Musim penghujan membawa doa yang kusampaikan kepada langit, turun dengan lembut ke permukaan bumi. Aku berdoa agar segala kebaikan menyertaimu, kekasih, seiring dengan tetesan-tetesan air yang mengalir deras dan membentuk genangan kenangan yang tenang.
Hujan mengetuk-ngetuk atapmu, namun kau tak keluar. Tidak kah kau ingin melihat kerinduanku yang begitu mendalam? Aku mengirimkannya pada setiap butiran hujan, ulurkan tanganmu sedikit saja, kekasih, agar engkau dapat merasakan sejuknya.
Oh, berbulan-bulan kemarau telah menahan gejolak rinduku di atas awan, hingga ia menutupi sinar mentari dan pecah menjadi sebuah tangisan di malam hari.
Ketahuilah, ketika hujan turun, ia telah mewakili tangis dan kesedihan yang selama ini kualami. Jika air itu keluar dari pelupuk mataku, maka hanya akan membasahi pipiku. Namun, ketika air itu datang dari gumpalan awan yang mengangkasa, maka ia akan membasahi bumi dengan cinta dan rindu yang kutitipkan di sana.
Kekasih, setidaknya lihatlah dari balik jendela, dan saksikan bulir cinta dan rinduku jatuh menghujam tanah. Ia akan memberikan kehidupan bagi setiap makhluk yang haus akan kasih dan sayang.
Wahyu Kurniawan
Ikuti tulisan menarik Wahyu Kurniawan lainnya di sini.