/1/
dibakar cemburu
ikan asin membolakbalik tubuhnya nan gemulai
mencemplungkan diri dalam baluran kecap manis
dan cincang bawang cabe rawit
padahal aku ingin menggorengmu
pada wajan berlumur minyak zaitun
dan menyantapmu pada sajian malam
ketika kabut mulai menuruni tebing
dan bercengkerama dengan aur
padahal aku bernafsu melumatmu
hingga tak lagi tinggal belulang
padahal aku selalu bergairah
melihat liuk ekormu di akuarium
padahal selalu begitu
sedari dulu!
/2/
linglung tibatiba menelikung
sekian pengkolan dan tanjakan membuatnya limbung
"dimana jalan ular yang kelok-berkelok itu, Bung?"
mereka tersesat di alur lumbung
dan terperosok pada selokan nan suwung
(dari atas sini senja tampak makin menyusut
ketika para penolong turun, senyummu tak kecut)
/3/
terima kasih telah mengantarkan
sepotong cinta lewat matamu
yang selalu meletupkan rindu
yang memancarkan kesucian
/4/
tersiram cahaya-Mu yang dahsyat
aku bersijingkat
beranjak
menuju teratak
berbenah
menengadah
/5/
Hujan nan deras meluluhlantakkan mimpimu
dan melumat aneka hasrat
gairah itu tumpah ke segala penjuru
di taman hikmat
/6/
mawar itu selalu saja
merekah di dada
/7/
yang membuktikan ternyata waktu
yang menyosok dalam aneka rupa
masih lupakah?
Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.