x

Aspal. Ilustrasi Pembangunan Jalan

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Sabtu, 29 Juli 2023 10:38 WIB

Hilirisasi Aspal Buton, To Be or Not To Be?

Hilirisasi aspal Buton diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Buton secara signifikan. Hal ini sudah sangat sesuai dengan UUD’45, Pasal 33, Ayat 3.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hilirisasi aspal Buton merupakan strategi dan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan baku batuan aspal alam yang terdapat di pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Adapun jumlah deposit aspal alam Buton ini sebesar 662 juta ton. Dan aspal alam Buton ini apabila sudah mampu diolah menjadi aspal Buton ekstraksi, maka akan mampu mengsubstitusi aspal impor dan dapat dimanfaatkan selama lebih dari 100 tahun. Sangat luar biasa bukan? Tetapi mirisnya, hilirisasi aspal Buton ini sampai saat ini masih belum juga terwujud. Mengapa? Ini adalah sebuah pertanyaan abadi yang sampai saat ini masih belum ada satu orangpun yang berani menjawabnya?

Hilirisasi aspal Buton diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Buton secara signifikan dan berkeadilan dengan memperkuat struktur industri, serta meningkatkan peluang usaha di dalam negeri dengan menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru. Hal ini sudah sangat sesuai dengan UUD’45, Pasal 33, Ayat 3. Pasal tersebut memiliki makna mulia bahwa negara wajib mengelola sumber daya alam yang dimilikinya guna dimanfaatkan untuk menyejahterakan rakyatnya.

Hilirisasi Aspal Buton, “to be or not to be?” Apa maksudnya? Mari kita cari tahu apa arti “to be or not to be”. Mengutip berita dari elohim.id tanggal 11 November 2020, ternyata kalimat “to be or not to be, that is the question” berasal dari naskah sandiwara Hamlet, karya William Shakespeare, yang sangat terkenal dan legendaris. Kalimat populer ini tidak banyak orang yang mengetahui artinya, atau untuk apa kalimat itu ditujukan?.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalimat ini diucapkan oleh sang tokoh utama, pangeran Hamlet. Kalimat ini muncul ketika ia merasakan kesedihan dan kepedihan yang sangat luar biasa sewaktu pamannya membunuh ayahnya, dan menikahi ibunya. Begitu sakit rasa hatinya, sehingga ia sempat berpikir, apakah ia harus terus hidup (“to be”), atau mengakhiri saja hidupnya (“or not to be”).

Apabila kita kaitkan hubungan antara naskah sandiwara Hamlet, karya William Shakespeare, dengan belum terwujudnya hilirisasi aspal Buton, sakit hati dan penderitaan batin yang dirasakan oleh rakyat Buton begitu sangat hebat yang tidak tertahankan lagi. Penantian selama 1 abad untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton adalah rasa sakit yang tidak terperi, begitu pilu dan perihnya, sehingga kita mulai merasa putus asa dan kehilangan harapan. Seandainya saja kita tidak memiliki kesabaran dan kuat iman, kita sudah apatis, menyerah kalah, dan mengikhlaskan aspal impor merajalela. Karena kita sudah muak, dan tidak tahan menderita lagi.

Hilirisasi aspal Buton adalah satu-satunya harapan bagi rakyat Buton untuk dapat hidup sejahtera di masa yang akan datang. Bukankah hilirisasi aspal Buton itu adalah program pemerintah untuk menyejahterakan rakyatnya sesuai dengan UUD’45, Pasal 33, Ayat 3?. Tetapi mengapa pemerintah sendiri tidak mampu mewujudkan hilirisasi aspal Buton ini? Rakyat bertanya: “Apakah tidak mampu atau tidak mau?. To be or not to be?”. Apakah penyebabnya adalah karena Indonesia sudah masuk ke dalam perangkap “zona nyaman” impor aspal?. Ini adalah sebuah pertanyaan abadi yang sampai saat ini masih belum ada satu orangpun yang berani menjawabnya?

Rakyat Buton apakah mempunyai pilihan, hilirisasi aspal Buton “to be or not to be?” Hilirisasi aspal Buton cepat atau lambat pasti “to be”. Karena ini menyangkut kedaulat rakyat. Sebagai negara yang sudah merdeka, kita harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk menyahterakan rakyatnya. Dan sekaligus menjaga marwah, martabat diri, dan kedaulatan negara. Hilirisasi aspal Buton adalah bukti nyata dari pengejawantahan sebagai bangsa dan negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan aspal nasional.

Mungkin ada hikmahnya bahwa hilirisasi aspal Buton sampai saat ini masih belum juga terwujud. Mengapa? Karena hilirisasi nikel yang sudah dimulai lebih dulu sejak tahun 2020, ternyata sekarang ini telah mengalami banyak sekali kasus-kasus dan masalah-masalah. Harapan rakyat akan hidup sejahtera dengan terwujudnya hilirisasi nikel, ternyata justru hidupnya semakin menderita. Harapan besar akan memperoleh banyak nilai tambah dari hilirisasi nikel, ternyata semua harapan itu palsu. Malah rakyat negara lain yang lebih diuntungkan. Harapan besar akan terciptanya banyak lapangan pekerjaan baru untuk generasi muda, ternyata justru Tenaga Kerja Asing (TKA) yang dengan mudah menikmati lapangan pekerjaan baru tersebut. Bagaimana ini pak Jokowi?

Apabila program pemerintah untuk hilirisasi nikel masih banyak sekali terdapat masalah dan kekurangannya. Khususnya apakah hilirisasi nikel ini sudah sesuai dengan UUD’45, Pasal 33, Ayat 3?. Maka seyogyanya program hilirisasi aspal Buton kita tunda saja dulu. Karena apabila dipaksakan untuk lanjut akan menimbulkan lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Oleh karena itu, untuk sementara, biarkanlah hilirisasi aspal Buton “not to be” dulu. Dan biarkanlah saja pemerintah impor aspal terus dengan harga yang melangit. Toh, lama-kelamaan pemerintah pasti akan menjerit nyaring, karena telah kehabisan sumber dana. Dan ujung-ujungnya, mau atau tidak mau, pasti akan beralih ke aspal Buton juga yang harganya lebih murah.

Masalah mewujudkan hilirisasi aspal Buton kelihatannya seperti sebuah sandiwara Hamlet, karya Shakespear, dimana “to be or not to be” menjadi sebuah pertanyaan abadi. Tetapi kali ini pertanyaan abadi tersebut sudah ada jawabannya. Jawabannya adalah hilirisasi aspal Buton harga mati “to be”, demi kedaulatan Bangsa dan Negara Indonesia.

Hilirisasi aspal Buton, “to be or not to be?”. Hilirisasi aspal Buton wajib “to be”. Jangan samakan hilirisasi aspal Buton dengan hilirisasi nikel, karena sejatinya Allah SWT sangat sayang dengan hilirisasi aspal Buton. Buktinya, hilirisasi aspal Buton sampai saat ini masih belum juga terwujud. Mungkin itu adalah karena Allah SWT berkehendak memberikan kesempatan lebih lama lagi kepada hilirisasi aspal Buton untuk harus lebih banyak belajar dari kasus-kasus dan masalah-masalah yang telah terjadi pada hilirisasi nikel. Mungkin karena Allah SWT ingin mewujudkan hilirisasi aspal Buton “to be the best” untuk meningkatan kesejahteraan rakyat Buton.  

  

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB