x

Supinah yang menyukai kaum lelaki.

Iklan

Edy Hendras Wahyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Juli 2023

Jumat, 14 Juli 2023 08:06 WIB

Rupanya Orangutan Betina Itu Cemburu pada Saya

Percaya atau tidak, ini yang saya alami dicemburuin orangutan betina, lampai-sampai marah, menyerang dan menggigit.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jatuh cinta kepada pasangan, sudah biasa. Seorang gadis menaksir perjaka itu sudah lumrah, karena kodrat sebagai mahluk hidup. Tetapi kalau orangutan jatuh cinta atau menaksir atau mencemburui manusia, itu sebuah ceritera. Hal itu banyak ceritera dari orang-orang terdahulu yang tinggal di pinggiran hutan.

Bukan sebuah mitos atau dongeng, kejadian ini sebuah kenyataan kalau orangutan betina suka dengan lelaki (manusia) atau orangutan jantan suka dengan perempuan. Hal ini saya alami ketika masih melakukan penelitian orangutan.

Semua orangutan di Camp Leakey, dikasih nama, untuk memudahkan mengabsen kedatangan mereka di pusat rehabilitasi, sehingga siapa yang hadir atau absen, Ketika petugas memberikan makanan tambahan. Atau melakukan monitoring perilaku kera merah tersebut dalam proses pelepasliaran, setelah dilakukan karantina beberapa waktu. Bila sudah cukup sehat, mereka di lepas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adalah Supinah, nama orangutan betina, kanon orangutan ini bekas peliharaan dari seseorang yang menitipkan untuk dilepasliarkan ke alam habitat aslinya yang berupa hutan tropis. Namun Supinah sudah terbiasa hidup dengan manusia, sehingga dia ingat apa yang dilakukan sang majikan, dapat ditiru, seperti cabut rumput, menggergaji, mencuci pakaian, gosok gigi dan sebagainya.

Supinah tidak suka dengan perempuan, dia akan menyerang, mengejar, sehingga para petugas dapur, rata-rata enggan dekat atau menghindar dari orangutan betina itu. Namun sangat dekat dengan petugas lelaki, tidak mengganggu malah mendekat dan sering kali duduk bersebelahan.

Waktu penelitian, saya dekat dengan Supinah, terkadang ke hutan dia suka ikut, atau mandi di sungai, sering minta sabun. Tangan dibasahi dengan air, kemudian menggosok gosok sampai berbusa. Tetapi busa aitu dimakan, buat kumur-kumur. Bisa jadi Supinah melihat orang yang menggosok gigi, sehingga menirukannya.

Suatu kali saya datang dengan istri ke base camp. Supinah sudah menunggu di ujung jembatan. Semula dia akan menggandeng tangan saya, namun saya menolak, karena istri baru kali ini ikut masuk ke hutan, jadi agak takut. Supinah tidak menyerang atau mengganggu istri. Tetapi raut wajahnya terlihat kecewa, dan rambut berdiri. Hal ini menandakan orangutan itu marah. Namun karena kami datang berbarengan bersama dengan karyawan lain, Supinah tidak menyerang karyawan perempuan.

Dua hari kemudian, dengan tiba-tiba, Supunah yang tidur di kolong rumah, menyerang saya ketika saya mau ke dapur. Dengan cepat mengigit kedua kaki dan kedua tangan. Saya membawa tongkat, namun tak tega untuk memukul, takut kena anaknya yang digendong. Saya hanya teriak tolong…tolong…tolong. Tak lama karyawan berdatangan. Supinah kabur ke hutan.

Saya meneteskan air mata, sedih. Bukan karena kesakitan, namun heran. Supinah yang setiap hari dekat, saya kasih makan, kadang minta dituntun ketika berbarengan ke jembatan, atau saya kasih makan buah, dan saya elus-elus karena sudah dekat, kok tiba-tiba menggigit. Taring orangutan yang tajam itu menancap di kaki, darah pun bercucuran dan langsung diangkut ke rumah sakit.

Sepanjang jalan memikirkan, mengapa Supinah menyerang dan mengigit. Biasanya jarang sekali menyerang orang lelaki, tapi kini dengan ganasnya menggigit keempat anggota tubuh, sehingga terasa nyeri dan tak bisa jalan.

Lama berpikir. Mungkinkan Supinah cemburu kepada istri saya, karena masih teringat sewaktu di ujung jembatan ingin menggapai tangan saya, saya hindari dan berusaha melindungi istri. Apa dia sakit hati, merasa dicuekin, disambut di jembatan, namun diabaikan? Berbagai pertanyaan terlintas di dalam benak.

Seminggu kemudian, ketika luka sudah mulai membaik, saya kembali ke camp. Dan tanya kepada semua karyawan, tentang Supinah. Merka menjawab, tak pernah nampak datang ke camp. Atau mungkin di hutan sedang musim buah. Tanya saya lagi. Biasanya bila sedang musim buah, banyak orangutan ke hutan dan sedikit yang datang ke camp. Beberapa karyawan juga menjelaskan bahwa saat itu musim kemarau dan di hutan tak ada buah. Kedatangan orangutan di “feeding station” cukup banyak, menandakan bahwa di hutan tidak banyak makanan.

Saya pun sedih. Bukan dendam. Apakah Supinah bisa bertahan hidup di hutan, karena orangutan itu jarang ke hutan. Bisa dikatakan makan dan tidur di camp. Mungkinkah Supinah patah hati, broken hard. Saya tersenyum, melupakan nyeri bekas gigitannya. Bisa jadi, kecewa, patah hati, sakit hati, dendam bercampur jadi satu. Manusia yang biasa mengajak jalan ke hutan, kasih makan buah-buahan, telah menggandeng perempuan. Dan melupakannya, wow unik juga.

 

Orangutan jantan muda itu naksir wisatwan asing.

Lain kisahnya dengan Supinah. Kalau ceritera ini tentang orangutan jantan muda, namnya Palobab, yang akan mengagahi wisatawan bule. Di Pusat penelitian orangutan itu sering kali ada beberapa volunteer atau relawan yang membantu penelitian, atau mahasiswa yang sedang mengambil data untuk tesis S2 atau S3, tentang kehidupan orangutan.

Suatu sore hari, menurut ceritera wisatawan yang tinggal di pondok tamu, akan mandi. Dia melihat jantan muda yang sedari tadi duduk di bawah pohon. Biasa orang bule yang sayang kepada kera merah ini, memanggil nama. Kemudian turun dari rumah dan akan pergi ke sungai. Namun anehnya orangutan jantan itu minta digandeng dan jalan melalui jalan setapak atau jalan pintas di tengah hutan. Biasa semua wisatawan melalui jalan yang mengarah ke dapur, karena jalannya lebar dan bersih.

Tak ada rasa curiga. Wisatawan itupun mengikuti dan menggandeng. Namun di tengah perjalanan, jantan muda itu berhenti. Telapak kaki orangutan yang panjang itu, mencengkeram kaki wistawan. Tangan orangutan itu juga memegang tangan wisatawan. Wisatawan mulai curiga, kemudian berteriak. “Help…help…help”. Kontan jantan itu segera melepas dan kabur ke hutan, karena melihat beberapa karyawan berdatangan.

Sekelumit ceritera, bahwa kera merah itu, rupanya juga menaksir manusia, baik orangutan jantan ke perempuan dan orangutan betina ke lelaki. Hati-hati bagi yang memilihara monyet atau kera, bisa jadi mereka akan menaksir anda.

 

 

Ikuti tulisan menarik Edy Hendras Wahyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

9 jam lalu

Terpopuler