x

ilustrasi seseorang yang mencoba menggenggam orang lain dengan cara memahami dirinya sendiri dengan tulisan \x22KAMU..\x22 diantara keduanya.

Iklan

rakhmat_azis

Penulis indonesiana
Bergabung Sejak: 9 November 2021

Jumat, 15 Desember 2023 20:32 WIB

Kamu

Saat pertama kali bertemu denganmu, aku tahu hidupku tak akan sama seperti dahulu lagi. Inilah kisah seseorang yang mencoba menggapai hati orang lain dengan cara memahami dirinya sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

     Aku mengingatmu saat pertama kali bertemu denganmu, waktu itu aku tahu bahwa hidupku tak akan sama seperti dahulu, karena aku tidak terlalu mempedulikan kondisiku sendiri saat mengerjakan pekerjaanku dengan waktu terbatas dan jadwal yang padat, aku bahkan tak sempat untuk jalan dihari libur, jika ada pun aku habiskan didalam rumah untuk beristirahat.

     Pagi itu aku melihat jendela dan melihat keluar, aku berpikir sejenak dan menanyakan pada diriku sendiri tentang ketidaktahuanku tentanglingkungan sekitarku sendiri, bahkan taman yang dekat dari rumahku pun aku belum pernah menghampirinya, selain pekerjaanku sendiri sepertinya tidak ada yang aku ketahui.

     Saat keluar ternyata pagi dengan suasana yang hangat dan sejuk tak begitu buruk namun aku tetap menggunakan jaket karena aku tak begitu suka dingin serta saat itu angin berhembus kadang begitu kencang, ternyata dedaunan disekitar taman banyak berguguran terkena angin harum daun kering begitu tercium terbawa angin, aku berjalan menyusuri taman ada begitu banyak tanaman bunga dan beberapa pohon besar disekitarnya kursi dan meja taman tersedia rapih. Aku pikir tidak ada seseorang disini saat sampai diujung taman aku melihat seseorang duduk dengan buku ditangan dan termos dimeja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

     Aku pikir tidak mungkin ada orang dihari kerja menghabiskan waktu untuk ke taman seperti ini, aku pikir ini mungkin semacam halusinasi atau semacamnya, aku mencoba mendekat karena keanehan ini, ternyata semakin aku mendekat ternyata ada manusia yang terlihat sedang fokus dengan buku yang ia baca, angin lagi-lagi berhembus hingga membuat rambut manusia itu terangkat, lucu melihatnya namun aku penasaran dan mencoba duduk disebelahnya, menatapnya dan ada perasaan muncul yang tidak pernah aku rasakan untuk pertama kalinya, dia menatap kearahku dengan muka datarnya dan menyenggolku dengan buku yang ada ditangannya aku pikir dia sedang berusaha mengusirku, entah apa yang aku cari dari dirimu namun aku merasa tenang duduk disampingmu bahkan sudah diusir pun aku akan tetap mencoba mendekat kepadamu.

    “kamu membawa buku dan membaca sendirian ditempat seperti ini membuatmu menjadi lebih mengerti isi dari bukumu ya? Atau kamu hanya ingin sendiri disini, aku liat disini bahkan tidak nyaman untuk membaca buku karena ini diluar dan tidak beratap, apakah jika hujan tidak masalah? Disini juga tidak ada tempat untuk meneduh.” Kataku dengan muka tebal dan keberanian untuk dekat bersamamu.

    “kamu menanyakan hal yang tidak perlu ditanya, sudah pasti aku duduk disini untuk membaca buku karena disini banyak pepohonan dan rindang, dan aku tahu musim.” Katamu dengan muka datar.

     “begitu ya, jadi keberadaanku disini harusnya tidak mengganggu, karena kamu duduk untuk membaca buku, bukan untuk menyendiri.” Kataku dengan senyum melihat betapa tenangnya dirimu.

     “boleh jadi, tapi bukan berarti kamu seenaknya memegang buku orang lain.” Katamu lagi dengan muka yang sama namun dengan suara jengkel.

     “baik, maaf karena sudah memegang bukumu itu” Kataku melihat reaksimu yang jengkel.

     Ternyata memang sepertinya aku tidak seharusnya duduk disini, namun ketenangan bersamamu ini bukan sebuah kesalahan, kamu yang terus membaca bukumu dengan fokus bahkan tidak terganggu karena aku melihatmu dalam diam, aku bingung mengapa hal ini bisa terjadi tanpa jelas penyebabnya dengan banyak pertanyaan dikepalaku dengan melihatmu, jika dipikir bahkan kamu tidak mendekati tipe orang yang aku sukai.

    Kamu bahkan diawal bertemu sudah mengusirku dan sekarang tak mempedulikan aku yang ada disebelahmu, namun aku tetap menyukai berada disekitarmu. Sikapku ini memang sangat menyebalkan jika sudah berkaitan dengan hal yang aku sukai, dulu aku begitu sangat tertarik dengan hubungan pertemanan sampai aku menganggapnya sebagai hubungan yang tidak memiliki akhir atau hubungan atas dasar kepercayaan dan aku selalu percaya akan hubungan tersebut, namun pada akhirnya hal yang aku percaya hanya sebatas ada didalam imajinasiku yang tidak akan menjadi kenyataan, kepercayaan yang aku jaga ini ternyata hanya aku sendiri yang menganggapnya tetap terjaga sedang yang lain selalu merusaknya berulang kali sampai pada moment diriku sendiri mengalami celaka karena rasa percaya yang selalu kujaga, namun hal itu seperti kebiasaan bagiku untuk tetap percaya kepada orang lain dan tetap jujur kepada orang lain.

   Kebiasaan ini memang membuat aku sedikit tenang, namun yang membuat aku sedikit bingung mengapa berada disampingmu begitu menenangkan bagiku?, bahkan lebih menenangkan dari rasa kepercayaan dan kejujuran yang selalu aku lakukan kepada orang lain. Waktu sudah mulai gelap, angin semakin mendingin dan dedaunan berguguran aku mulai beranjak dari tempatku melihatmu masih fokus dan tidak peduli dengan sekitarmu, aku yang ingin pamit pun tidak tega untuk mengganggumu yang sedang ada didalam duniamu sendiri, aku pergi menjauh dari tempat kamu duduk dan semakin aku jauh harum daun kering semakin menghilang namun perasaan ingin kembali berada disampingmu semakin kuat.

     Kondisiku yang kurang sehat mengharuskan aku istirahat lebih awal agar bisa bekerja kembali, aku pasti sudah banyak merepotkan banyak orang jika tidak segera kembali bekerja, teman kerjaku pasti akan banyak disusahkan karena ketidakhadiranku. Dengan makan dan minum yang cukup kemudian yang terpenting adalah tidur yang nyeyak agar bangun dengan segar.

      Matahari bersinar dengan angin yang hawa dingin, aku kembali berangkat ke tempat kerja dengan jaket tebal, bahkan teman kerjaku banyak yang bertanya mengenai pakaian tebal yang selalu aku pakai apakah tidak membuatku merasa panas, tapi aku tidak begitu senang dengan cuaca akhir-akhir ini matahari bersinar terang namun anginnya begitu dingin dibadanku.

      Hari-hari biasa aku lewati dengan rasa syukur, namun beberapa kali aku sering terlalu banyak bersyukur sampai melupakan dampak dari rasa syukur yang sering aku lakukan dan tidak sedikit membuat diri saya sendiri menjadi sakit dan menyakiti orang lain, bahkan beberapa orang sudah mengingatkan tindakanku dan dampaknya, seperti membantu pekerjaan orang lain yang bukan menjadi prioritas pekerjaan hingga membuat aku sendiri harus lembur bahkan berhari-hari sampai akhirnya membuat kelelahan dan membuat penyakit dibadanku sendiri, atasanku sendiri kadang mengingatkan untuk melakukan pekerjaan yang diprioritaskan dulu bukan membantu malah melupakan prioritas sampai lupa dengan kesehatan badan sendiri.

     Pada akhirnya aku membantu yang bisa aku bantu namun kadang aku membantu dan melupakan yang seharusnya menjadi pekerjaanku dan selalu berakhir menjadi terlambat pulang, tidak tidur bahkan melupakan diri sendiri, namun hari ini aku menyadari sesuatu ketika bertemu denganmu bahwa tidak peduli itu kadang perlu dilakukan sepertimu yang tetap fokus membaca buku, jika kamu terganggu olehku atau kamu tidak mengacuhkanku mungkin kamu tidak akan memahami buku yang kamu baca, bahkan tidak akan selesai membacanya.

     Aku mengagumimu dari sikapmu yang tidak peduli itu yang membuatmu menjadi lebih sehat dan mungkin sepertinya aku akan membutuhkanmu untuk selalu menjadi pengingat sependek dan sesingkat kehidupanku, mungkin jika aku mendapatkan waktu untuk berlibur aku akan menemuimu kembali harapku.

     Hari ini aku terbangun dengan keadaan yang baik, dan baik sekali karena hari ini aku mendapatkan waktu liburku, aku harap kamu tetap pada tempatmu tidak berpindah ke tempat lain, karena jika berpindah mungkin sulit untukku membuat alasan yang masuk akal dan akan terlihat aku mengejarmu yang menjauh dariku walau memang aku sulit untuk berbohong apalagi terhadap kamu yang sepertinya sulit untuk mempercayai seseorang dari sikapmu itu.

    Aku dengan pakaian seperti biasa berjalan dengan percaya diri akan bertemu denganmu kembali walau aku sendiri ragu kamu akan berada ditempatmu itu. Berjalan menyusuri jalan setapak berderet tanaman dan pepohonan, daun kering berjatuhan, dan angin yang berhembus lembut menyejukkan apakah harapan yang aku inginkan akan terwujud untuk bertemu kembali denganmu?.

    Aku dengan hati-hati melangkah dan mencoba untuk tidak terlihat terburu-buru, sebisa mungkin mencoba untuk berjalan dengan santai dan tidak terlihat mencari seseorang yang membuatmu ingin selalu disampingnya. Dengan kebohongan yang sudah kulatih disetiap langkah kakiku aku bertemu kembali denganmu yang sedang terduduk dengan buku yang ada ditanganmu, aku memandangmu dari jauh semakin aku ingin mendekat denganmu namun ada rasa ingin cukup melihatmu dari jauh, namun sepertinya rasa ingin didekatmu lebih besar dari rasa yang ingin melihatmu dari jauh.

    Aku melangkah demi langkah mendekat kepadamu yang sedang fokus membaca buku, namun sesaat kemudian kamu memejamkan matamu dan langkahku sesaat terpaku diam memandangmu, berpikir apa yang sedang kamu lakukan? Apakah kamu akan memarahiku karena aku kembali mengganggumu?, namun lagi-lagi perasaan ingin dekat kepadamu lebih besar dari kecemasanku.

     Saat kamu memejamkan matamu aku semakin memelankan langkah kakiku mencoba agar kamu tidak terganggu namun sepertinya hal itu percuma, kamu memandangku dengan muka datarmu, dan aku hanya bisa tersenyum akhirnya aku bisa melihatmu membuka mata dan melihat ke arahku.

     “kamu tahu jika aku kemari lagi karena melihat cuaca sangat bagus, dan aku yakin bahwa kamu akan berada di tempat ini kembali” dengan percaya diri aku berbicara.

  “apa yang kamu cari dari keberadaanku disini?, bukankah dirimu hanya menggangguku?” tanyanya dengan menoleh kebukunya kembali.

    “hmm boleh jadi begitu, namun yang pasti pertanyaanmu sudah terjawab ketika aku berbicara” aku dengan bahagia menjawabmu.

    “terserah asalkan dirimu tidak mengganggu aku yang ada disebelahmu.” Jawabnya singkat.

    “kamu tahu, aku duduk disebelahmu selain karena cuaca yang sangat bagus, entah kenapa ketika aku berada disampingmu aku merasa sangat tenang dan berada disampingmu selalu menyejukkan bagiku.”kataku dengan bahagia.

    “begitu ya, seharusnya jika kamu merasa tenang, bisakah kamu diam saja tanpa berbicara disampingku?”Tanyanya dengan singkat.

    “jika seperti itu kamu hanya akan merasa lebih marah lagi dari sebelumnya karena kamu tidak mendapatkan jawaban dariku langsung, bukannya selama ini kamu marah kepadaku karena kamu tidak mendapatkan jawaban yang jelas bukan?” jawabku.

    “mungkin.” Jawabnya ragu.

     Setelah percakapan itu aku hanya terdiam mendengar suara angin dan suara daun yang berguguran dan melihatmu yang sedang terdiam tenang membaca buku yang selalu kamu bawa, awalnya aku ingin mencoba untuk mengajakmu berbicara lebih banyak lagi namun melihatmu yang lebih peduli bahan bacaanmu membuatku sulit untuk mengusikmu, aku khawatir jika lebih dari ini kamu akan menjauh dan menghilang dari hadapanku.

     Dalam diamku memandang wajahmu membuat diriku merasakan hal yang tak pernah aku alami, pengalaman yang bahkan tidak bisa aku ucapkan dan tuliskan, perasaan yang mengganggu namun menenangkan, perasaan yang mampu mengubah ego seseorang, yang membuat ego itu hilang menimbulkan rasa yang menyakitkan karena sebagian dari diriku hilang, karena datangnya orang lain yang mampu mengubah pandangan dan arah diri ini untuk datang kepada satu orang, orang itu adalah kamu.

     Duduk bersamamu tidak akan membuatku bosan dan waktu yang seharusnya lama bagiku begitu singkat ketika bersamamu. Harapanku mungkin akan cukup berada disampingmu, namun apakah itu akan selamanya akan terasa cukup?, untuk sekarang mungkin iya namun satu detik kemudian, satu jam mendatang, satu hari bahkan satu tahun kedepan aku tak tahu apa lagi yang membuatku akan merasa cukup. Aku berharap kamu akan menyudahi dan menjadi kecukupan bagi kehidupanku.

    Kecemasanku ketika memikirkanmu menjadi lebih berat, aku bahkan tak bisa membayangkan hal terburuk atau aku memang tak mau memikirkan hal terburuk terjadi?, jika hal terburuk tidak bisa aku pikirkan bagaimana aku mampu memikirkan hal terbaik bersamamu? Aku masih terlalu egois, ego yang hanya menginginkanmu dalam keadaan baik, dan menolak untuk melihatmu terpuruk. ternyata aku memang masih belum pantas disampingmu bahkan dalam pikiranku sendiri hal seremeh ini tidak mampu aku pikirkan dengan baik.

     Karena pikiranku sendiri aku ingin segera menjauh darimu, namun apakah aku mampu? Menjauh dari orang yang telah membuatmu secara sadar menginginkan untuk bersama disisinya selamanya? Menjauh dari orang yang telah membuatmu tenang?, pertanyaan ini mungkin akan selalu ada dikepalaku tanpa akan pernah tahu jawabannya sampai aku tahu keinginanmu, keinginanmu lebih tinggi dan lebih baik dari keinginanku karena dirimu adalah hal yang membuatku merasa lebih baik.

     Setelah banyak hal terjadi dalam pikiranku aku mulai ingin pulang. menatap wajahmu yang tetap fokus membaca buku, aku berjalan menjauh dari tempatmu dan dirimu tetap berada dalam duniamu aku melewati banyak guguran dedaunan dan angin yang terus berhembus, harum daun kering semakin menghilang ketika aku terus melangkah menjauh darimu, awan yang putih langit biru matahari yang semakin berwarna jingga mengantarku pulang dari tempatmu.

      Aku membuka pintu yang biasa kubuka namun rasanya menjadi tidak biasa, perasaan yang membayangkan seseorang ada dihadapanku menyambut kedatanganku, imajinasi yang tidak pernah aku bayangkan ada ini.. menjadi ada, ada apa denganku sekarang? Padahal aku baru melangkah pulang dan sekarang rumah yang biasa aku tinggali terasa tidak sama kembali. Dekat denganmu membuat kekhawatiranku bertambah, menjauh darimu membuatku cemas.

       Pagi hari yang harusnya terbangun dengan segar dan semangat namun berubah menjadi melelahkan, kerja yang biasa aku lakukan dengan semangat semuanya terasa melelahkan dan lama, bahkan terasa sulit dari biasanya, namun dari semua kesulitan dan kelelahanku ini aku tetap melakukan banyak hal agar tidak menyusahkan dan terlihat tidak berguna untuk rekan kerjaku. Mereka melihatku sebagai orang yang mampu melakukan banyak hal dengan baik dan tepat waktu, bahkan aku mampu melakukannya dalam kurun waktu yang singkat karena kecepatan dan ketepatanku banyak rekanku meminta untuk mengerjakan pekerjaan mereka walaupun bagitu aku tetap akan membantu tanpa mereka meminta kepadaku bahkan dalam keadaanku yang lelah ini.

     Berhari-hari membawa rasa lelah ini tanpa hilang sedikitpun, membuat kualitas kerjaku tidak menambah lebih baik bahkan hari makin hari aku bahkan tidak mampu untuk membantu pekerjaan rekan kerjaku, jika terus seperti ini apakah aku akan tidak mampu untuk bekerja disini?, pikiranku sudah membayangkan banyak hal yang kemungkinan akan terjadi jika kinerjaku terus menurun.

     Pada akhirnya aku dipanggil atasan dan menanyakan keadaanku, dan aku hanya menjelaskan hal yang mampu aku jelaskan dan tidak menjelaskan apapun yang tidak aku mengerti, aku pikir ini adalah akhir pekerjaanku karena kinerja yang semakin buruk namun pada akhir sesi obrolan yang panjang itu aku hanya disuruh berlibur dan membebaskanku kapan akan masuk kembali, mereka tahu bagaimana cara memperlakukan rekan kerja yang baik dan bagaimana mengatasi persoalan yang aku sendiri tidak mengerti agar mencari jawaban sendiri dari banyak hal yang membuat kinerjaku sendiri menurun.

      Pagi itu aku putuskan untuk kembali ke taman dengan harum dedaunan yang gugur, dengan menggunakan kemeja dan jaket hitam dan celana bahan hitam. Aku berjalan menyusuri jalan ke taman, Semakin dekat aku berjalan ke taman semakin harum daun berguguran dan bayanganmu tepat duduk di bangku taman. Saat sampai di tempat paling belakang taman, tempat kamu biasa duduk nyatanya tidak ada siapapun namun aku pikir mungkin kamu tidak akan datang jadi aku putuskan untuk duduk disini sendiri. Jika dirimu tidak datang biarlah kenangan tentang dirimu tetap berada ada disini, menemaniku yang sedang dalam keadaan tidak tenang dan tidak nyaman.

      Pada akhirnya aku duduk disini sendiri, ternyata seperti ini rasanya duduk sendiri dan melihat orang-orang berjalan saling bertukar cerita, angin sesekali berhembus menemaniku daun berguguran dan sinar matahari terang awan yang putih silih berganti, burung berkicau kupu-kupu terbang dan bunga yang mekar, banyak hal yang aku lewatkan ternyata seindah ini dan dirimu yang hanya ada dalam kenangan.

      Aku tetap memandang bunga yang mekar yang beberapa kali dihinggapi kupu-kupu, bahkan tanaman yang tidak bergerak ketika berbunga banyak yang menghampiri, aku harap nasibku akan seperti bunga yang dihampiri kupu-kupu yang indah itu, beberapa jam kemudian aku tetap berada ditempat duduk sendiri. Beberapa jam akan menuju siang, kamu dengan membawa barang belanjaanmu menatap kearahku dan angin berhembus lembut seakan menyambut kedatanganmu yang aku harapkan, entah ini hanya imajinasiku atau kenyataanku namun kamu tiba-tiba berbalik arah dan berlari ketika melihatku yang duduk ditempatmu, entah karena keberadaanku yang mengganggumu atau karena aku yang sudah memakai tempat dudukmu.

       Kamu berlari dengan sangat cepat, aku mengejarmu tanpa sadar seperti anak kecil, namun tenagaku tidak akan sanggup dan segera mencari cara agar kamu berhenti berlari dengan cepat yang menjauhiku, tapi biarlah apapun hasilnya aku akan tetap membuatmu berhenti berlari.

      “KAMU !!” teriakku.

     Melihatmu yang berlari kemudian langsung berhenti sedikitnya membuat aku khawatir akan membuatmu marah atau mungkin tidak akan mau melihatku kembali, ketika kamu berbalik arah dengan kepala menunduk aku sudah menerima semua konsekuensi yang akan aku terima karena perilakuku, dengan ragu aku tetap menghampirimu.

     “kamu.. berjalan sangat cepat ya, apakah kamu atlet?” tanyaku dengan nafas yang tidak beraturan tercampur kekhawatiranku.

    “bukan, tapi entah kenapa aku berjalan sendiri dan menghindarimu, maaf, kenapa kamu meneriakiku?” jawabnya yang diluar perkiraanku.

      “maaf soal itu, karena jika tidak begitu aku tidak yakin mampu mengejarmu yang tiba-tiba berbalik pergi dengan cepat dariku.” Jawabku lega melihatmu.

     “apa yang ingin kamu katakan sekarang setelah aku berhenti karena teriakanmu itu”tanyanya yang tetap menunduk kepala.

    “bagaimana kabarmu? Bukannya hari ini adalah hari liburmu dan menghabiskan liburmu ditempat ini?” tanyaku penasaran.

    “tidak apa-apa, aku hanya ingin sendiri di rumah.”jawabnya dengan datar, namun dengan muka yang nampak memerah.

    “hmm begitu ya, mukamu kenapa memerah? Kamu sakit?, sepertinya kamu lupa jika kamu membawa barang belanjaan begitu banyak, mencoba berlari, dan sekarang kamu sakit. akan lebih baik jika aku membawakan sebagian barang belanjaanmu.” Kataku yang semakin khawatir.

     “boleh..” Jawabnya dengan pelan.

   “baguslah, dengan begini bukankah bebanmu semakin berkurang?” tanyaku memastikan aku tidak akan mengganggumu.

       “iya..” jawabnya dengan suara pelan.

    Aku berjalan disampingmu dengan membawa barang belanjaanmu yang berat, namun rasa khawatirku ternyata lebih berat dari barang yang aku bawa, padahal aku sendiri yang menawarkan bantuan namun diriku sendiri yang mengeluh.

    Rasa khawatirku bukan tanpa alasan karena aku terus melihatmu yang sangat tegar walaupun jalanmu kadang sempoyongan dan berusaha untuk terus tegar kembali tanpa satu kata pun untuk memintaku membantumu, aku yang terbelenggu rasa khawatir semakin khawatir karena kamu diam dan tidak memintaku untuk membantu, harusnya aku menjadi diriku seperti biasanya mampu menolong tanpa harus orang tersebut meminta, namun sepertinya rasa khawatir karena aku mengganggumu atau kamu akan menjauh dariku lebih besar dari kebiasaanku, kamu benar-benar mengubah sifat dan kebiasaanku hanya dengan kehadiranmu, perasaan dan logika seperti apa yang mampu mengubah karakter seseorang?.

   Kamu dengan diam dan dengan telunjuk tanganmu menunjuk rumah yang tidak memiliki halaman hanya pintu dengan beberapa tanaman didalam pot kecil yang menghiasi rumahmu dengan tembok dengan pola bata merah, awalnya aku hanya ingin mengantarmu dan langsung pulang karena rasa ini terasa sangat membuatku tidak nyaman, perasaan yang selama ini mengganggu kerakter yang selalu ada padaku.. sayangnya melihatmu yang tiba-tiba langsung melemah yang akan jatuh dengan refleks aku merangkulmu yang sudah tidak mampu berjalan kembali segera aku mengantarkanmu ke kamar dengan perasaan yang sangat khawatir aku segera tanpa permisi mengambilkanmu segelas air putih agar setidaknya mampu meredakan rasa sakitnya yang menurutku sepertinya kamu terkena virus karena badanmu melemah, dan semakin melemah karena kemungkinan kamu belum memakan dan meminum dari pagi tadi.

     “akan aku buatkan masakan, agar kamu segera makan dan istirahat” kataku dengan khawatir.

     “ya..” jawabnya.

   Sepertinya dugaanku memang benar sepertinya kamu terkena flu, aku langsung ke dapurnya dan melihat apa yang barang belanjaannya, melihat seluruh perangkat masak, dan bahan yang ada sepertinya orang yang terkena flu akan lebih baik memakan bubur dengan irisan daun bawang dan telur rebus diatasnya, saat memasaknya karena sangat khawatir ada pisau dan tempat memotong daun jatuh tersenggol oleh tanganku, bumbu yang aku pakai hanya menggunakan garam, lada, dan jahe sedikit saat mengaduk buburnya sampai matang saat sudah hamper matang aku menambahkan daun bawang dan mengaduknya kembali, saat telur sudah matang aku langsung mengupasnya dan membelahnya menjadi dua kutaruh telur diatas bubur yang sudah berada didalam mangkok, sekilas aku melihat bawang merah goreng aku tambahkan diatasnya.

    “ini cepat makan, aku buatkan bubur dengan telur rebus, dan segeralah istirahat”kataku yang khawatir.

       Dia hanya terdiam dan langsung memakan bubur dengan pelan.

     “akan aku ambilkan air kembali jadi tetaplah makan sampai habis.”kataku sambil melangkah yang pergi segera mengambil air.

     Dia hanya terdiam dan memakannya dengan pelan, aku pikir sepertinya dia menyukai masakanku. Tadinya aku langsung keluar untuk pulang namun rasa khawatirku saat melangkah tidak menghilang dan justru masuk ke toko untuk membeli puding dan kembali ketempatmu yang sudah selesai makan, aku mengangkat dan menyuci semua alat makan dan peralatan masakmu yang sudah aku pakai, dan membuatkanmu kembali makanan agar ketika kamu bangun dan lapar kembali kamu bisa langsung memakannya, aku khawatir kamu akan langsung tidur kembali tanpa memakan apapun. Sebelum pulang aku menuliskan dikertas dan kutaruh tepat dimeja kecil disebelah kamu yang mulai tertidur.

     “jangan lupa dimakan pudingnya dan makanan yang telah aku buatkan sudah aku siapkan didalam pendingin, maaf karena sudah membuat dapurmu kotor J.”kataku dikertas yang aku tinggalkan diatas meja.

     Aku kembali keluar melangkah keluar rumahmu dan menutup pintu, langkah keluar dari rumahmu lebih ringan dari sebelumnya karena rasa khawatirku berkurang Karena keadaanmu.

      Aku yang kembali seperti semula di kegiatanku sehari-hari dan menemukan sesuatu hingga mampu bekerja normal seperti dulu kembali, pimpinan dikantorku juga menyambutku kembali karena telah mampu bekerja seperti dulu kembali, senang rasanya mampu kembali seperti dulu.

    Aku menemukan kembali diriku dalam dirimu dan pada akhirnya aku mampu mengatasi perasaan yang dulu sangat asing tidak aku kenali, dan bersamamu aku mengenali dan memahami yang aku rasa.

     Seminggu yang aku rasa dulu terasa sangat sulit sekarang lebih mudah untuk dijalani, kembali seperti dulu membantu rekan kerja yang kesulitan dalam pekerjaannya dan pekerjaanku yang kembali menjadi normal seperti biasa kemudian terus membaik, seminggu terasa sangat singkat saat aku mampu menerima.

     Hari liburku datang lebih cepat dan sepertinya ini adalah waktu terbaik untuk kembali bertemu ikembali dengannya, mudah-mudahan dia kembali seperti sedia kala dapat duduk menikmati kesendiriannya dan aku yang akan selalu disampingnya, hari itu sangat berbeda harum daun yang gugur angin yang lembut dan tanaman bunga yang bermekaran matahari bersinar terang, aku berjalan pelan melewati pepohonan dan tanaman jalan yang dulu penuh kekhawatiran menjadi jalan menuju rasa keyakinan untuk menemui mu.

     Aku melihatmu dari jauh dengan tenang kamu duduk dibangku taman dengan bunga yang bermekaran, kupu-kupu berterbangan, dan angin datang dengan lembut menyentuhku, kamu menatap ke arahku yang semakin dekat denganmu, dan tanpa aku sadari aku tersenyum melihatmu seperti sedang duduk menunggu orang lain, namun dimeja depanmu seperti banyak bingkisan yang aku sendiri heran melihatmu membawa bingkisan.

      “kamu.. membawa ini semua?” aku bertanya heran.

      “tentu, apalagi yang mampu aku lakukan dari kebaikanmu yang sudah membantuku saat aku kelelahan minggu lalu?” jawabmu menjelaskan dengan sedikit gugup.

     “tapi.. ini tidak berlebihan bukan? Membawa banyak makanan seperti ini?”  tanyaku khawatir.

    “sudah jangan banyak bertanya, aku sudah menyiapkannya dan kamu harus bertanggung jawab menemaniku menghabiskan makanan yang sudah aku buat” jawabmu yang sedikit malu.

     “baiklah, aku memakannya, terima kasih sudah membuatkannya”jawabku dengan tersenyum bahagia.

     Kamu mungkin tidak menyadari bahwa ketika kamu memakan makanan ini bersamaku wajahmu terlihat berbeda dari biasanya, lebih lembut dan senyuman terlihat jelas diwajahmu, wajah yang mungkin tidak akan aku temui dulu saat kamu tidak menerima keberadaanku disisimu.

     “bagaimana rasanya?” tanyamu.

     “enak dan mungkin lebih enak ini dari masakanku” jawabku dengan senyum.

     “hmm begitu ya”katanya dengan tersenyum.

     “iya.. (senyumanmu benar-benar indah aku bahkan semakin yakin kamu adalah yang terbaik dari banyak orang yang aku temui)”jawabku gugup.

     “kenapa? Tidak enak ya?”tanyamu ragu.

    “tidak.. bukan begitu, aku hanya bersyukur bisa melihat senyum mu, selama ini kita bertemu aku tidak pernah melihatmu tersenyum selain muka datarmu itu” jawabku dengan jujurnya.

     “begitu ya..” jawabmu dengan muka datar kembali.

     Sepertinya ada yang salah dari jawabanku, atau mungkin aku telah menyinggungmu, kenapa saat moment baik ini aku tak mampu membuat suasana menjadi lebih baik, aku melihat wajahmu yang tiba-tiba selesai untuk makan dan mengambil minummu, sepertinya aku telah salah ucap yang membuatnya menjadi berhenti.

     “kamu baik-baik saja?”jawabku khawatir.

    “tentu, namun perasaanku seperti ini, perasaan yang tidak pernah aku rasakan, aku merasa sedih karena selama bersamamu aku berusaha mengabaikan dan menolaknya”jawabmu dengan muka memerah menunduk menahan tangis.

   “begitu ya.. “ kataku dengan mengusap kepalamu, memegang bahumu, sesaat kemudian langsung memelukmu.

     Aku tak masalah jika nanti kamu menolak keberadaanku disampingmu karena aku meyakini jika kamu adalah kebaikan untukku kamu atau aku akan terus bertemu, akan selalu dan selamanya terus berulang sampai kamu mampu menerimaku, ini adalah sisi terburuk dari diriku yang egois karena begitu besar keinginanku untuk bersamamu.

     Pelukan yang spontan ini bukanlah sebuah kebohongan atau rasa kasihan kepadamu, namun perasaan yang ingin aku sampaikan, perasaan yang bahkan tidak bisa aku ucapkan, perasaan yang membuat diriku kehilangan diri sendiri, hangat dan lembut dari pelukan ini tidak akan menyampaikan betapa perasaanku begitu kuat kepadamu dan perasaanmu yang tersampaikan kepadaku.

     “aku berada disisimu bukan tanpa alasan, aku melihatmu duduk dengan tenang dan angin menemanimu membaca buku membawaku untuk menatapmu dan menghampirimu, aku yang awalnya melihat reaksimu yang datar itu setidaknya membuat aku tertarik padamu dan didekatmu aku merasakan ketenangan yang bahkan belum pernah aku temukan, dan sekarang kamu menangis didepanku, bagaimana aku mampu menenangkan orang yang telah memberiku ketenangan, namun setidaknya ketika kamu menerima perasaanmu itu membuatku tidak khawatir akan dirimu dan bersyukur kamu tidak lagi melawan perasaan yang sudah ada saat kita awal bertemu, aku benar-benar bersyukur bertemu denganmu dan menjadikanku menemanimu sampai nanti”kataku dengan bahagia dan haru.

     “benar, semoga jiwaku akan terus menemanimu”jawabmu dengan haru.

    Setelah aku mendengar ucapanmu tentang yang kamu rasakan ternyata betapa dekatnya perasaanmu denganku dan aku yang bersyukur tidak melepasmu dari keinginanku untuk tetap bersamamu, walau pada awalnya aku bingung mengenai sikapku sendiri yang tanpa pikir mendekat padamu, sikap yang membuat diriku memiliki kekhawatiran berlebih ketika jauh darimu dan kekhawatiran akan keterpurukanmu, dan merasakan ketenangan saat melihatmu dalam keadaan yang baik.

     Jiwa kita berdua bertemu.. saat pertemuan itu kita saling bertumbuh bagai benih tersiram air dan tersinar cahaya pagi, setiap detik tumbuh hingga berkecambah dan berdaun muda, akar yang semakin erat mengakar ke bawah tanah. Batang menjulang ke cahaya, daun yang semakin tua warnanya, setiap detik batang tumbuh membesar, dahan tumbuh menguat, akar yang semakin tumbuh kuat besar kedalam tanah, nanti pada akhirnya hubungan kita layaknya tanaman yang menumbuhkan bunga. Harumnya membawa kebaikan disekitarnya.

 

 

 

 

 

           

           

Ikuti tulisan menarik rakhmat_azis lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

6 jam lalu

Terpopuler