Elon Musk Resah AI Dibawah Kewenangan Pemerintah
Senin, 11 Maret 2024 19:13 WIBElon Musk juga berpendapat bahwa keberadaan regulasi tentang AI sangat dibutuhkan. Nantinya, regulasi juga harus berfokus pada keamanan dalam penggunaan AI.
Pernyataan, "With Artificial Intelligence, we are summoning the demon" adalah kutipan kontroversial yang dilontarkan oleh Elon Musk pada sebuah konferensi pada tahun 2024. Pernyataan ini mencerminkan ke khawatiran Elon Musk tentang potensi bahaya yang mungkin terkait dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang sangat canggih.
Elon Musk sudah lama menjadi pendukung pengembangan kecerdasan buatan, akan tetapi dia juga memperingatkan tentang risiko yang terkait. Dia telah menyoroti potensi AI untuk menjadi semacam entitas yang sangat kuat dan mungkin sulit untuk dikendalikan jika tidak dikelola dengan benar. Dalam wawancaranya, dia telah membandingkan potensi bahaya AI dengan membuka "lukisan hitam," sebuah analogi untuk menyatakan bahwa AI mungkin membawa konsekuensi yang tidak diinginkan jika tidak diperhatikan dengan cermat.
Meskipun pernyataan ini kontroversial dan menimbulkan perdebatan, banyak ahli AI dan teknologi setuju bahwa keamanan dan etika dalam pengembangan AI adalah hal yang sangat penting. Pernyataan Musk memicu diskusi luas tentang cara terbaik untuk memastikan bahwa perkembangan AI dilakukan dengan pertimbangan etis dan keselamatan yang tepat. Beberapa perusahaan teknologi besar bahkan telah membentuk inisiatif dan lembaga untuk menangani isu-isu ini secara proaktif.
Sejak munculnya Open AI serta chatbot seperti ChatGPT yang menarik banyak investasi serta pengguna, Kongres AS mengkhawatirkan dampak buruk dari keberadaan AI tersebut. Itu sebabnya mereka gencar merumuskan langkah mitigasi untuk menghindari dampak buruk dari AI
Langkah ini didukung oleh para petinggi perusahaan teknologi di AS. CEO Meta Platform, Mark Zuckerberg menyatakan pada Kongres AS bahwa AI memang seharusnya didukung oleh sistem keamanan dan inovasi lainnya untuk menjaga keseimbangan.
"Pemerintah sudah seharusnya terlibat dalam hal ini, mendukung inovasi serta memberi perlindungan di ranah AI adalah langkah penting untuk menjaga keseimbangan," ungkap Mark Zuckerberg.
Sementara itu, Kongres AI menilai bahwa regulasi AI dapat dimulai dengan keberadaan standar penggunaan AI yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika. Pemerintah akan membantu langkah yang nantinya ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
CEO Tesla yang juga pemilik dari platform media sosial X, Elon Musk juga berpendapat bahwa keberadaan regulasi tentang AI sangat dibutuhkan. Nantinya, regulasi juga harus berfokus pada keamanan dalam penggunaan AI.
Sementara itu pembicara lainnya termasuk pendiri Facebook Zuckerberg dan CEO Google, Microsoft, Nvidia NVDA dan IBM, bersama dengan para pemimpin serikat pekerja, pembela hak-hak sipil dan lain-lain.
Schumer bertanya kepada para hadirin apakah mereka setuju bahwa pemerintah perlu berperan dalam mengatur kecerdasan buatan. Semua orang yang hadir mengangkat tangan mereka.
"Tidak ada seorang pun yang mundur dengan mengatakan bahwa kita memerlukan keterlibatan pemerintah," kata Schumer dalam sebuah wawancara, dikutip WSJ.
"Mereka memahami bahwa perlu ada tanggung jawab pemerintah, karena katakanlah perusahaan-perusahaan ini bersedia memasang 'pagar pembatas' (guardrails) pada diri mereka sendiri-mereka akan memiliki pesaing yang tidak mau melakukannya."
Salah satu perdebatan berpusat pada sistem AI "sumber terbuka" alias open source yang tersedia untuk diunduh dan dimodifikasi oleh publik.
Sistem ini memungkinkan perusahaan dan peneliti memanfaatkan teknologi AI serupa dengan model yang mendukung ChatGPT tanpa mengeluarkan jutaan dolar untuk melatih mereka.
Tristan Harris, kepala organisasi nirlaba Center for Humane Technology, berpendapat, pelaku kejahatan dapat menyalahgunakan sistem AI versi open source, termasuk model Llama 2 yang baru-baru ini dirilis oleh Meta Platforms, perusahaan yang dipimpin oleh Zuckerberg, menurut orang-orang yang hadir dalam ruangan tersebut.
Harris mengatakan organisasi nirlabanya berhasil membuat model Llama 2 memberikan instruksi tentang cara membuat senyawa biologis berbahaya, kata orang-orang tersebut.
*) Artikel ini adalah tugas dari mata kuliah Komunikasi Digital yang diampu "Rachma Tri Widuri, S.Sos.,M.Si.”
Penulis adalah mahasiswa semester 4 pada Prodi Produksi Media, Politeknik Tempo.
Razan Adhirajasa
0 Pengikut
Analisa Demografi Mahasiswa Internasional di Amerika Serikat
Jumat, 1 November 2024 12:59 WIBBlueBird Lebih Layak Dibanding Taxi Online Lain
Jumat, 20 September 2024 08:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler