Perlunya Multitasking

Rabu, 22 Mei 2024 09:12 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa melakukan banyak tugas secara bersamaan dapat menyebabkan penurunan kinerja. Namun studi-studi ini sering kali gagal mereplikasi kompleksitas dan kendala yang ada dalam kehidupan nyata.

Multitasking sering kali mendapat dampak buruk, dengan penelitian selama puluhan tahun menyoroti berbagai kerugian dan akibat negatifnya. Namun, konteks kehidupan nyata memberikan tekanan yang berbeda dibandingkan penelitian laboratorium pada umumnya, sehingga multitasking tidak hanya diperlukan tetapi sering kali merupakan pendekatan yang paling efisien dalam banyak situasi. Ulasan ini mengeksplorasi mengapa multitasking, meskipun dikritik, dapat menjadi strategi penting untuk mengelola tugas sehari-hari secara efektif.

Wawasan Utama

  • Multitasking sering dikritik karena penelitian menunjukkan kelemahannya.
  • Skenario kehidupan nyata memberikan tuntutan yang berbeda dibandingkan dengan kondisi laboratorium yang terkendali.
  • Dalam banyak kasus, multitasking bisa menjadi cara paling efisien untuk mengatur waktu dan tugas.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kritik terhadap Multitasking

Multitasking telah lama menjadi subjek pengawasan. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa melakukan banyak tugas secara bersamaan dapat menyebabkan penurunan kinerja dan peningkatan tingkat kesalahan. Misalnya, pengaturan eksperimental yang umum melibatkan paradigma tugas ganda di mana peserta melakukan tugas utama (Tugas A) sendiri dan kemudian bersamaan dengan tugas sekunder (Tugas B). Hasil biasanya menunjukkan bahwa kinerja pada Tugas A menurun ketika dipasangkan dengan Tugas B.

Temuan ini menunjukkan bahwa sumber daya kognitif kita terbatas, dan membaginya di antara tugas-tugas dapat mengganggu efisiensi kita. Kerangka kerja "Multicosts of Multitasking" menguraikan bagaimana berbagai wilayah otak terlibat dan beban kognitif yang ditanggungnya selama multitasking. Namun, studi-studi ini sering kali gagal mereplikasi kompleksitas dan kendala yang ada dalam skenario kehidupan nyata.

Konteks Kehidupan Nyata vs. Studi Laboratorium

Dalam lingkungan laboratorium yang terkontrol, peserta biasanya memiliki waktu tidak terbatas untuk menyelesaikan tugas, sehingga memungkinkan kinerja tugas tunggal yang terfokus dan menghasilkan hasil yang optimal. Namun, situasi dunia nyata jarang memberikan kemewahan seperti itu. Keterbatasan waktu dan keharusan untuk menjalankan banyak tanggung jawab seringkali membuat multitasking tidak dapat dihindari.

Bayangkan Anda memiliki waktu 30 menit untuk menyelesaikan dua tugas. Haruskah Anda meluangkan waktu 15 menit untuk setiap tugas secara terpisah, atau haruskah Anda mencoba mengerjakan keduanya secara bersamaan? Pendekatan yang paling efektif bergantung pada sifat dan tuntutan tugas. Meskipun benar bahwa multitasking dapat mengurangi efisiensi dalam setiap tugas, keseluruhan waktu yang dihemat dengan menggabungkan upaya bisa sangat signifikan.

Skenario Praktis

Pertimbangkan skenario praktis: mencuci piring sambil berbicara di telepon dengan perwakilan layanan pelanggan. Mencuci piring mungkin sedikit melambat karena perhatian yang terbagi, dan percakapan telepon Anda mungkin tidak sejelas jika Anda fokus penuh. Namun, Anda kemungkinan besar akan mencapai kedua tujuan tersebut—membersihkan piring dan menyelesaikan masalah layanan pelanggan—dalam jangka waktu yang sama.

Contoh ini menggambarkan bahwa meskipun setiap tugas mungkin mengalami sedikit inefisiensi, produktivitas secara keseluruhan dapat meningkat. Anda menyelesaikan dua tugas dalam waktu yang mungkin diperlukan untuk menyelesaikan satu tugas saja, menunjukkan bagaimana multitasking dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Multitasking Sehari-hari

Jika Anda menganalisis rutinitas harian Anda, kemungkinan besar Anda akan menemukan bahwa multitasking adalah praktik yang umum. Bahkan ketika fokus pada tugas tertentu, otak Anda sering kali terlibat dalam aktivitas latar belakang seperti mengembara, gelisah, atau memproses informasi sensorik. Misalnya, Anda mungkin menulis email sambil mendengarkan musik, memikirkan pertemuan berikutnya, atau memantau lingkungan Anda.

Otak manusia pada dasarnya adalah organ multitugas, yang mampu menangani banyak masukan dan tugas secara bersamaan. Kemampuan intrinsik ini memungkinkan kita mengatur berbagai aktivitas sepanjang hari, seringkali tanpa usaha sadar.

Saat Multitasking Gagal

Terlepas dari manfaatnya, multitasking tidak selalu tepat. Tugas-tugas berisiko tinggi yang memerlukan perhatian penuh, seperti mengemudi atau melakukan operasi yang rumit, menuntut fokus pada satu tugas untuk menghindari kesalahan kritis. Mengirim SMS sambil mengemudi, misalnya, secara signifikan meningkatkan risiko kecelakaan, sehingga menyoroti bahaya multitasking dalam konteks tersebut.

Dalam situasi di mana ketelitian dan perhatian terfokus adalah hal yang terpenting, adalah bijaksana untuk berkonsentrasi pada satu tugas pada satu waktu. Menulis email penting atau mendengarkan teman dalam kesusahan adalah contoh di mana multitasking dapat mengurangi kualitas dan efektivitas interaksi Anda.

Kesimpulan

Multitasking, meskipun dikritik, sering kali merupakan strategi praktis dan efisien untuk mengelola banyak tugas dalam jangka waktu terbatas. Meskipun benar bahwa multitasking dapat mengurangi kinerja pada tugas-tugas individual, efisiensi keseluruhan yang diperoleh dengan menangani beberapa tugas secara bersamaan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan ini dalam banyak skenario sehari-hari.

Memahami kapan harus melakukan banyak tugas dan kapan harus fokus hanya pada satu tugas adalah kunci untuk mengoptimalkan produktivitas. Dengan mengenali konteks di mana multitasking bermanfaat dan mana yang merugikan, Anda dapat menavigasi tuntutan kehidupan sehari-hari dengan lebih baik dan mencapai tujuan Anda dengan lebih efektif.

***

Solo, Selasa, 21 Mei 2024. 8:36 pm

Suko Waspodo

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler