Bagaimana Timor Timur (Pernah) Menjadi Provinsi Indonesia: Kronologi Lengkap dan Faktor Penting

Kamis, 17 Oktober 2024 14:11 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Persiapan TNI AU di Lanud Iswahjudi pada Desember 1975 sebelum menjalankan Operasi Seroja.
Iklan

Timor Timur, koloni Portugal yang kaya akan kayu cendana, menjadi provinsi Indonesia pada 1976 setelah invasi militer Operasi Seroja. Konflik politik dan perang saudara melibatkan faksi pro-kemerdekaan dan pro-Indonesia. Peristiwa ini menyoroti pengaruh kolonial dan kepentingan geopolitik di Asia Tenggara.

***

Timor Timur terletak di timur pulau Timor dengan luas wilayah 18.899 km2. Pulau Timor kaya akan kayu cendana dan menjadi daerah tujuan persinggahan orang-orang Barat setelah berdagang ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, oleh karena itu Portugis (sekarang Portugal) dan Belanda menjadikan wilayah ini sebagai daerah jajahannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masa Kolonialisme

Bentuk Timor-Timur sekarang ini merupakan hasil dari politik akomodasi dari pihak Belanda dan pihak Portugal. Meski ada raja-raja setempat yang turut memberikan dukungan politik seperti ikutserta secara langsung dan tidak langsung dalam perang melawan salahsatu dari kedua negara kolonial tersebut. Tetapi dalam perjanjian penentuan perbatasan hanya pihak Belanda dan Portugis, raja-raja pribumi tidak ikutsertakan dalam perjanjiannya.

Inggris sempat menduduki Timor baik yang dikuasai Belanda maupun Portugal pada awal abad ke 19. Baru pada tahun 1816 Inggris menarik diri dari Timor dan mengembalikan wilayahnya kepada Belanda dan Portugal. Mulai saat itulah muncul persengketaan perbatasan antara Belanda dan Portugal yang berlangsung cukup lama.

Baru lewat Perjanjian Lisbon tahun 1859. Menurut perjanjian ini, wilayah Portugal hanya terbatas pada bagian timur pulau Timor, ditambah dengan pulau Atauro dan Jaco. Di sebelah barat mereka mempertahankan enklave Oikusi (Lifau), Sutrana dan daerah Maubara, sedangkan Belanda yang menguasai bagian barat mempertahankan pula enklave sekitar Maukatar.

Portugal melepaskan wilayahnya di Solor dan Flores Timur dengan imbalan 80.000 florin Belanda. Tetapi Perjanjian Lisbon ini tidak menyelesaikan masalah seutuhnya, masih ada persoalan mengenai garis perbatasan antara wilayah raja-raja pribumi yang masih tidak jelas garisnya.

Pada tahun 1904 diadakan lagi sebuah perjanjian perbatasan yang mengubah keadaan setempat. Garis perbatasan enklave Oikusi dipertegas, sedangkan Belanda melepaskan enklave Maukatar. Sebaliknya Portugal menyerahkan daerah Neomuti, Tahakai, dan Tamiru Ailala kepada Belanda.

Selama Perang Dunia II

Selama Perang Dunia Kedua, Timor Portugis “dijaga” oleh pasukan Australia dan Belanda. Jepang, lawan mereka, tiba di kawasan itu pada Februari 1942. Situasi itu kembali menyeret rakyat Timor Portugis ke dalam perang. Pada 19 Februari 1942, sebuah pertempuran meletus. Rakyat Timor membantu kubu Sekutu menghadang Jepang.

Akibatnya, sekalipun Sekutu telah mundur dari Timor Portugis, penduduk setempat harus terus berperang melawan Jepang. Sebagian besar kematian warga sipil disebabkan oleh pembalasan Jepang yang berlangsung sampai tahun 1945.

Setelah Perang Dunia, Timor Portugis kembali dikuasai Portugal. Namun, Portugis pada masa itu dipandang pemerintah Portugal hanya sebagai pos perdagangan yang tak terlalu penting. Investasi di bidang infrastruktur, kesehatan dan pendidikan sangat minim.

Peran utama koloni itu hanya sebagai tempat pengasingan orang-orang yang dianggap “bermasalah” oleh pemerintah di Lisbon, termasuk tahanan politik. Pada tahun 1955, Timor Portugis dinyatakan sebagai “Provinsi Luar Negeri” Republik Portugal. Sementara itu, kawasan Timor Barat bekas jajahan Belanda telah menjadi bagian dari Republik Indonesia yang berdaulat.

Revolusi Bunga di Portugal

Rakyat Timor Timur baru memikirkan tentang kemerdekaan ketika Portugal mengalami Revolusi Bunga yang salah satu tuntutannya ialah Portugal harus melepaskan daerah-daerah koloni yang tercatat sebagai provinsi luar negeri. Rakyat Timor menanggapi hal ini.

Mendirikan partai-partai politik, antara lain União Democrática Timorense (UDT), bentukan sejumlah tuan tanah kaya bekas kolaborator Portugal, Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente (FRETILIN), kelompok yang hendak memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste, dan Associacão Popular Democratica Timorense (APODETI) yang ingin Timor Leste bergabung dengan Indonesia.

Perselisihan politik tidak terhindarkan dan konflik bersenjata segera menyusul. Mario Lemos Pires, gubernur Timor Portugis, kewalahan. Pada 28 November 1975, Fretilin mendeklarasikan kemerdekaan Timor Leste dari Portugis.

Invasi Indonesia: Operasi Seroja (1975)

Indonesia pada waktu yang bersamaan sedang melakukan pembangunan negara dalam segala aspek memerlukan sebuah stabilitas keamanan, sekaligus Indonesia juga sangat menentang komunisme, sehingga timbul kekhawatiran dari Presiden Soeharto akan komunisme yang muncul di Timor Timur, terutama sekali di dalam tubuh partai Fretilin. Apabila tidak terdapat stabilitas, maka pembangunan di Indonesia akan mengalami kegagalan dan akan mempengaruhi stabilitas keamanan dalam wilayah Indonesia.

Presiden Soeharto kemudian menjalin komunikasi dengan Presiden Amerika Serikat kala itu, Gerald Rudolph Ford Jr., terkait hal tersebut. Tanggal 6 Desember 1975, Presiden Ford dan Menteri Luar Negeri AS, Henry Kissinger, diterima Soeharto di Jakarta. Sehari setelah pertemuan itu dilancarkan invasi militer ke Timor Timur yang dikenal sebagai Operasi Seroja.

Sebelum Operasi Seroja, Pemerintah RI sudah melancarkan operasi intelijen dengan nama sandi Operasi Komodo pada 1974 untuk mencari info-info terkait politik di Timor Timur yang berpusat di Dili.

Keinginan dari Fretilin yang berpaham komunis dan menginginkan kemerdekaan lebih diminati oleh sebagian besar rakyat Timor Timur. Itulah yang menjadi alasan pemerintah RI dan AS melancarkan Operasi Seroja pada 7 Desember 1975. Hal ini bisa dilihat pada tanggal 28 November 1975, Fretilin menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Republik Demokratik Timor Leste.

Kekuatan Fretilin ternyata tak sebanding dengan angkatan perang RI yang disebut-sebut mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Malam hari tanggal 7 Desember 1975, Dili sudah bisa dikuasai. Tiga hari berselang, giliran kota terbesar kedua di Timor Timur, Baucau, yang direbut oleh militer Indonesia. Hanya setengah tahun sejak itu, tepatnya 17 Juli 1976, Timor Timur sepenuhnya dikuasai dan resmi menjadi bagian dari NKRI sebagai provinsi ke-27.

Sumber:

  • Lapian, A. B. (2019). Sejarah Timor Timur. Antropologi Indonesia, 9-36.
  • Lapian, A. B., & Chaniago, J. R. (1988). Timor Timur dalan gerak pembangunan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai-Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
  • Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern, 1200-2008. Penerbit Serambi.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana

80 Pengikut

img-content

Strategi Pertumbuhan Konglomerat

Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
img-content

Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking

Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler