x

dibuat oleh rakhmat_azis, untuk cerita fiksi, menggunakan platform desain grafis canva.

Iklan

rakhmat_azis

Penulis indonesiana
Bergabung Sejak: 9 November 2021

Kamis, 15 Juni 2023 08:01 WIB

Kamu...

Aku tidak akan benar-benar memahami diriku sndiri jika aku tidak bertemu denganmu, entah akan jadi apa aku tanpamu, hidup dalam kekosongan dan kehampaan, dan berjalan bagaikan mesin yang hanya hidup kemudian mati.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

     Tak ada yang salah dengan keberadaanmu namun secara kebetulan kamu bertemu aku yang jelas memiliki kemiripan dan kesamaan denganmu, aku sama sekali tidak merasa sedih ataupun bahagia ketika kamu datang yang dikemudian hari akan menjadi bagian kehidupanku, rasanya seperti lubang yang selama ini aku sembunyikan rapat kembali muncul, lubang itu membuat rasa takut dan gelisah datang. Namun dengan santainya kamu memegang tangan yang mulai mendingin ini, dan sangat jelas bahwa aku merasakan rasa yang lebih dingin ditanganmu. Saat itu aku yang sudah meringkuk kedinginan sadar jika membagi rasa itu akan meringankan.

     Tepat sudah lima tahun lalu aku bertemu denganmu, aku duduk dipohon rindang dengan bangku taman berwarna hitam bermejakan kayu, diatasnya terdapat bunga kecil yang aku sendiri tidak tahu, aku membaca buku dengan segelas teh hangat yang aku bawa dari rumah. Aku yang seksama membaca buku sadar akan ada orang yang datang menghampiri dengan mengenakan kemeja dengan warna senada.

     Aku yang sedang membaca sangat terganggu ketika tanpa  permisi ada yang duduk disebelahku, aku menoleh ke arahmu, kukira kamu akan meminta maaf atau semacamnya, ternyata kamu bahkan tidak peduli jika ada orang disebelahmu, karena jengkel aku dengan reflek menyenggolmu dengan buku yang kubaca, kamu hanya tersenyum seolah aku menyapamu, aneh. Aku bahkan menjadi tidak peduli jika kamu ada disebelahku, seharusnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

    Aku hanya bersantai ditaman itu ketika kebanyakan orang sibuk bekerja, dan memang aku hanya mampu meluangkan waktu seharian hanya saat pada hari itu saja. Akhirnya aku dapat kembali ke tempat itu untuk menghabiskan waktu, berjalan melewati beberapa pohon dan dedaunan yang mulai berguguran suasana yang hening serta hangatnya matahari pagi dengan sesekali angin yang berhembus, ketika sampai ditempat kukira tidak mungkin ada orang ditempat duduk itu, namun kamu ada, berbaring di kursi taman yang seharusnya menjadi tempat duduk.

    Aku yang ingin menghabiskan waktu justru terganggu olehmu, sejenak aku memandang wajahmu yang tertidur, tiba-tiba angin berhembus menggugurkan daun dari pohon yang rindang dan tepat daun itu jatuh dengan perlahan diwajahmu, aku pada akhirnya menginginkan pulang namun hendak beranjak kamu terbangun dan memanggil aku yang bahkan tak mengenalimu, aku berpaling dan kamu memegang buku yang aku bawa. Aku bahkan sejenak berpikir namamu siapa, kapan kita bertemu, dimana, dan seterusnya. karena aku terlalu lama diam berdiri memikirkan tentang dirimu, kamu menarikku untuk sejenak duduk disampingmu, kamu berkata bahwa disebelahku udara menjadi lebih jernih dan sesaat sangat sejuk. Aku tidak mengerti maksudmu namun yang aku bisa pahami bahwa pohon itu yang mungkin memberikan kesejukan. Aku yang melihat cuaca hari itu sangat disayangkan jika harus kembali pulang selain itu kamu masih tidak melepas buku yang aku pegang, jadi kuputuskan untuk duduk disampingmu walau aku terganggu, seharusnya.

    Aku yang kembali ketempat duduk untuk waktu seharian pada akhirnya terganggu olehmu, namun pada akhirnya aku mengikuti perkataan tidak masuk akalmu untuk duduk disampingmu. Saat aku mulai membuka dan membaca buku kembali, kamu mulai berbicara.

Kamu membawa buku dan membaca sendirian ditempat seperti ini membuatmu menjadi lebih mengerti isi dari bukumu ya? Atau kamu hanya ingin sendiri disini, Aku liat disini bahkan tidak nyaman untuk membaca buku karena ini diluar dan tidak beratap, apakah jika hujan tidak masalah? Disini juga tidak ada tempat untuk meneduh." Katanya.

“kamu menanyakan hal yang tidak perlu ditanya, sudah pasti aku duduk disini untuk membaca buku karena disini banyak pepohonan dan rindang, dan aku mengerti musim.” Kataku.

begitu ya, jadi keberadaanku disini harusnya tidak mengganggu, karena kamu duduk untuk membaca buku, bukan untuk menyendiri.” Katanya dengan senyum.

boleh jadi, tapi bukan berarti kamu seenaknya memegang buku orang lain.” kataku jengkel.

baik, maaf karena sudah memegang bukumu itu” katanya.

     Aku yang sedikit jengkel melanjutkan kembali bahan bacaanku, angin lagi-lagi menghembuskan dedaunan, dan kamu yang mulai terdiam tidak berbicara kembali disampingku, namun ada hal yang menggangguku, kenapa aku mau duduk disebelah orang ini yang banyak bertanya. Aku bahkan tidak mengenalmu dan kamu yang tidak mengenalku.

     Sikapku yang sekarang terbentuk sebab karena kehidupan disekitarku, aku menjadi sulit mempercayai seseorang bahkan tidak mempercayai seseorang karena mereka yang datang selalu memasang muka berbeda saat mereka berhadapan denganku bahkan sesekali mereka membuka topeng mereka sendiri tanpa malu dan berpikir bahwa tingkah laku mereka membuat seseorang dihadapannya tergores hati dan kepercayaannya.

     Aku yang melihatmu datang kepadaku seperti itu mengingatkan aku kepada mereka yang menutupi muka mereka dan seolah baik kepadaku, sejujurnya aku sangat tidak suka kehadiranmu itu. Kepercayaanku hadir seolah hanya ada agar seperti dengan yang lainnya. Aku merasa aneh sendiri dengan diriku sendiri terhadap dirimu yang dengan seenaknya melakukan berbagai hal itu namun aku seolah mempercayai tindakanmu bukanlah kebohongan atau hal yang dibuat-buat.

     Sinar matahari mulai menunjukkan warna jingga, awan memerah, dan matahari yang mulai tenggelam aku beranjak dari tempat dudukku, namun tanpa sadar kamu telah pergi dari sampingku, biarlah bahkan kamu pun pergi dalam diam kalaupun harusnya dirimulah yang merasa bersalah karena sudah duduk tanpa permisi dan pulang tanpa permisi ditempatku.

     Esok pagi aku kembali ke kehidupan pada umumnya manusia yaitu bekerja, bangun pagi pulang sore kadang sampai tidak mengenal apa itu sore dan pagi, kelelahan karena bekerja yang tidak mengenal waktu itu kadang membuat seseorang menjadi kehilangan dirinya sendiri dan selalu mencoba untuk menjadi layaknya manusia disekitarnya jika tidak manusia yang mencoba jadi dirinya sendiri justru tersingkir oleh manusia itu sendiri, dijauhi dan tidak dipedulikan.

     Selama lima hari bekerja dan selama itu pula aku menjadi orang lain, aku tidak bisa menjadi diriku sendiri dilingkunganku, aku bekerja selain karena tuntutan dan profesionalitas pekerjaan, aku hanyalah pekerja yang sudah menyadari akan persetujuan yang sudah berada didalam kontrak yang sudah aku setujui. Lelah karena menjadi orang lain dan bermain karakter pasti akan dirasakan oleh banyak orang bahkan jika orang tersebut sudah tahu akan konsekuensinya, bahkan tidak sedikit dari pekerja akan merasakan kebosanan dan memilih untuk pergi dari pekerjaan mereka.

     Aku membaca buku ditempat yang sunyi bukan tanpa alasan karena selain membuat diriku menemukan diriku sendiri, aku bisa melepas bebanku sejenak dan istirahat. Duduk ditempat yang teduh dengan sesekali angin berhembus dan cahaya matahari pagi itu setidaknya meringankan pikiran dan mentalku, membawa teh dan meminumnya dan memejamkan mata sejenak merasakan banyak hal dan menerima semua kejadian yang sudah terjadi menjadi bagian hidupku adalah keharusan yang tidak mungkin aku mengabaikannya.

   Saat aku memejamkan mataku aku merasakan ada suara tapak kaki yang mendekatiku, kukira hanya imajinasiku atau ada orang yang hanya melewatiku, namun nyatanya adalah dirimu yang sudah berdiri disampingku dengan senyum yang tidak pernah aku harapkan, selanjutnya dirimu menceritakan tentang perjalananmu kemari.

kamu tahu jika aku kemari lagi karena melihat cuaca sangat bagus, dan aku yakin bahwa kamu akan berada di tempat ini kembali” dengan cerianya dia berbicara.

apa yang kamu cari dari keberadaanku disini?, bukankah dirimu hanya menggangguku?” tanyaku heran.

hmm boleh jadi begitu, namun yang pasti pertanyaanmu sudah terjawab ketika aku berbicara” dia tersenyum tipis diwajahnya.

terserah asalkan dirimu tidak mengganggu aku yang ada disebelahmu.”jawab sinisku.

kamu tahu, aku duduk disebelahmu selain karena cuaca yang sangat bagus, entah kenapa ketika aku berada disampingmu aku merasa sangat tenang dan berada disampingmu selalu menyejukkan bagiku.”katanya.

begitu ya, seharusnya jika kamu merasa tenang, bisakah kamu diam saja tanpa berbicara disampingku?”tanyaku.

jika seperti itu kamu hanya akan merasa lebih marah lagi dari sebelumnya karena kamu tidak mendapatkan jawaban dariku langsung, bukannya selama ini kamu marah kepadaku karena kamu tidak mendapatkan jawaban yang jelas bukan?” jawabnya.

mungkin.” Jawabku ragu.

    Pada akhirnya dia terduduk diam disampingku dan sesekali melihatku yang sedang membaca buku, tapi entah kali ini aku tak begitu mempermasalahkan keberadaannya, atau pernyataannya mengenai bahwa aku akan marah karena tidak menemukan penjelasan dari mulutnya, ya biarlah aku tidak peduli dengan hal semacam itu ataupun dirimu yang tidak mengganggu.

     Aku yang tenggelam dalam bacaanku tak menyadari lagi bahwa kamu telah pergi dari sampingku, aku yang sudah tau tentang alasanmu menjadi tidak terganggu lagi jika kamu pergi, walau kadang aku merasa ada hal yang hilang dariku, atau hanya perasaanku saja karena sebelumnya aku selalu sendiri duduk disini.

   Aku menyudahi membaca hari ini, dan kembali pulang untuk mempersiapkan pekerjaan besok yang akan aku laksanakan, jika aku nanti bertemu kembali denganmu semoga aku tidak terlalu sinis kadang aku terlalu curiga kepada orang yang berada disampingku, jangankan yang belum aku kenal yang sudah aku kenalpun aku tidak bisa mempercayai sepenuhnya.

   Hari-hari normalku kembali orang tanpa kejujuran, diam mencari kesalahan, tersenyum untuk tujuan yang bahkan hanya untuk kepentingannya sendiri. Tidak sedikit memang orang seperti ini terkadang aku yang sudah hidup normal ingin pergi dari semua ini, bukan karena aku tidak menerima semua ini, namun bukannya jujur saja sudah cukup tanpa harus dipenuhi rasa ketakutan, namun ketakutanku justru timbul karena terlalu lama berada dilingkungan seperti ini, sekuat apapun mental dan pendirianku aku hanyalah manusia yang pasti memiliki kapasitas dan batas. Jika dilanjutkan seperti ini bukan tidak mungkin aku akan seperti mereka, dan satu-satunya obat penawar dari semua ini adalah kesendirianku.

      Hari berikutnya ketika libur tiba badanku mulai terasa tidak enak, bisa jadi karena aku kurang sehat atau aku terlalu terbebani pikiranku sendiri, akhirnya hari libur yang biasa aku habiskan pergi ke taman tidak aku laksanakan, hari itu aku hanya membuka jendela kamar agar udara masuk dan cahaya pagi menyinari kamar sembari aku membuat teh dan beberapa cemilan.

    Aku didepan jendela yang terbuka sembari meminum teh hangat dan memakan cemilan yang telah aku buat, aku menikmati harum teh dan sejuknya angin di pagi hari. Aku teringat ditaman itu kembali, apakah ada orang lain yang akan menempatinya selain aku, jika ada mungkinkah orang lain akan menempati dan menjadi tempat favorit orang lain. Hari ini yang harusnya aku habiskan untuk istirahat nyatanya memikirkan hal lain dan semakin membuatku tidak nyaman.

     Pagi hari yang harusnya aku nikmati dengan rasa tenang menjadi kurang nyaman, karena ketidak nyamanan ini aku akhirnya pergi keluar untuk membeli bahan makanan yang akan habis. Berjalan menyusuri beberapa jalan akhirnya aku sampai di minimarket yang jaraknya tidak jauh dari kediamanku, dan taman itu sebenarnya berjarak tidak jauh juga dari minimarket. Pada akhirnya karena perasaan tidak nyaman ini aku berjalan berputar lebih jauh agar melihat taman yang biasa aku kunjungi dan lebih tepatnya melihat tempat yang biasa aku duduki.

     Harum daun yang gugur dan kering menandakan taman itu sudah semakin dekat, dan akhirnya aku sampai dan hanya melihat dari jauh taman itu, dan hanya terlihat satu orang itu yang duduk yaitu kamu, kamu yang hanya diam tanpa melakukan apapun, dalam pikirku jadi seperti ini nelihat orang yang duduk sendirian ya, angin kemudian berhembus ke arahmu yang terdiam menengok ke arahku yang melihatmu dari jauh tapi entah kaki ini berjalan dan menjauh dan menginginkan pulang. Kamu yang tau akan beranjak pergi langsung berlari menghampiriku seperti anak anjing kepada majikannya.

    Aku terus berjalan semakin kamu mendekat semakin aku berjalan cepat, kemudian dengan suaramu kamu menyautku.

KAMU !!” teriaknya.

    Aku sontak kaget dan orang-orang yang berjalan berhenti melihatku, seperti orang yang bersalah dan melakukan tindak kejahatan, karena teriakan dan orang disekitarku aku terdiam menunduk dan berbalik arah melihatmu dengan wajah memerah karena malu, kamu yang semakin dekat berjalan dengan nafas yang terangah-engah dan menunduk sesaat sebelum berbicara kepadaku.

kamu.. berjalan sangat cepat ya, apakah kamu atlet?” tanyanya dengan nafas yang masih terengah-engah.

bukan, tapi entah kenapa aku berjalan sendiri dan menghindarimu, maaf, kenapa kamu meneriakiku?” jawabku yang masih malu karena teriakanmu.

maaf soal itu, karena jika tidak begitu.. aku tidak yakin mampu mengejarmu yang tiba-tiba berbalik pergi dengan cepat dariku.” Jawabmu dengan senyum.

apa yang ingin kamu katakan sekarang setelah aku berhenti karena teriakanmu itu”tanyaku.

bagaimana kabarmu? Bukannya hari ini adalah hari liburmu dan menghabiskan liburmu ditempat ini?” tanyamu.

tidak apa-apa, aku hanya ingin sendiri di rumah.”jawabku ragu.

hmm begitu ya, mukamu kenapa memerah? Kamu sakit?, sepertinya kamu lupa jika kamu membawa barang belanjaan begitu banyak, mencoba berlari, dan sekarang kamu sakit. akan lebih baik jika aku membawakan sebagian barang belanjaanmu.” Katamu dengan khawatir.

boleh, (aaah kenapa mukaku bisa memerah dan tidak sadar dengan keadaanku sekarang, dan sekarang kepalaku pening)” jawabku sedikit ragu.

baguslah, dengan begini bukankah bebanmu semakin berkurang?” tanyamu.

iya, (aku tidak bisa berpikir dan berbicara lebih lagi)” jawabku.

    Kamu menemaniku membawa barang belanjaanku di setiap jalan sesekali kamu menatapku dengan keadaan yang sangat kacau ini dan aku paling tidak suka keadaanku seperti ini diketahui oleh orang lain, angin yang berhembus yang biasa terasa lembut sekarang terasa menyiksa tubuhku yang mulai kedinginan, aku mencoba bergegas agar lekas sampai ke rumah, dia dengan semangat membantuku terlihat bahagia. Aku seharusnya bersyukur namun entah mengapa keadaan seperti ini membuatku malu untuk terlihat.

     Aku yang didepan pintu rumah semakin kewalahan dengan tubuhku, kemudian kamu dengan sigapnya membantuku membukakan pintu dan masuk dengan merangkulku yang semakin lemas, kamu membawaku ke tempat tidurku dengan keadaanku yang semakin memalukan ini namun kamu sekilas terlihat sangat khawatir, langsung pergi ke dapur membawakanku air mineral dan kamu membangunkanku agar aku meminumnya, sedikitnya air ini membantu agar aku mampu berbicara walau masih pusing.

akan aku buatkan makanan, agar kamu segera makan dan istirahat” katamu dengan khawatir.

ya (terima kasih)” jawabku.

    Harusnya aku tidak semerepotkan ini apalagi denganmu orang yang bahkan tidak saya kenal sama sekali, sesekali aku mendengar peralatan masakku jatuh dan kamu sedikit berteriak, seharusnya aku katakan tidak perlu membuatkanku masakan ya, tapi ya sudahlah kalau aku tolakpun sepertinya kamu akan memaksaku apalagi keadaanku sekarang sedang lelah seperti ini.

ini cepat makan aku buatkan bubur dengan telur rebus, dan segeralah istirahat”katamu.

“... (aah masakanmu terlihat benar-benar untuk orang sakit) ” jawab hatiku sambil memakan masakanmu.

akan aku ambilkan air kembali jadi tetaplah makan sampai habis.”katamu yang pergi segera mengambil air.

“...(untuk masakan pemula, rasanya lumayan)” kataku dalam hati.

     Aku sudah menghabiskannya dan kamu pergi, kukira kamu pulang ternyata kamu kembali lagi dan menaruh sesuatu di meja, menutup jendelaku yang masih terbuka dan mengambil semua alat makanku ke dapur, aku yang sudah mulai merasa nyaman terlelap tidur. Aku mendengar langkah kakimu saja dan dunia terasa tenang sesaat kemudian aku terbangun dari tidurku dan hari mulai sore.

jangan lupa dimakan pudingnya dan makanan yang telah aku buatkan sudah aku siapkan didalam pendingin, maaf karena sudah membuat dapurmu kotor.”katamu dikertas yang kamu tinggalkan diatas meja.

    Harusnya aku yang meminta maaf karena sudah merepotkanmu dan berpikiran buruk padamu yang sudah membantuku, nanti jika aku bertemu kembali akan ku beri sesuatu untuk membalas kebaikanmu. Badanku mulai membaik dan segera aku meminum suplemen agar badanku segera sehat kembali agar besok aku dapat bekerja dengan normal.

    Pagi yang biasa aku lewati kembali ke wajah formalitas dan kebiasaan orang pada umumnya yang bergerak seperti mesin yang memiliki ketepatan dan keakuratan tinggi yang tidak peduli orang lain karena peduli terhadap diri sendiri saja belum tentu mampu. Hal ini beberapa akan dirasakan oleh pekerja namun tidak selamanya seperti ini, kita kadang melepas wajah formalitas dan kebiasaan ini diluar kerjaan fungsinya untuk menyelamatkan kewarasan kita, mau bagaimanapun pekerja tetaplah makhluk hidup yang memiliki jiwa.

     Seminggu terasa tidak biasa karena begitu lama atau karena aku tidak menikmatinya, dan pandanganku seolah berubah. Hari yang menjadi jatah liburku akhirnya datang, hari yang aku tunggu dan aku sudah membawa bingkisan, walau bukan seperti bingkisan, mungkln satu paket masakan dan minuman yang akan kita makan berdua, aku dan kamu.

    Aku yang dulu ditempat biasa untuk menghabiskan waktu sendirian tidak terpikir akan menunggu seseorang bahkan sampai membawa makan siang dan terpikir untuk makan diluar rumah. Dalam diamku dengan minuman teh hangat yang sudah aku tuang sedikit demi sedikit aku meminumnya menunggu seseorang, saat meminum untuk terakhi kalinya kamu datang dan aku menyadarimu dari jauh saat kamu menatapku dan tersenyum memandangku.

kamu.. membawa ini semua?” kamu bertanya heran.

tentu, apalagi yang mampu aku lakukan dari kebaikanmu yang sudah membantuku saat aku kelelahan minggu lalu?” jawabku menjelaskan.

tapi.. ini tidak berlebihan bukan? Membawa banyak makanan ini?”  tanyanya khawatir.

sudah jangan banyak bertanya, aku sudah menyiapkannya dan kamu harus bertanggung jawab menemaniku menghabiskan makanan yang sudah aku buat” jawabku.

baiklah, aku memakannya, terima kasih sudah membuatkannya”jawabmu dengan muka tersenyum bahagia.

    Dari semua hal yang aku dapatkan saat bersamamu membuat banyak hal dipandanganku berubah, ternyata tidak seburuk itu manusia. Aku akan menikmati semua ini setiap detik bahkan setiap nafasku. Buku yang selalu menemaniku seperti berwujud dan semua yang ada didalamnya menjadi kenyataan dalam dirimu yang ada didepanku.

bagaimana rasanya?” tanyaku.

enak dan mungkin lebih enak ini dari masakanku” jawabmu senyum.

hmm begitu ya”kataku dengan tersenyum.

iya.. (senyumanmu benar-benar indah aku bahkan semakin yakin kamu adalah yang terbaik dari banyak orang yang aku temui)”jawabmu dengan suara pelan.

kenapa? Tidak enak ya?”tanyaku ragu.

tidak.. bukan begitu, aku hanya bersyukur bisa melihat senyum mu, selama ini kita bertemu aku tidak pernah melihatmu tersenyum selain muka datarmu itu” jawabmu.

begitu ya..” jawabku menahan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul karena perkataan jujurmu itu.

    Ucapanmu itu sangat jujur karena raut muka kejujuranmu itu aku sendiri bingung dengan perasaanku sendiri, perasaan yang tiba-tiba datang.. rasanya hangat, hangatnya tepat berada didadaku dan menyebar perlahan aku menahan perasaan itu namun terlalu pelan dan menyebar luas tanpa aku sadari, karena aku berusaha menahannya mukaku sampai memerah, perutku tiba-tiba mual, aku sesaat ingin menangis karena berusaha menghalangi perasaan ini.

kamu baik-baik saja?”jawabnya khawatir dengan keadaanku.

tentu, namun perasaanku seperti ini, perasaan yang tidak pernah aku rasakan, aku merasa sedih karena selama bersamamu aku berusaha mengabaikan dan menolaknya”jawabku dengan muka memerah menahan tangis.

begitu ya.. “ katamu dengan mengusap kepalaku, memegang bahuku, sesaat kemudian langsung memelukku dengan sangat lembut dan hangat.

    Pelukanmu itu membuat air mata yang sudah aku usahakan tertahan pada akhirnya mengalir dengan deras. perasaan hangat yang menyebar itu seolah mereda dan menyebar ke dadamu yang sekarang aku rasakan, perasaan yang tidak pernah aku ucapkan seolah tersampaikan kepadamu tanpa aku berucap.

    Kamu yang terus memelukku dengan sangat hangat dan lembut.. sesaat mengusap kepalaku mendengar semua tangisanku dengan sabar tanpa kata apapun, karenamu setidaknya aku sudah semakin tenang dan mereda, rasa yang selalu aku lawan ini akhirnya aku terima apa adanya, jika bukan karena keberadaanmu dan aku yang tidak ada disisimu, mungkin sampai sekarang aku tidak akan merasakan ketenangan ini, ketenangan yang bahkan tidak mungkin orang lain dapatkan.

aku berada disisimu bukan tanpa alasan, aku melihatmu duduk dengan tenang dan angin menemanimu membaca buku membawaku untuk menatapmu dan menghampirimu, aku yang awalnya melihat reaksimu yang datar itu setidaknya membuat aku tertarik padamu dan didekatmu aku merasakan ketenangan yang bahkan belum pernah aku temukan, dan sekarang kamu menangis didepanku, bagaimana aku mampu menenangkan orang yang telah memberiku ketenangan, namun setidaknya ketika kamu menerima perasaanmu itu membuatku tidak khawatir akan dirimu dan bersyukur kamu tidak lagi melawan perasaan yang sudah ada saat kita awal bertemu, aku benar-benar bersyukur bertemu denganmu dan menjadikanku menemanimu sampai nanti”katanya dengan bahagia dan haru

benar, semoga jiwaku akan terus menemanimu”jawabku dengan haru.

     Pagi itu menjadi permulaan kehidupan baru ku bersamamu, hari yang biasa aku lewatkan menyendiri serta melarikan diri, detik ini ditemani oleh orang yang bahkan tidak akan kuduga memiliki kejujuran dalam ucapan dan perasaannya yang berlawanan denganku yang selalu memakai topeng dan mengikuti orang pada umumnya.

     Aku bahkan yang membenci seorang pembohong pun nyatanya selalu membohongi perasaanku padamu.. mencoba tidak peduli namun kamu kembali.. mencoba untuk menjauh namun kamu menarikku.. mencoba untuk terus lari pada akhirnya berhenti.. aku jika bukan karenamu akan terus dalam keadaan yang secara terus menerus menyakiti diri sendiri.

     Kita berdua berbagi kisah saat itu dari pagi sampai sore hari, berbagi rahasia diantara sunyi, aku yang dulu begitu ingin menyendiri berusaha agar perasaanku padamu tersembunyi dari apapun yang ada didunia ini, apakah aku melemah atau dikuatkan oleh perasaanku sendiri? Namun yang terpenting adalah aku mampu mengakui bahwa aku mencintai atas kesadaranku sendiri.

Ikuti tulisan menarik rakhmat_azis lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

8 jam lalu

Terpopuler