x

Gubernur Jambi DR. H. Al Haris, ME (kanan), HBA (Tengah) dan Wakil Gubernur Abdullah Sani (Kiri). Foto \x2013 Ist.

Iklan

INTAN AYU ANGGRAINI

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 September 2023

Senin, 18 September 2023 13:19 WIB

Sejarah Pemikiran Kebudayaan Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane

Di Indonesia terdapat dua tokoh pemikir kebudayaan yang memiliki pengaruh besar terhadap kebudayaan Indonesia, yakni Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebudayaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari sekelompok daerah dan golongan. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki berbagai kebudayaan, mulai dari budaya lama hingga budaya modern, budaya daerah dan budaya nasional, budaya barat dan timur, dan sebagainya.

 

SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

individualis

Sutan Takdir Alisjahbana merupakan salah satu tokoh pembaharu Indonesia yang berpandangan Liberal. Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana berakar dalam paham humanisme yang berkembang di Negara Barat. Di Negara Barat, manusia terpaksa melawan kekuatan alam untuk bertahan hidup, orang harus menggunakan dan meningkatkan kekuatannya. Dengan demikian, timbul materialisme, yakni manusia mengutamakan jasmani, dan lahir intelektualisme pengetahuan praktis karena manusia terpaksa menyempurnakan akal. Dalam pandangan materialisme akan menimbulkan sifat individualisme, yaitu manusia yang mementingkan diri sendiri atau egois.

Takdir mengatakan bahwa dalam budaya tradisional Indonesia, penerapan nilai-nilai ekspresif mengarah pada budaya menjadi bangsa. Sedangkan di negara-negara Barat, ilmu pengetahuan lebih unggul dan nilai-nilai progresif diterapkan untuk memimpin bangsa menjadi bangsa yang modern. Menurut Takdir, Indonesia harus mengadopsi nilai-nilai Barat yang bercirikan: intelektualisme, individualisme, dan materialisme. Dengan kata lain, memelihara kebudayaan Indonesia memerlukan upaya modernisasi yang mutlak untuk mencapai kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara Barat. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana inti dari modernisasi ialah perubahan dari kebudayaan statis menuju kebudayaan yang progresif. Modernisasi ini mendapat banyak tentangan atau penolakan karena dianggap akan menghilangkan kepribadian bangsa Indonesia.

Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan bahwa kebudayaan Indonesia sebagai suatu kebudayaan yang universal (Barat). Unsur-unsur yang dikreasikan terutama yang masih langka dimiliki masyarakat Indonesia pada masa itu, antara lain: Teknologi yang maju, ekonomi maju, keterampilan berorganisasi, dan ilmu pengetahuan.

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, hubungan antara etika dengan nilai merupakan inti utama dari persoalan kebudayaan. Manusia, sebagai pencipta Kebudayaan mempunyai kodrat ganda. Pada satu sisi ia adalah makhluk alam dan pada sisi lain ia adalah makhluk budi. Sebagai makhluk alam, manusia tunduk kepada hukum alam yang menguasai kehidupan lahir dan jasmani. Sedangkan sebagai makhluk budi manusia dikuasai oleh hukum budi.

 

SANUSI PANE

Kerja Sama

Sanusi Pane merupakan sastrawan Indonesia yang sangat fenomenal. Sanusi Pane memiliki pandangan sendiri mengenai kebudayaan nasional yang terangkum dalam setiap karya sastra yang dihasilkan. Melalui karya sastra tersebut, Sanusi Pane berusaha membangun kesadaran nasional dengan caranya sendiri. Sanusi Pane berusaha menumbuhkan cinta tanah air melalui kenangan sejarah di masa lalu, yang tersirat dalam salah satu puisi yang pernah Sanusi Pane tulis. Dalam esai yang berjudul ‘Mengembalikan Keboedajaan Kita’, Sanusi Pane berpendapat bahwa kebudayaan Indonesia berorientasi pada kebudayaan Timur yang mengutamakan kehidupan rohani, perasaan, gotong royong, tolong menolong, dan masyarakat Indonesia juga tidak boleh melupakan sejarah kebudayaan sendiri. Dalam esai yang lain, ia juga menghimbau agar bangsa Indonesia Kembali pada kebudayaan Timur dan jangan lagi diperbudak oleh imperialisme Barat (Belanda), karena imperialisme yang dibawa oleh bangsa Belanda telah memporak-porandakan kebudayaan asli bangsa Timur khususnya bangsa Indonesia, yakni kebudayaan saling tolong-menolong dan bergotong royong yang pada masa itu telah pudar.

Sanusi Pane mendefinisikan kebudayaan sebagai pusat kehidupan dan gerakan manusia, pusat tersebut itu ada hubungannya dengan segala bidang dalam masyarakat dan kemakmuran suatu negeri bergantung pada kebudayaannya. Terdapat beberapa konsep kebudayaan yang dikemukakan oleh Sanusi Pane, antara lain sebagai berikut.

1. Tingkat tertinggi lapangan Kebudayaan terdapat di Indonesia dan India, yakni lapisan berpusat pada mistik, yakni manusia bersatu dengan alam dan meniadakan keinginan jasmaninya dan membersihkan jiwanya.

2. Barat menonjolkan jasmani, sehingga lupa jiwa. Akal dipakai menaklukan alam. Ia seperti Faust, ahli pengetahuan yang mengobarkan jiwanya, sehingga lupa akan jasmani. Ia bersifat Arjuna yang bertapa di Indrakila. Haluan yang sempurna ialah menyatukan Faust dengan Arjuna, memesrakan materialism, intelektualisme, dan individualisme dengan spiritualisme, perasaan dan kolektivisme.

3. Kita mewujudkan kebudayaan baru, atas dasar ramuan Timur yang silam disertai dengan ramuan Barat yang modern.
Sanusi Pane merupakan pengagum kebudayaan Timur seperti yang terwujud dalam kebudayaan India, Sanusi Pane menyenangi kebudayaan Barat dan dia mengadakan Sinteses antara Timur dan Barat. Menurut Sanusi Pane, kebudayaan Barat yang mengutamakan jasmani tidak dengan sendirinya istimewa karena terbentuk oeh tantangan alam yang keras sehingga manusia berfikir dan bekerja keras. Sementara itu, kebudayaan Timur memiliki keunggulan yaitu mengutamakan kehidupan rohani. Oleh karena itu, kebudayaan Indonesia baru dapat dibentuk dengan mempertemukan semangat intelektualitas Barat dengan semangat kerohanian dari budaya Timur.

Dengan pemikiran antara dua tokoh terkemuka tersebut, akhirnya Indonesia menggabungkan kedua konsep kebudayaan, yaitu barat dan timur. Indonesia memiliki kebudayaan yang khas dan tidak berpihak pada barat ataupun timur. Indonesia menjadi negara yang netral dalam sebuah pilihan, tidak mendukung barat atau timur, tidak juga menjelekkan keduanya.

Atas perbedaan pemikiran akan konsep kebudayaan tersebut, polemik kebudayaan Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane ditulis dan dibukukan oleh Achdiat K. Mihardja dalam bukunya yang berjudul Polemik Kebudayaan.

Ikuti tulisan menarik INTAN AYU ANGGRAINI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu