x

Sumber foto: pixabay.com, desain dengan PowerPoint

Iklan

Sulistiyo Suparno

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Juli 2023

Rabu, 20 September 2023 14:58 WIB

Nasib Buruh Demonstran

Partinah mengerti, suaminya telah berjuang demi mendapatkan amplop tebal di bulan ini, lebih tebal dari bulan lalu. Dalimin dan teman-teman telah berkali-kali turun ke jalan dan mengepung Istana Negara demi perjuangan memperbaiki kesejahteraan mereka.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Partinah sudah memasak daging ayam serundeng, sambal tomat, dan lalapan mentimun. Ini hari istimewa. Tak lama lagi Dalimin, suaminya, akan pulang membawa amplop tebal, lebih tebal dari bulan lalu.

Sebenarnya dengan amplop tebal yang sudah-sudah, mereka bisa hidup dengan cukup –lebih tepatnya dicukup-cukupkan. Dalimin, suaminya, pergi pulang menumpang bus yang disediakan pihak pabrik, sehingga bisa menghemat Rp 20.000/hari.

Partinah mengajarkan pula kesederhanaan pada kedua anaknya. Hanif, kelas 2 SMP, berjalan kaki setiap hari karena jarak sekolahnya tak terlalu jauh, hanya 2 km dari rumah. Partinah memberi uang saku pada Hanif tiga ribu rupiah tiap hari, tak lebih.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sari, kelas 2 SMA, meski jarak sekolahnya lebih jauh, tapi selalu ada pemuda-pemuda yang menawarkan boncengan motor. Partinah memberi uang saku pada Sari lima ribu rupiah tiap hari, tak lebih.

Pada kedua anaknya, Partinah selalu menyiapkan bekal nasi dan tempe goreng dalam wadah plastik berbentuk kotak. Warna biru untuk Hanif, merah untuk Sari.

“Uang saku kalian untuk membeli minuman di kantin. Ingat, jangan beli minuman kemasan, ada pengawetnya, merusak otak kalian,” pesan Partinah pada anak-anaknya. “Harus ada sisa untuk kalian tabung,” Partinah menambahkan.

Ada sepetak lahan di belakang rumah. Di lahan itu, Partinah menanam bayam, tomat, lombok, dan sayuran lainnya. Kalau hendak memasak, Partinah tak perlu ke pasar atau mencegat tukang sayar. Cukup memetik di kebun mungil di belakang rumah.

Untuk lauk tak pernah berganti, dari itu ke itu. Ikan asin, tahu, tempe. Sesekali ada daging ayam atau sapi, kalau pas ada tetangga selamatan.

Tapi hari ini istimewa. Dalimin, suaminya, akan pulang membawa amplop tebal, lebih tebal dari bulan lalu. Partinah memasak daging ayam serundeng, sambal tomat dan lalapan mentimun, untuk menyambut kepulangan suaminya. Ini penghormatan Partinah untuk suaminya.

Partinah mengerti, suaminya telah berjuang demi mendapatkan amplop tebal di bulan ini, lebih tebal dari bulan lalu. Dalimin dan teman-teman telah berkali-kali turun ke jalan dan mengepung Istana Negara demi perjuangan memperbaiki kesejahteraan mereka.

Partinah dan anak-anak mengikuti perkembangan unjuk rasa itu melalui berita-berita di televisi. Partinah dan anak-anak melonjak girang ketika pemerintah mengumumkan akan menaikkan upah buruh. Ketika Dalimin pulang, Partinah dan anak-anak menyambutnya dengan peluk rindu dan bangga.

“Ayah hebat,” kata Hanif.

“Ayah pahlawan,” sahut Sari.

***

Partinah sudah selesai menata hidangan di meja makan. Ia kemudian duduk di ruang tamu. Sudah pukul 16.45. Beberapa saat kemudian ia melihat Dalimin memasuki halaman rumah.

“Assalamu’alaikum,” seru Dalimin di ambang pintu.

“Wa’alaikumsalam,” Partinah menyahut. “Bagaimana, Pak?”

Dalimin mengerti. Setelah duduk, ia mengeluarkan amplop coklat dari saku celananya.

“Wah, tebal sekali ya, Pak?” wajah Partinah berseri-seri.

“Alhamdulillah, Bu. Rezeki buat kita semua.”

“Tapi, Pak. Mengapa bisa sebanyak ini?”

Dalimin gugup sejenak, tetapi lalu tersenyum dan menjawab, “Itu sudah termasuk bonus. Kata mandor, kerjaku bagus.”

“Oh, syukurlah. Aku kira kamu korupsi, Pak,” sahut Partinah terkekeh.

“Anak-anak mana, Bu?” tanya Dalimin mengalihkan pembicaraan.

“Masih di TPQ. Nah, tuh mereka pulang.”

Hanif dan Sari muncul di ambang pintu. Setelah mengucapkan salam, mereka mendekati Dalimin. Wajah dua anak itu ceria.

“Jadi nggak, Yah, beli sepatu baru untuk Hanif?” tanya Hanif.

“Dan kerudung baru,” Sari menimpali.

“Jadi, dong. Nanti ya bakda isya,” jawab Dalimin sembari merentangkan kedua tangan, lalu merengkuh anak-anaknya dalam pelukan.

“Asyik,” Hanif melonjak-lonjak.

“Bau apa ini?” sahut Sari.

“Oh ya, hampir lupa. Ayo, ayam serundengnya sudah siap,” ajak Partinah.

“Cihui, sudah lapar, nih,” seru Hanif.

Mereka menuju meja makan. Hanif dan Sari makan dengan lahap.

“Boleh tambah lagi, Ibu?” tanya Hanif.

“Iya, nih. Enak banget. Boleh ya, Bu?” Sari menyahut.

Partinah tersenyum.

“Boleh. Habiskan saja,” ujarnya.

***

Tengah malam Partinah terjaga ketika mendengar sesunggukan di kamar. Ia melihat Dalimin duduk di tepi ranjang dengan bahu berguncang. Partinah bangun lalu duduk di sisi Dalimin.

“Ada apa, Pak?” tanya Partinah menyentuh lembut bahu Dalimin.

“Maafkan aku, Bu. Aku sudah bohong sama kamu.”

“Bohong soal apa?”

“Amplop tebal tadi bukan bonus, tapi pesangon.”

“Pesangon?” Partinah tertegun.

Dalimin menghela napas.

“Tadi Mr. Tanaka menemui kami. Beliau menyampaikan terima kasih pada kami, buruhnya, yang telah bekerja dengan baik untuk perusahaan. Mr. Tanaka juga meminta maaf, karena hari ini adalah terakhir kami bekerja. Mulai besok, pabrik berhenti produksi. Mr. Tanaka akan memindahkan pabriknya ke Vietnam. Mr. Tanaka tak sanggup bila harus memberi upah pada buruh sesuai UMK yang baru.”

Gemetar tubuh Partinah. Memucat wajahnya.

“Jadi...”

“Maafkan aku,” Dalimin menyahut dan tertunduk.

Partinah mencoba tersenyum. Ia menggeser duduknya dan menggenggam tangan Dalimin.

“Sabar ya, Pak? Mungkin Tuhan punya rencana lain untuk kita.”

Dalimin tersenyum. Getir.

“Jangan sampai anak-anak tahu ya, Bu? Aku akan berusaha mencari pekerjaan lagi,” kata Dalimin.

“Ya, Pak. Ini rahasia kita,” sahut Partinah.

Dalimin tersenyum lega. Ia membaringkan tubuh, begitu pula Partinah. Sebelum memejamkan mata, Dalimin berbisik pada Partinah, “Terima kasih, isteriku. Kamu sudah memasak ayam serundeng. Hari ini sangat istimewa bagiku.”

Partinah tersenyum haru. “Iya, Pak. Ini hari yang istimewa. Sudah larut malam. Tidurlah, Pak ...”

***SELESAI***

Ikuti tulisan menarik Sulistiyo Suparno lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB