x

Suasana ibu Kota Jakarta pagi hari. Foto: Tulus Wijanarko

Iklan

Victor Rembeth

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 17 Januari 2024 09:31 WIB

Siapkah Jakarta Menghadapi Gempa Besar?

Jakarta sebagai aglomerasi beberapa kota dan kabupaten di sekitarnya, merupakan kota terbesar di Indonesia. Gempa besar bisa meluluhlantakan kawasan pusat ekonomi, politik dan sosial ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah Metro Jakarta Siap Menghadapi Risiko Gempa Bumi?

Mengakhiri tahun 2023  dan memulai 2024 kita diingatkan bahaya gempa yang mengancam kehidupan manusia, secara khusus daerah pemukiman padat penduduk. Pada tanggal 31 Desember 2023, di Sumedang Jawa Barat, gempa terjadi beberapa kali dan yang terkuat dicatat BMKG sebesar Magnitudo 4,8. Walaupun secara kekuatan intensitasnya ringan, namun menurut Pj Bupati Sumedang, Herman Suyatman, gempa itu berdampak pada 138 unit rumah rusak ringan dan 100 lainnya rusak berat.

Sejatinya untuk Indonesia kita perlu mengambil hikmah akan hadirnya risiko gempa di seantero tanah air kita. Gempa bisa terjadi di dasar laut lepas yang berpotensi menghasilkan tsunami, namun gempa juga dapat terjadi dengan pusat episentrum di daratan. Semuanya bisa merusak, mengakibatkan kehilangan nyawa dan kerugian ekonomi yang menghambat proses pembangunan. Menurut laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), “Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat”. (Arnold, 1986).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Memberikan pemahaman melalui edukasi kebencanaan risiko gempa sudah selayaknya menjadi tugas bersama pemerintah dan semua pemangku kepentingan. Adalah sebuah tantangan yang besar untuk memberikan literasi ancaman gempa di area metropolitan Jakarta. Dari survey internal  program USAID KUAT kepada  warga Jakarta dan sekitar yang dilakukan secara acak kepada 585 warga di daerah Jakarta, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bogor, didapatkan hanya 8% dari mereka yang sadar akan adanya bahaya gempa.

Kembali kepada ancaman gempa dan risikonya, walaupun belum ada alat untuk bisa memprediksi kapan sebuah gempa besar terjadi namun upaya upaya pengurangan risiko gempa sudah dan perlu disegerakan ada. Data dari Pusat Studi Gempa Nasional yang didukung oleh semua elemen pemerintah lainnya perlu menjadi rujukan untuk kebijakan politik yang tepat. Kebijakan yang membuahkan porsi anggaran yang memadai, peraturan bangunan dan penegakan hukum, serta kesiapsiagaan semua pihak sudah tidak bisa ditunda lagi.

Jangan lagi terjadi penyesalan yang datang terlambat terjadi kepada anak-anak bangsa di komunitas perkotaan Jakarta dan sekitarnya. Pepatah lama “Sedia Payung Sebelum Hujan” masih relevan dalam menangani isu gempa perkotaan ini. Hal yang terbaik yang bisa dilakukan adalah melakukan kerja pengurangan risiko bencana sebelum gempa besar terjadi. Upaya pengurangan risiko gempa ini memerlukan biaya. Namun menurut Bank Dunia, dengan 1 dollar permbiayaan pengurangan risiko bencana, kita dapat menyelamatkan 7 dollar anggaran perbaikan dan pemulihan bencana.

Adalah sebuah “blessing in disguise” atau berkat dalam malapetaka, ketika kita diingatkan oleh alam semesta kisah gempa di Sumedang di akhir tahun 2023 dan kisah gempa yang sama atau lebih merusak di Ishikawa Jepang di awal tahun 2024. Semoga kita semua bisa kembali menghadirkan Amanat Pembukaan UUD 1945 untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada salahnya mengingatkan, menyadarkan dan membangunkan dari tidur semua yang alpa akan risiko gempa perkotaan yang bisa terjadi kepada saya, anda, kita dan semua keluarga kita. Salam Tangguh untuk Kota Tangguh.

Victor Rembeth/ Deputy Director USAID KUAT,

Program Pembangunan Ketangguhan Perkotaan untuk Aksi Tangguh

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Victor Rembeth lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

10 jam lalu

Terpopuler