Krisis Dualitas Gen Z : Ketika Ledakan Pengangguran Terpapar Bersamaan Kredit Macet Pinjol

Kamis, 23 Mei 2024 18:57 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Besaran pengangguran Gen Z linier dengan produktivitas. Tercatat saat ini pelaku kredit macet pinjol kebanyakamn Gen Z. Sudah menjadi pengangguran dibebani oleh kredit Pinjol. Menyedihkan sekali kan?

Terkuak juga bagaimana paniknya pemerintah untuk merespon dua isu yang sekaligus. Isu pertama berkaitan dengan ledakan pengangguran Gen Z yang mencapai 10 juta Orang. Isu yang kedua berkaitan ledakan hutang Pinjol yang sedang menyandera Gen Z dan sedang membunuh masa depannya.

Dua isu besar tersebut mempunyai preferensi tegas yang mengatakan negara gagal untuk membuat masyarakat sejahtera. Kegagalan tersebut memicu buruknya topografi masyarakat. Terjadi disparitas sosial dan ekonomi yang semakin lebar dalam setiap level kelompok dan juga strategi sosial. Yang lebih mengerikan jika pemerintah gagal memberikan solusi dan juga terapi teknis serta psikologis akan berdampak pada tekanan politik dan juga sosial terhadap keberlangsungan hidup rakyat dan juga kebutuhan serta kedaulatan bangsa Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tulisan di bawah ini menyajikan beberapa data faktual yang berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber media. Kolaborasi data tersebut sebagai ajuan untuk memberikan petunjuk informasi empiris terhadap berbagai fenomena isu yang akan dibahas bersama ; jeratan pinjol Gen Z , akibatnya dan solusinya.

Indonesia Market Pinjol dan investasi Bodong

Informasi ini sangat menakutkan tetapi bikin kesedihan mendalam. Kok bisa ? 

Laporan berjudul “2024 State of Mobile”, yang dirilis perusahaan riset Data.ai Januari lalu, membuat dunia internasional melirik Indonesia. Laporan itu menyebutkan, Indonesia memimpin dunia dalam penggunaan aplikasi seluler.

Negeri Nusantara ini dari jaman primitif ke jaman modern sudah menjadi target penguasa bangsa lain. Kalau dahulu kala Indonesia maju amat sangat kaya dengan Sumber Daya Alamnya ( SDA) saat ini Indonesia merupakan negara paling seksi dari sisi market potensial dan peluang mengambil untung dari kelakuan masyarakat yang konsumtif dan pemalas.

Menjadi bukti jelas bahwa bagaimana perilaku konsumen di Indonesia dijadikan sasaran para penjual asing. Mereka berdagang produk dan jasa.

Indonesia dinyatakan sebagai negara yang konsumennya menghabiskan waktu layar (screen time) untuk aplikasi seluler terbanyak di dunia, yakni 6,05 jam per hari per orang. Ini berita bagus bagi para pengembang aplikasi yang ingin mengembangkan pasar mereka.

Sekedar mengingatkan saja bahwa laporan itu juga menyebutkan sebagai perbuatan yang ekstrim dan mengawatirkan. Bayangan saja Aplikasi seluler yang paling banyak diunduh di Indonesia pada tahun 2023 bukan aplikasi produktif atau edukasi namun aplikasi pinjaman pribadi yang biasa disebut aplikasi Pinjol (pinjaman online). Trafik akses aplikasi Pinjol Jumlah unduhannya sangat fantastis yakni 222 juta. Angka tersebut bersaing dengan sekitar 278.8 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini.

Candu Pinjol

Dikutip dari berbagai sumber, alasan melenial dan gen Z masih banyak menjadi korban investasi bodong dan terjerat Pinjol , lantaran 69% dari generasi Melenialdan Gen Z Indonesia tidak memiliki literasi dan strategi investasi dan sekitar 85,6% generasi muda terlihat kurang sehat secara finansial.

Perlu dicatat jika banyak Gen Z melakukan transaksi Pinjol dan alokasi aktivitas keuangan ditransaksikan di investasi Bodong. Jadi kredit macet Pinjol yang dialami oleh Gen Z karena mereka tertipu oleh investasi Bodong.

Kelimpahan dan disrupsi media sosial menjadikan Gen Z dan melenial terpapar memudahkan sebuah proses keberhasilan. Gen Z dan melenial cenderung mempermudah hidup, tanpa ingin melewati proses panjang dan benar. Investasi bodong sebagai solusi akhirnya.

Pinjol dan juga investigasi bodong bisa menjamur subur dipengaruhi oleh iklan yang dilakukan oleh influencer atau endorser . Mereka memainkan peran imaginatif serta mengajak spekulatif dalam kehidupan sehari-harinya dengan cara mempermudah hidup melalui Pinjol. Banyak yang terjebak Pinjol karena penawaran selangit dari transaksi Pinjol dialokasikan ke investasi saham atau judi slot.

Gen Z Target Pinjol

Dilansir dari data Statistik Fintech Lending tahun 2023 yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terlihat bahwa kelompok usia 19-34 tahun menjadi kontributor terbesar dalam aktivitas pinjaman online (Pinjol). Sekitar 58,72% atau sekitar 132,78 juta jumlah rekening penerima pinjaman aktif (entitas) berasal dari kelompok usia ini.

Berdasarkan total utang pinjaman online (outstanding loan), kelompok usia 19-34 tahun juga mendominasi dengan mencatat sekitar 56,39% dari total utang Pinjol perseorangan atau setara dengan Rp327,3 triliun.

Sementara itu, kelompok usia 35-54 tahun juga turut berperan penting dengan mencatat sekitar 38,68% dari total utang pinjol perseorangan atau setara dengan Rp224,5 triliun.

Di sisi lain, peminjam dari kelompok usia di atas 54 tahun menyumbang total utang pinjol sebesar Rp26,4 triliun. Diikuti kelompok usia di bawah 19 tahun yang nilainya mencapai Rp2,1 triliun di sepanjang tahun 2023. Peminjam dari kedua kelompok usia ini memiliki porsi kurang dari 5% dari total utang Pinjol nasional.

Bila dilihat secara persentase, jumlah anak muda usia di bawah 19 tahun yang terjebak pinjaman online sebesar 0,4%. Kemudian, usia 19-34 sebesar 60,1%. Lalu, usia 35-45 tahun mencapai 35,7%. Sedangkan usia di atas 54 ahun mencapai 3,8%.

Lebih rinci, jumlah penerima pinjaman online di usia kurang dari 19 tahun mencapai 72.142 orang dan jumlah pinjaman mencapai Rp168,87 miliar. Kemudian, jumlah penerima di usia 19-34 tahun mencapai 10.914.970 orang dengan jumlah pinjaman Rp26,87 triliun.

Selanjutnya, jumlah penerima untuk usia 35-54 tahun mencapai 6.489.965 orang dan jumlah pinjaman Rp17,89 triliun. Terakhir untuk usia di atas 54 tahun jumlah penerima mencapai 686.354 orang dengan jumlah pinjaman Rp1,99 triliun.

Kredit Macet

Berdasarkan Data Statistik Fintech Lending OJK, nilai outstanding atau pinjaman macet lebih dari 90 hari mencapai Rp1,73 triliun pada akhir semester I/2023. Nilai ini naik signifikan sebesar 54,90 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, senilai Rp1,12 triliun. Begitu pula dengan rekening penerima pinjaman aktif di pinjaman macet lebih dari 90 hari yang melonjak 51,94 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari 395.778 entitas menjadi 601.338 entitas.

Jika dirinci, kelompok usia di rentang 19 hingga 34 tahun mencatatkan pinjaman macet Pinjol senilai Rp763,65 miliar atau menyumbang porsi sekitar 44,14 persen. OJK menyimpulkan, kenaikan pinjaman macet pada usia ini sebesar 68,87 persen.

Pinjol Lebih Ramah dan Murah

Banyaknya fitur Pinjol yang memberikan akses informasi menggiurkan dan menggoda menjadi trigger membuat keputusan mengambil pinjaman. Pinjol mengeklaim jika bunga pinjaman harian sangat toleran dengan pendapatan harian seseorang, lebih adaptasi dan bisa dieksekusi pelunasan lebih cepat dengan bunga rendah. Hitungan bunga Pinjol secara umum sebesar 0,3 persen hingga 0,4 persen Ini berbeda dengan perbankan yang pada umumnya mengiklankan bunga pinjaman tahunan, yakni sebesar 6-12 persen. Bunga harian kelihatan nilainya rendah dibandingkan dengan bunga tahunan. Yang tidak diketahui oleh peminjam adalah sebenarnya Bunga harian sangat mencekik bila mana pinjaman itu dibayarkan terlalu lama. Bunga harian 0,3 persen sama artinya dengan bunga tahunan 109,5 persen.

Secara tersembunyi disimpulkan Pinjol diklaim lebih murah dibandingkan dengan perbankan. Padahal pada kenyataannya, bunga pinjaman aplikasi online jauh lebih tinggi daripada bunga pinjaman perbankan.

Aksesibilitas Pinjol yang berjalan masif dan tak terkendali menguasai layar kaca HP jutaan masyarakat Indonesia. Data OJK menunjukkan bahwa nilai pinjaman lewat aplikasi Pinjol dalam beberapa tahun terakhir tumbuh sangat pesat dibandingkan dengan nilai pinjaman perbankan. Aplikasi Pinjol membukukan pertumbuhan dua digit per tahun, yakni sekitar 18 persen, sementara perbankan hanya 0,7 persen per tahun.

Catatan Kritis

Begitu mudahnya Pinjol masuk dalam ekosistem digital finansial di Indonesia nyata -nyata telah banyak merenggut kerugian fisik dan non psikologis masyarakat Indonesia. Kelompok Gen Z menjadi sasaran paling empuk bisnis pinjam on-line. Disaat bersamaan, Kelompok ini saat ini sedang mengalami dualitas keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan lagi, antara mereka menjadi pengangguran dan terjebak kredit Pinjol. 

Data statistik di atas menyajikan informasi masyarakat Indonesia banyak menjajakan waktunya untuk kebutuhan kesukaan untuk berselancar di dunia maya. Karenanya jumlahnya baik pengguna dan waktu yang dihabiskan, tentunya menjadi market potensial bagi pelaku bisnis digital termasuk didalamnya Pinjol.

Ekosistem digital sudah terintegrasi dan keterbukaan akses yang cepat dan luas telah menunjukkan bagaimana seharusnya masyarakat Indonesia berkualitas menjadi bagian penguna media online dan juga figur-figur beserta aplikasinya.

Catatan penting bahwa merebaknya Pinjol dalam keseharian aktivitas ekonomi masyarakat Indonesia merupakan kecelakaan maut bagi ekonomi dan aksesibilitas media yang liberal. Parahnya sasaran Pinjol adalah penduduk berusia produktif, (Gen Z dan melenial). Karenanya dibutuhkan solusi komprehensif yang melibatkan pelaku, penyedia dan regulasi pemerintah yang ketat dan mengikat. Mereka butuh revitalisasi mental dan pengetahuan beserta solusinya.

Tidak bisa menyalahkan Pinjol dan penyedia bisnis Pinjol legal tetapi bagi pemakai Pinjol yakni Gen Z dan Melenial harus bijak dan rasional mendayagunakan Pinjol. Begitu juga pemerintah sebagai regulator bekerja menyiapkan infrastruktur hukum yang kuat dan mengikat dalam terapannya di ekosistem bisnis digital.

Investor resmi dibidang Finansial/ Pembiayaan patut untuk mendapatkan kejelasan dan ketaatan hukum begitu juga konsumen wajib dilindungi dari bisnis Pinjol ilegal serta diberikan insentif khusus terutama dalam aplikasi bisnis Pinjol yang bisa mendongkrak ekosistem bisnis masyarakat Indonesia. Yang terpenting lagi bagaimana ekosistem ekonomi digital dapat memberikan ruangan khusus bagi Gen Z dan melenial untuk dapat berproduksi, berkarya dan mereduksi efek negatif dari  rezim digital yakni pengangguran yang berjubel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler