x

Iklan

Intan Bahriyah Maulidiyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 November 2021

Selasa, 26 Desember 2023 13:08 WIB

Eksperimen Sains Lava Lamp; Strategi Mewujudkan Bernalar Kritis dan Kreatif Peserta Didik

Eksperimen sains lava lamp adalah salah satu strategi pembelajaran kontekstual yang menerapkan student centered learning guna mewujudkan bernalar kritis dan kreatif peserta didik sehingga diharapkan bisa mencetak generasi unggul di masa depan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Eksperimen sains lava lamp strategi mewujudkan bernalar kritis dan kreatif peserta didik

 

            Indonesia adalah salah satu negara yang masuk dalam The ring of fire. The ring of fire (cincin api ) yaitu jalur gunung api aktif di dunia. Secara geografis, letak Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Akibat pertemuan tiga lempeng tersebut menyebabkan Indonesia sebagai salah satu negara yang mengalami kejadian bencana alam cukup banyak seperti gempa bumi, banjir, tsunami dan gunung meletus. Gunung api yang meletus ditandai oleh keluarnya pijaran lava kemudian diikuti oleh erupsi abu vulkanik. Lava pijar merupakan cairan panas yang berasal dari lelehan magma, sehingga memijarkan api dari kawah gunung tersebut yang berisi kandungan mineral dan komposisi kimia magma seperti besi oksida, mika, kuarsa dan lain-lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

        Peristiwa lava pijar pada letusan gunung berapi dapat dijadikan sebagai pembelajaran kontekstual ( contextual teaching learning / CTL  )  yaitu konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.   Eksperimen sains lava lamp pada kegiatan ekstrakurikuler karya ilmiah remaja SMA Negeri Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur yang telah dilaksanakan merupakan salah satu contoh pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang peka terhadap lingkungan dan rasa ingin tahu terhadap fenomena alam.

            Eksperimen sains lava lamp merupakan replika pembelajaran dari lava pijar gunung berapi. Ada keterampilan sains di dalam pembelajarannya. Peserta didik dituntut untuk bisa berkreasi, berkolaborasi  dan bernalar kritis, sehingga secara tidak langsung dimensi profil pelajar pancasila sudah masuk di dalamnya meskipun proyek penguatan profil pelajar pancasila merupakan pembelajaran ko kurikuler dalam kurikulum merdeka.

        Eksperimen sains lava lamp ini telah mengajarkan kepada peserta didik esktrakurikuler karya ilmiah remaja untuk mengadakan penelitian dengan melakukan percobaan dan membuktikan percobaan. Sebagai peneliti muda, kegiatan eksperimen sains lava lamp ini sangat penting untuk mencapai  aspek   pengetahuan dan skill yang tidak didapatkan saat pembelajaran di kelas mengingat waktu yang sangat singkat. Eksperimen sains lava lamp adalah sebuah percobaan sederhana yang menggunakan bahan-bahan alam seperti minyak, air, pewarna dan soda dan akan menghasilkan gelembung-gelembuang warna di dalam air serta akan terlihat seperti lampu menyala di dalam air.

Gas karbondioksida ( CO2 ) yang dihasilkan selama reaksi adalah yang menyebabkan gelombung dalam percobaan lava lamp. Gelembung lava yang dihasilkan dari eksperimen sains  lava lamp adalah akibat reaksi kimia yang terjadi didalamnya. Reaksi tersebut karena percampuran air yang bersifat polar dan minyak goreng yang bersifat non polar sehingga tidak dapat tercampur. Gas ini naik melalui minyak goreng karena massa jenis ( density ) lebih ringan daripada air dan saat mencapai permukaan, gelembung-gelembung ini memecah dan melepaskan diri ke udara. Peristiwa ini akan menciptakan efek visual seperti “ lava “ dalam lava lamp.

        Kegiatan eksperimen yang dilakukan mulai dari pemilihan bahan, proses pencampuran bahan serta mengkomunikasikan hasil mencerminkan keterampilan abad 21 yang harus ada dalam setiap peserta didik kita yaitu antara lain :

  1. Literasi fundamental yang harus dimiliki peserta didik
  2. Kompetensi yang harus dimiliki peserta didik meliputi berfikir kritis, kreatif, komunikasi dan kolaboratif
  3. Pengembangan karakter peserta didik yang harus dimiliki yaitu rasa penasaran ( curiosity ), inisiatif ( initiative ), peserta didik bisa beradaptasi ( adaptability ), kepemimpinan ( leadership ), rasa peduli terhadap social dan kultur serta peserta didik mempertahankan diri ( persistence ).

Keterampilan sains mengamati fenomena alam yang terjadi dilingkungan peserta didik itu sendiri merupakan keterampilan yang terbanyak yang telah dikuasai oleh peserta didik. Kemampuan berfikir kritis dan kreatif tercermin pada kegiatan eksperimen tersebut. Selama bereksperimen , semua peserta didik berpartisipasi ke dalam proses ilmiah sains yang mencakup menelusuri dan mengamati. Proses ilmiah sains ini sangatlah penting karena keterampilan yang mereka dapatkan dapat dibawa ke perkembangan lainnya dan akan bermanfaat selama hidupnya.

           Berdasarkan uraian di atas,  kita sebagai guru yang berperan sebagai pendidik dan pengajar  hendaknya lebih kreatif dalam menentukan strategi pembelajaran baik di kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun ko kurikuler, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta lebih bisa memanfaatkan berbagai media dalam pembelajaran yang kontekstual serta pembelajaran diharapkan mengarah ke student centered learning.

          Semoga setiap langkah kita  untuk ikut andil dalam mencerdaskan anak didik bangsa dan mencetak generasi unggul di masa depan , selalu mendapat ridho dari Alloh  SWT, Tuhan Yang  Maha Esa,  aamiin.

 

Ikuti tulisan menarik Intan Bahriyah Maulidiyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

15 jam lalu

Terpopuler