Dalam menjalankan misinya untuk meningkatkan kualitas pembicara profesional dan pembicara publik di Indonesia, Indonesian Public Speakers Association (IPSA) memiliki satu program yang berfokus untuk meningkatkan kompetensi public speaking sejak di usia anak sekolah, program tersebut adalah IPSA Goes to School.

Menurut Priska Sahanaya, Direktur IPSA Academy, usia anak sekolah merupakan usia yang krusial bagi anak untuk meningkatkan kemampuan akademiknya dan juga untuk mempelajari keterampilan sosial yang dasar, salah satunya seperti kemampuan anak untuk berkomunikasi kepada teman sebaya dan orang-orang di sekitarnya. 

Seringkali bila anak tidak terbiasa diajak dan dilatih untuk berbicara dihadapan banyak orang, rasa malu dan rasa takut yang anak miliki bisa terbawa hingga anak tumbuh ke fase nya menjadi remaja bahkan hingga dewasa. Anak selalu perlu arahan, dorongan, dan pengawasan selama masa tumbuh kembangnya agar anak dapat mengeksplorasi minat dan bakat yang ia miliki.

Maka program IPSA Goes to School ini menjadi bagian program kemasyarakatan IPSA yang dapat membantu anak memahami kemampuannya dalam berkomunikasi. Diharapkan, anak dapat mengetahui cara yang nyaman ketika berkomunikasi baik dengan teman sebayanya maupun dengan orang-orang di sekitarnya.

Dalam program ini, menurut Priska Sahanaya, program akan dilaksanakan dengan metode workshop dimana semua anak akan berpartisipasi mempraktikan public speaking dasar. Program ini akan melatih tingkat kepercayaan diri, cara olah vokal, dan gestur tubuh apa saja yang bisa digunakan ketika anak berbicara dihadapan publik.

Priska Sahanaya juga menyampaikan workshop public speaking yang diadakan secara gratis ini diselenggarakan di 100 sekolah di Jakarta dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK selama bulan Maret hingga Juni 2024. Priska berharap dengan diadakannya program ini dapat membuka kesempatan bagi anak untuk terus melatih kemampuan public speaking nya yang tentu akan bermanfaat bagi kegiatan-kegiatan anak di masa mendatang.

Priska juga mengharapkan guru-guru dapat terus termotivasi untuk menjadikan ruang belajar siswa sebagai ruang yang terbuka dan suportif bagi anak untuk bisa menyampaikan pemikiran dan perasaannya.

Ikuti tulisan menarik Anggi Tresna Santika lainnya di sini.