Masyarakat Desa Bakung, Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (15/6) sore, antusias mengikuti tradisi sadranan. Dengan diiringi kesenian kuda lumping, sebuah gunungan yang berisi hasil bumi diarak keliling kampung menuju makam warga setempat.
Setibanya di pendopo makam yang telah dipadati warga, sesepuh desa setempat mengajak warga untuk mengumandangkan doa. Meski doa belum selesai, gunungan hasil bumi yang diarak langsung habis menjadi rebutan warga.
Kepala Desa Bakung, Sugiyo mengungkapkan, tradisi sadranan merupakan salah satu wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat yang telah diterima warga. Tak hanya mengarak gunungan, lanjut Sugiyo, tradisi sadranan warga Bakung juga dibarengi dengan tradisi kembul bujana atau menyantap hidangan bersama.
“Tradisi sadranan dengan mengarak gunungan dan kembul bujana sebagai upaya melestarikan kebudayaan Jawa agar diingat anak cucu kita. Selain wujud syukur terhadap Tuhan, sadranan juga sebagai ajang silaturahmi bagi warga yang merantau diluar kota,” ungkap Sugiyo.
Setelah acara berakhir, terlihat puluhan warga berbondong-bondong pulang dengan membawa tenong atau wadah berisi makanan yang dibagikan saat kembul bujana. Rangkaian acara sadranan warga Bakung juga akan menampilkan pementasan wayang yang berjudul “Bangun Candi Sapta Argo” oleh Ki Suratno Gudel, pada malam harinya.
Ikuti tulisan menarik Aditya Wijaya lainnya di sini.