Menjelang Pemilu 2024, Indonesia dihebohkan dengan munculnya film Dirty Vote yang disutradari oleh Dandy Dwi Laksono. Ia, antara lain, dibantu Yusuf Priambodo dan Benaya H. Sementara aktor utamanya adalah tiga ahli hukum tata negara yaitu, Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti dan Feri Amsari. Tiga aktor pemain Dirty Vote kini tengah dilaporkan pada polisi oleh Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Santri Indonesia (Foksi).
Dirty Vote ini menyita perhatian publik dan telah ditonton hampir 10 Juta penonton. Tetapi persoalan negeri ini bukan hanya kecurangan pemilu saja, bukan hanya manipulasi suara saja. Banyak persoalan yang perlu diatasi, termasuk krisis pangan yang akan melanda Bangsa Indonesia.
PBB mengumumkan bahwa krisis iklim yang melanda dunia ini akan mengakibatkan krisis pangan. Sekertaris Jendral PBB Antonio Guterres sudah menyiapkan tim khusus untuk menghadapi krisis iklim dan pangan ini.
Di Indonesia krisis pangan sebenarnya sudah terjadi, ditandai dengan naiknya harga bahan pokok seperti beras, gula dan bahan lainnya.
Hingga hari ini, ditempat saya tinggal, beras sudah mencapai harga Rp18.000 per/kg, walaupun jika membeli langsung dari petani, kita bisa mendapat harga sekitar Rp16.000/kg.
Kenaikan harga beras ini menjadi tanda awal krisis pangan di Indonesia, walaupun Jokowi sudah memprediksi harga beras akan turun. Jokowi menyampaikan itu dengan gaya khasnya di beberapa awak media awal Maret lalu.
Perubahan iklim akan berdampak serius terhadap pertanian Indonesia. Keadaan itu dikhawatirkan akan menyebabkan gagal panen dan hal serupa lainnya. Pemerintah tampak belum menunjukkan langkah-langkah serius menghadapi krisis pangan itu, padahal El-Nino dan kekeringan panjang mengancam dunia.
Badan Pangan Dunia (FAO) menyarankan negara-negara untuk menjaga stabilitas pangan. Tetapi apa bisa hanya menjaga stabilitas pangan tanpa ada terobosan pangan, seperti menciptakan makanan pokok baru selain beras untuk menghadapi krisis.
Terlepas semua tantangan ke depan, kita harus bersiap-siap menghadapi krisis pangan yang benar-benar terjadi. Kita bisa mencoba mulai dengan urban farming atau inovasi pangan sederhana mulai dari skala keluarga.
Ikuti tulisan menarik Eliyas Yahya lainnya di sini.