Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.
Afantasia, Begini Rasanya Nir-imajinasi Visual
Selasa, 23 Juli 2024 14:55 WIB
\xd Dapatkah Anda membayangkan melihat sesuatu dalam pikiran Anda? Dapatkah Anda mendengar suara hati ketika Anda berpikir atau membaca? Waspadalah, karena bisa jadi Anda sedang terdeteksi sebagai Afantasia. Waspadalah, karena bisa jadi Anda sedang terdeteksi sebagai Afantasia.\xd
Dapatkah Anda membayangkan melihat sesuatu dalam pikiran Anda? Dapatkah Anda mendengar suara hati ketika Anda berpikir atau membaca? Waspadalah, karena bisa jadi Anda sedang terdeteksi sebagai Afantasia.
Ternyata ada yang tak dapat melakukan kedua aktivitas tersebut. Baginya, gambar di sebelah kiri terlihat seperti campuran bentuk dua dimensi. Dia hanya bisa melihat kain pel di sebelah kanan. Loren tidak bisa membayangkan sensasi audio atau visual, atau mendengar suara hati saat membaca. Dia memiliki kondisi apa yang disebut sebagai Deep aphantasia atau Afantasia dalam makalah baru di Jurnal Frontiers in Psychology.
Afantasia sering digambarkan sebagai memiliki pikiran yang buta. Namun, seringkali kita juga tidak dapat memiliki pengalaman imajinasi lainnya. Jadi, seorang aphantasic mungkin memiliki pikiran yang buta dan tuli, atau pikiran yang buta dan hambar.
Kita sering ditanya bagaimana rasanya menjadi seorang aphantas. Beberapa analogi mungkin bisa membantu.
Kebanyakan orang dapat mengalami suara hati ketika mereka berpikir. Anda mungkin hanya dapat berbicara dalam satu bahasa, sehingga suara hati Anda akan berbicara dalam bahasa tersebut. Namun, Anda memahami bahwa orang lain dapat berbicara dalam berbagai bahasa. Jadi, Anda mungkin bisa membayangkan bagaimana rasanya mendengar suara hati Anda berbicara dalam berbagai bahasa yang berbeda.
Kita dapat membayangkan seperti apa pikiran Anda. Pikiran-pikiran itu mungkin beragam, dialami sebagai sensasi visual atau audio dalam batin, atau sebagai rasa sentuhan atau penciuman yang dibayangkan. Pikiran kita berbeda. Tak satu pun dari kami yang dapat membayangkan pengalaman visual.
Ada perasaan selesai ketika sebuah rencana telah terbentuk. Pidato yang terencana adalah rangkaian gerakan mulut, gerak tubuh dan postur yang dibayangkan. Rencana artistiknya dialami sebagai tekstur. Dia tidak pernah mengalami audio yang dibayangkan atau daftar visual dari tindakan yang dimaksudkannya. Ada perbedaan besar antara aphantasics Berbeda dengan Loren, pikiran Derek sepenuhnya bersifat verbal.
Dia tidak menyadari, sampai saat ini, bahwa ada cara berpikir lain yang mungkin terjadi. Beberapa penderita aphantasics melaporkan sensasi yang dibayangkan secara tidak disengaja, yang sering kali merupakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Tak satu pun dari kita yang pernah mengalami pengalaman visual yang dibayangkan, disengaja atau tidak disengaja, selama hidup kita.
Frustrasi dan humor dari kesalahpahaman Aphantasics bisa merasa frustrasi dengan upaya orang lain untuk menjelaskan pengalaman kita. Salah satu sarannya adalah bahwa kita mungkin telah membayangkan pengalaman visual, tetapi tidak dapat menggambarkannya. Kami memahami kebingungan tersebut, tetapi hal ini dapat terlihat merendahkan.
Para peneliti percaya bahwa Afantasia terjadi ketika aktivitas di bagian depan otak gagal menggairahkan aktivitas di bagian belakang otak. Umpan balik ini diperlukan agar orang dapat memiliki pengalaman khayalan. Loren tampaknya memiliki bentuk afantasia yang belum dijelaskan. Umpan balik yang tidak berhasil menghasilkan pengalaman yang tidak lazim dari input visual yang sebenarnya. Istilahnya Deep aphantasia atau "afantasia dalam" untuk menggambarkan orang-orang, yang tidak hanya tidak dapat membayangkan pengalaman sensorik, tapi juga memiliki pengalaman yang tidak lazim dari input visual yang sebenarnya.
Tujuan peneliti dalam mendeskripsikan pengalaman ini adalah untuk meningkatkan kesadaran bahwa beberapa orang yang mengalami afantasia mungkin memiliki pengalaman yang tidak lazim dari input visual yang sebenarnya. Jika kita dapat mengidentifikasi orang-orang ini, dan mempelajari otak mereka, kita mungkin dapat memahami mengapa beberapa orang dapat memunculkan pengalaman indrawi yang dibayangkan sesuka hati, sementara yang lain tidak. Selain itu, peneliti juga berharap dengan meningkatkan kesadaran akan pengalaman yang berbeda yang dimiliki orang saat mereka berpikir, akan mendorong toleransi saat orang mengekspresikan pemikiran yang berbeda. ***

Penulis Indonesiana
7 Pengikut

Tulisan Tangan Punah di Era Generasi Z
11 jam laluArtikel Terpopuler