahan
uang dan jabatan membuat lena

dua puluh lima tahun belumlah lama
waktu yang singkat saja ternyata
kembali ke zaman gelap jahiliyah hina
nyawa para mahasiswa apakah sia-sia?

 

 

Cikarang, 28 Mei 2023

 

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler