x

Pojok Baca Karya Tulis Danarto\xd

Iklan

Zikri Ibnu Zar

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Mei 2022

Rabu, 27 Desember 2023 09:00 WIB

Monolog Dilarang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Pekan Kebudayan Nasional, yang sering disebut PKN, adalah serangkaian acara yang diadakan setiap dua tahun oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sejak tahun 2019. Ini merupakan langkah konkrit dalam mewujudkan strategi untuk memajukan kebudayaan yang telah disepakati dalam Kongres Kebudayaan Indonesia pada tahun 2018.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada PKN 2023, terdapat 40 titik ruang tamu yang tersebar di seluruh Jabodetabek. Diantaranya, ada empat titik ruang tamu utama, yaitu Galeri Nasional Indonesia, Museum Kebangkitan Nasional, PT. Produksi Film Negara (Persero), dan MBloc Space. Adapun 40 titik tersebut tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Kepulauan Seribu. Mulai dari kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Galeri Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, MBloc, PFN, Taman Suropati, Kampung Kali Pasir, Kelurahan Paseban, Kelurahan Galur, Pintu 6 Gelora Bung Karno, Taman Ismail Marzuki, Rubanah, Bundaran HI, Stasiun BNI City, Stasiun Palmerah, Gudskul, Pasar Cipulir, Kelurahan Ulujami, Blok M Square, Ateliar Ceremai, BKT Duren Sawit, Kongsi 8, Sanggar Anak Akar, Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 10, SMPN 195, Taman Mini Indonesia Indah, Kelurahan Penjaringan, Stasiun Tanjung Priok, Kampung Kranggan Bekasi, Grand Galaxy Park Bekasi, UIN Syarif Hidayatullah Tangerang, Stasiun Bogor, Taman Ekspresi Bogor, Alun-Alun Kota Bogor, dan Kelurahan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.


Konsep "Ruang Tamu" dalam PKN 2023 sangat menarik, dengan tujuan menciptakan tempat pertemuan bagi seluruh pemangku kepentingan budaya, termasuk pelaku budaya dan masyarakat pengunjung. Hal ini diharapkan akan mendorong kolaborasi dan aksi kolektif untuk memajukan budaya di Indonesia. PKN tahun ini tidak hanya menjadi perayaan semata, melainkan sebuah misi untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa kebudayaan memiliki peran penting dalam menciptakan masa depan Bumi yang berkelanjutan.


Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta turut serta dalam rangkaian acara Pekan Kebudayaan Nasional yang diadakan di 40 titik berbeda. Dalam acara ini, fokus pembicaraan tertuju pada sosok Danarto, seorang sastrawan Indonesia yang terkenal dengan karya-karyanya dalam bentuk cerpen pada tahun 1970-an. Danarto sering dianggap sebagai pembaharu dalam dunia sastra. Beliau lahir di Sragen, Jawa Tengah, pada tanggal 27 Juni 1940, merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya, Jakio Hardjodimono, bekerja sebagai buruh di Pabrik Gula di Modjo, sementara ibunya, Siti Aminah, adalah seorang pedagang batik eceran di pasar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dari UIN Jakarta aktif dalam memeriahkan Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dengan menjadi bagian dari Ruang Tamu PKN. Acara ini berlangsung dari tanggal 20 hingga 28 Oktober di Lobi Timur FITK lt. 1. PBSI tidak hanya berpartisipasi dalam PKN tetapi juga mengadakan berbagai kegiatan kebudayaan, terutama untuk mahasiswa PBSI dan komunitas seni di Ciputat. Kegiatan ini adalah langkah yang bagus dalam mendukung kegiatan kebudayaan di lingkungan kampus.


Pada hari pertama Pekan Kebudayaan Nasional ini dimulai di Lobi Timur FITK lt. 1, tepatnya pada tanggal 20 Oktober 2023. Ada bebrapa penampilan yang ditampilkan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan juga ada salah satu mahasiswa Pendidikan Matematika, seperti puisi, tari, bahkan monolog.


Monolog yang ditampilkan oleh Sastra Akustik atau yang lebih dikenal dengan Sakustik dengan judul Dilarang Mencintai Bunnga-Bunga Karya Kuntowijoyo. Monolog ini menjadi acara penutup pada hari pertama Pekan Kebudayaan Nasinal yang diselenggarakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Monolog yang mengadaptasi cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo termasuk kedalam sebuah alih wahana dari cerpen ke monolog. Alih wahana adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan satu bentuk kesenian atau sastra menjadi bentuk lainnya tanpa menghilangkan karya asal, tetapi dengan beberapa perbedaan dalam aspeknya. Istilah ini sering digunakan dalam konteks peralihan antar disiplin kesenian atau sastra, seperti perubahan dari puisi menjadi cerpen atau sebaliknya. Alih wahana lebih menekankan perubahan bentuk dalam konteks ini.


Proses alih wahana karya sastra melibatkan perubahan yang penting. Karya sastra dalam berbagai bentuknya perlu mengalami penyesuaian ketika mengalami alih wahana. Menurut pandangan Teeuw yang disampaikan melalui Pradopo, sebuah karya sastra baru akan memiliki makna dan menjadi objek estetik yang bisa dipahami setelah diinterpretasi oleh manusia sebagai pembaca karya sastra. Hal ini dikarenakan karya sastra pada dasarnya adalah sebuah artefak atau objek benda mati. Oleh karena itu, dalam konteks alih wahana, perubahan adalah hal yang wajar.


Proses penyesuaian dalam alih wahana karya sastra dipengaruhi oleh penafsir atau pembaca yang melakukan kritik terhadap karya sastra tersebut. Akibatnya, terjadi perubahan dalam bentuk karya sastra, seperti pengurangan atau penambahan aspek. Proses interpretasi dan penyesuaian ini merupakan bagian penting dalam menghasilkan karya sastra yang sesuai dengan media atau bentuk yang baru.


Penyesuaian dalam alih wahana karya sastra dapat melibatkan beberapa aspek, termasuk pengurangan, penambahan, dan variasi, seperti yang dijelaskan oleh Eneste (1991). Berikut adalah penjelasan mengenai aspek; (1) Pengurangan atau Pemotongan, dalam proses alih wahana, seringkali diperlukan pengurangan atau pemotongan unsur cerita sastra. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan, seperti anggapan bahwa beberapa adegan atau karakter dalam karya sastra mungkin tidak penting atau perlu dalam konteks drama. Selain itu, latar cerita dalam cerpen mungkin tidak dapat dipindahkan secara keseluruhan ke dalam drama karena drama akan menjadi terlalu panjang. Oleh karena itu, pengurangan ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan tujuan dan durasi waktu pertunjukan. (2) Penambahan atau Perluasan, proses penambahan terjadi ketika beberapa unsur yang tidak ada dalam karya sastra tulis perlu ditambahkan ke dalam naskah drama. Penambahan ini biasanya harus relevan dengan cerita dan dapat terjadi pada unsur intriksi seperti karakter, alur, atau latar. Penambahan unsur ini bisa digunakan asalkan masih mendukung keseluruhan cerita dan tidak bertentangan dengan karya asli. (3) Perubahan Variasi, Perubahan variasi merupakan hasil dari pengaruh dari aspek penambahan dan/atau pemotongan. Ini berarti beberapa elemen yang tidak ada dalam karya sastra asli dapat muncul dalam drama, tetapi perubahan ini harus tetap berfokus pada inti cerita dari karya asal.


Penting untuk mencatat bahwa semua perubahan ini harus didasarkan pada pertimbangan yang cermat dan mempertahankan esensi dan makna inti dari karya sastra asal. Tujuan dari alih wahana adalah untuk menyampaikan karya sastra dalam bentuk yang berbeda, namun tetap mempertahankan daya tarik dan pesan yang terkandung di dalamnya.


Dalam monolog Dilarang Mencintai Bunga-Bunga menceritakan seorang laki-laki bernama Buyung yang dipaksa untuk mengikuti streotipe yang melekat pada laki-laki. “Laki-laki tak perlu bunga, Buyunh. Kalau perembuan bolehlah. Tetapi engkau laki-laki.” Ini merupakan ungkapan yang dilontarkan ayah Buyung ketika Buyung membawa pulang setangkai bunga. Hal di atas merupakan salah satu bukti bahwa sang tokoh utama dipaksa untuk mengikuti streotipe yang melekat pada laki-laki.


Perubahan dari cerpen ke monolog mengalami banyak pengurangan. Namun, meski banyak adegan yang dikurangi monolog ini tetap tidak meninggalkan karya asalnya. Monolog yang dibawakan dengan singkat dan jelas namun tidak menghilangkan pesan moral yang ingin disampaikan. Pembawaan dan  ekspresi yang dibawakan oleh pemeran juga sangat bisa membuat penonton terkagum-kagum. Penampilan monolog dari adaptasi Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga sebagai penutup acara hari pertama Pekan Kebudayaan Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sukses membuat penonton terhibur.

Ikuti tulisan menarik Zikri Ibnu Zar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB