x

Iklan

Edy Hendras Wahyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Juli 2023

Jumat, 28 Juli 2023 08:09 WIB

Siapa yang Kuat, Dia yang Berkuasa

Ini kisah tentang kehidupan di alam bebas, seperti orangutan. Siapa yang kuat akan menguasai wilayah, baik sumber pakan atau paşandan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Si Jagoan di Rimba

Sudah menjadi hukum alam, siapa yang kuat, baik kekuatan fisik dan materi, bisa menguasai beberapa hal. Kehidupan di alam juga demikian. Akhirnya yang kuat menjadi penguasa atau raja yang menguasai kelompok dan sumber daya alam.

 

Pertandingan Sumo, atau gulat ala Jepang, cukup seru untuk ditonton. Dua manusia gendut` menggunakan cawat adu kekuatan saling berhadapan dan berusaha saling menjatuhkan. Siapa yang jatuh dan tak berkutik lagi, atau keluar dari arena, dialah yang kalah.

 

Sumo alias gulat yang dilakukan oleh orangutan jantan dewasa, tak kalah serunya. Dua raksasa rimba ini umumnya bila berkelahi, dalam hal merebutkan pasangan, atau mempertahankan kekuasaan pada suatu daerah. Atau kadang-kadang ada jantan yang mencoba lawan tanding dengan jantan penguasa yang tak terkalahkan.

 

Pertandingan gulat ala Raja Hutan ini, adalah Curly (Penguasa Camp Leakey) melawan Zorro jantan muda liar yang konon pernah tersingkirkan. Namun rupanya zoro tak kenal menyerah. Setelah beberapa tahun tak muncul, dia kembali lagi untuk melengserkan penguasa. Umumnya jantan yang ingin mencoba kesaktiannya itu, adalah jantan-jantan muda yang akan menginjak dewasa, mulanya saat masih `ingusan dikalahkan oleh jantan penguasa.

 

Ambil contoh di lokasi Rehabilitasi Tanjung Puting. Penguasa selalu berganti-ganti pada suatu saat. Apabila belum ada jantan yang mengkudeta, dan memaksa untuk “lengser” maka sang penguasa akan tetap bercokol pada suatu tempat kekuasaannya.

 

Memang tanpa `promotor`, dia akan mempromosikan dirinya sendiri dengan suara lengkingan panjang (long call). Suara jantan dewasa ini bisa menggema ke seantero belantara. Kita dapat mendengarkan hingga jarak 5 km lebih, bila sang penguasa sedang bersenandung. Maka bagi jantan-jantan yang merasa dirinya belum terkalahkan atau yang berkuasa pada tempat tersebut. Atau jantan muda yang ingin menjajal `kekuatan` akan mendatangi asal suara tersebut.

 

Lain halnya dengan jantan yang tak punya `nyali`, beraninya hanya dengan anak kecil atau dengan orangutan betina, atau jantan yang pernah kalah, atau jantan yang tak punya kekuatan lagi karena usianya telah lanjut, akan menjauhkan diri dari suara `long call` tersebut. Malah ada jantan yang saking takutnya, saat berada di pohon sedang makan, dan saya amati di tengah rimba, lansung turun ke tanah dan lari terbirit-birit dan terkencing-kencing dan mencret, menjauh. Sehingga obyek pengamatan kabur. Dan digantikan dengan Orangutan liar yang diidentifikasi bernama Sam.

 

Jangan heran, semua orangutan yang diamati, memiliki nama, untuk memudahkan dalam pengumpulan data. Memang kalau kita pikir, mukanya sama, sulit membedakan. Kalau kita lihat secara seksama, muka orangutan, memang ada perbedaan. Namun Prof. Biruté Mary Galdikas, yang sudah setengah abad melakukan penelitian, tahu persis siapa orangutan itu. Seperti kita saja sebagai manusia, kalau hanya sebentar, lupa nama. Namun karena sering kali jumpa, lama-lama hafal pula. Kadang kita ingat rupa, tapi lupa nama. Demikian juga dengan orangutan jantan ada ciri-ciri khas. Dan satu lagi untuk mengingat nama orangutan, adalah daerah jelajahnya.

 

 

Ada juga “Si Jago” dengan gerakan yang “silent” tanpa suara. Mungkin "patroli keliling" daerah jelajahnya. Hal ini saya alami kejadian sekali pada orangutan liar. Rupanya `sang jagoan` tanpa bersuara mendekati orangutan yang sedang makan. Sang jagoan langsung melabrak dan mengejarnya hingga dapat. Orangutan yang sedang makan, tak ada waktu lagi untuk menghindar. Memang ukurannya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan sang jagoan.

 

Mungkin saking takutnya, hingga berak dan kencing, sambil teriak dan menangis serta menjerit. Jantan yang baru datang tak memberi ampun, terus mengejar dan menggigit. Satunya berusaha menghindar namun keburu kakinya tertangkap. “Maaf tuan mohon ampun. Saya tak sengaja memasuki wilayah tuan. Saya akan segera meninggalkan daerah ini. Sekali lagi mohon ampun”. Hanya orangutan saja yang mengetahui bahasanya. Kira-kira seperti itu bila diterjemahkan dalam bahasa manusia. Tak lama sang jagoan, membiarkan jantan itu pergi meninggalkannya. Secepat kilat merosot dari pohon dan turun ke tanah, lari sekencang mungkin dan lenyap di kelebatan rimba.

 

Lain halnya bagi para gadis atau orangutan betina yang sedang `estrus` bila mendengar suara jantan, justru akan mendekati. Memang suara jantan tersebut selain mempromosikan diri, juga berfungsi memanggil orangutan betina yang memasuki masa birahi.

 

Bila suatu saat, antara jantan sudah bertemu muka sesama jantan yang mempunyai nyali, maka perkelahian pun tak dapat dihindarkan. Dua-duanya saling berhadapan persis seperti pertandingan sumo, dan saling menunjukkan taringnya yang tajam. Lantas bila jurusnya sudah siap, saling bergumul dan menggigit. Satu lengah, satu menubruk. Tak sungkan-sungkan menyerang dari belakang, siapa yang sigap dan cekatan, dialah yang bisa melukai lawannya.

 

Maka tak heran jantan-jantan jagoan sering terlihat banyak mempunyai cacat. Seperti jarinya patah atau tak bisa dibengkokkan, bantalan pipinya robek, matanya buta sebelah atau bibirnya sumbing atau bagian tubuh lain cacat dan bekas luka.

 

Ada juga jantan yang mempunyai sifat ksatria. Lebih baik mati daripada tunduk dan menyerahkan predikat penguasa kepada jantan lain. Dia bertempur hingga titik darah penghabisan. Sekali pernah diketemukan bangkai orangutan jantan yang mati dan penuh luka, diperkirakan habis berkelahi. Ada juga jantan yang belum pernah berkelahi atau malah penakut.

 

Pertarungan penguasa hutan ini memang sungguh menarik bila beruntung bisa menemui dan menyaksikan. Seperti pertarungan antara CURLY dan Zoro, yang kebetulan berada diseputaran camp. Pertunjukan pada tahun baru 1984 itu banyak mengundang para penghuni kamp (manusianya bukan orangutan) untuk menyaksikan.

 

Mulanya CURLY sedang asyik berpasangan dengan orangutan betina. Datanglah Zoro jantan yang masih muda, mungkin ingin mendekati betina yang ada kamp. Namun di camp sudah ada sang penguasa, dialah CURLY. Maka perkelahian pun tak dapat dihindarkan. Seru, saling memukul bergumul. Zoro mau naik ke pohon, CURLY menarik dari bawah dan bergumul lagi. Saling kejar mengejar mencari areal yang lapang, dan gulat lagi. Pohon kecil banyak yang roboh dan patah diterjang manusia hutan yang sedang bertanding.

 

Rupanya Zoro kalah pengalaman dalam hal bertarung. Namun belum benar-benar KO, hanya kabur untuk sementara. CURLY terus mengejar hingga benar-benar sudah jauh. Dan sang penguasa kembali lagi ke pasangannya. Itulah orangutan yang berusaha melestarikan kekuasaanya. Zoro, kabur ke hutan, kemungkinan suatu saat akan kembali lagi, menjajal kekuatan.

 

Ikuti tulisan menarik Edy Hendras Wahyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 jam lalu

Terpopuler