https://www.indonesiana.id/read/171609/manunggaling-kawula-lan-gusti-melalui-jumat-agung-dan-paskah

Makna Tingkat Perceraian dan Peran Pemerintah

Senin, 27 Mei 2024 13:24 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Inti masyarakat adalah keluarga. Namun keluarga didampaki oleh perencanaan negara, misalnya biaya UKT yang naik gila-gilaan, wacana kenaikan iuaran BPJS hingga kasus semacam penggusuran masyarakat dari wilayah sosiologisnya seperti di Rempang.

Ada alasan seseorang untuk menikah. Umumnya pernikahan muncul menjadi keputusan karena level cinta yang meningkat lewat tindakan bertanggung-jawab karena hubungan vertikal-horizontal dari nilai keimanan dan legalitas.

Membina rumahtangga, yang menjadi tujuan sesungguhnya pernikahan, memerlukan tidak saja komitmen tapi juga kompromi. Atau mungkin lebih baik kata kompromi diganti menjadi “pengertian dan kesepakatan yang dicapai lewat diskusi-diskusi konstruktif”.

Tidak ada seorangpun yang berani mengatakan bahwa menikah itu mudah. Oleh karenanya, saya berkeyakinan pula bahwa untuk memutuskan menikah pun pastinya (mestinya) tidak semudah memutuskan untuk membeli atau tidak membeli rumah. Rumah memerlukan pemeliharaan dan ditinggali supaya terus terawat. Membina rumah tangga, jauh lebih kompleks.

Covid-19 yang memblokir paksa akses-akses kegiatan perekonomian, disinyalir menjadi penyebab pasangan berhenti untuk saling memperjuangkan serta mempertahankan jiwa raga pasangannya untuk tetap berada disisinya. Paling tidak, saya mendengar ini dari salah satu koneksi yang saya kenal di PN Buleleng.

Saya mengangkat topik ini karena jika kesusahan ekonomi yang muncul ditengah jalan menjadi faktor perceraian, sebaiknya jangan memutuskan untuk menikah. Mengingat Indonesia adalah negara dengan kultur yang sangat kaya, saya mengunjungi sumber statistik yang ditugaskan negara untuk fungsi ini, BPS.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk kemudahan mereka yang tertarik mengamati fenomena yang terjadi pada institusi paling inti dalam masyarakat, berikut adalah grafik tentang alasan perceraian.

Menariknya, data perceraian ini hanya ada di BPS untuk 2018-2022. Padahal banyak rencana intervensi yang pemerintah dapat lakukan untuk meningkatkan kualitas keluarga yang merupakan inti dari masyarakat yang berpotensi untuk melakukan perubahan sosial. Sebagai homo socius, manusia saling mempengaruhi oleh karena itu data alasan perceraian ini mestinya dievaluasi untuk kemudian ditindak-lanjuti secara komprehensif oleh negara demi membangun human capital Indonesia yang kuat tanpa meninggalkan ciri khas budaya Indonesia yang baik dan benar. Karena masyarakat Indonesia adalah obyek dan subyek pembangunan Indonesia dimana segala jenis perhutangan di claim oleh pemerintah (baca: Trias Politika) untuk pembangunan negri yang kaya raya ini.

Untuk memadatkan grafik, alasan “Lain-Lain” hanya di 2019, tidak disertakan. Lokasi berupa provinsi, saya simpulkan menjadi pulau sehingga kasus terbesar mungkin dipengaruhi oleh jumlah penduduk di pulau tersebut yang juga memiliki kebiasaan serta budaya masing-masing. Tidak ada data untuk Bali/Sultra/Kaltara/Kepri/PapuaBarat.

Berikut grafik-grafik Perceraian di Indonesia (Pulau dan Alasan) 2019-2022.

Pada grafik 2020, ketika Covid19 memaksakan limitasi kegiatan dan interaksi, alasan Zina/Mabuk/Madat/Judi/KDRT dan Ekonomi justru turun. Alasan Lari Dari Pasangan dan Terus Bertengkar menaik. Menariknya, “Murtad” pun menaik sedikit.

2021 mendata Lari Dari Pasangan/Ekonomi menaik, juga “Murtad”.

2022 mendata, Zina/Mabuk/Judi/KDRT/Terus Bertengkar/Ekonomi meningkat, termasuk “Murtad”.

Berikut grafik-grafik Perceraian Tertinggi (5 Pulau dan 6 Alasan), 2019-2022.

Korban Dari Perceraian

Total perceraian seluruh pulau 2022 adalah 446,542. Hanya 0.18% dari 250 juta penduduk. Tetapi sesungguhnya viktim dari perceraian adalah bersifat “PanjangxLebarxTinggi”, yaitu kedua belah pihak, anak-anak, dan keluarga masing-masing. Jika masing-masing perceraian memiliki: anak 3, pihak keluarga (orangtua, saudara) 7, maka perceraian itu memiliki 8,484,298 viktim. Menjadikannya 3.39% angka perceraian 2022 dari 250 juta penduduk. Total viktim ini hampir sama dengan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan 2022 (BPS Sulut), 8,657,000 jiwa.

Alasan Perceraian

Terus Bertengkar selalu menjadi alasan utama. Alasan kedua adalah Ekonomi. Sementara itu Lari Dari Pasangan bertahan menempati posisi ke-3 setiap tahun. Diikuti oleh KDRT yang menjadi juara bertahan nomer 4. Demikian juga Mabuk menempati juara bertahan nomer 5. Judi menempati posisi ke-6 hanya pada tahun 2019. Menariknya, terdapat pula religi sebagai alasan perceraian dan semakin meningkat setiap tahun menempatkannya sebagai alasan tertinggi nomer 6 dari seluruh total pulau di Indonesia dari tahun 2020-2022.

Meninggalkan (Lari Dari) Pasangan adalah alasan paling pengecut dan menyakitkan. Janji utama yang dilakukan di hadapan Tuhan adalah Janji Pernikahan. Oleh karena itu sebelum melakukan janji, berinteraksi secara benar lewat proses berpacaran adalah kegiatan assessment yang paling tepat.

Relasi asmara pria dan wanita penuh misteri. Maka Amsal 30:18-19 menulis:

“Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.”

Konfusius percaya keluarga adalah komuni terpenting. Begitu penting sehingga 3 dari 5 pilar hubungan manusia adalah terkait dengan interaksi internal dalam keluarga, dimana pondasinya adalah Suami dan Istri.

  • Raja dan Pegawai (penguasa dan pekerja)
  • Orangtua dan Anak
  • Saudara yang lebih Tua dan Saudara yang lebih Muda
  • Suami dan Istri
  • Teman dan Teman

Dalam Alkitab salah satu referensi tentang pembinaan relasi keluarga ada tertulis pada Kolose 3:18-19: “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.”

Keharmonisan relasi yang dibentuk dari kesadaran akan hirarki yang bertanggung-jawab dan yang berkesesuaian.

To put the world in order, we must first put the nation in order; to put the nation in order, we must first put the family in order; to put the family in order; we must first cultivate our personal life; we must first set our hearts right. Confusius (551–479 SM).

Grafik Angka Perceraian Indonesia Per Pulau 2019-2022.

Semoga perhutangan pemerintah (Baca: Trias Politika) memaknai ajaran Confusius yang telah hidup 2503 tahun yang lalu. Inti masyarakat adalah keluarga. Namun keluarga didampaki oleh perencanaan negara. Misalnya saja biaya pendidikan PTN yang dinaikkan tidak proporsional, atau wacana kenaikan iuaran BPJS, pula penggusuran masyarakat Rempang dari wilayah sosiologisnya. Dan semoga perhutangan pemerintah didasari oleh pertimbangan kesehatan perakalan dan perakalan yang berkesehatan, serta mengacu pada Pancasila tentunya.

Salam Indonesia Raya dan Merdeka.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Violeta Pandiangan

Penulis Indonesiana. Hupomone. May you be healed from things no one ever apologized for.

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler