Bumi Indah melalui Kerangka 9R

Kamis, 24 Oktober 2024 17:37 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Limbah
Iklan

Limbah menumpuk menjadi tantangan di mana-mana. Pengelolaan tidak bijak membuat limbah menjadi berbahaya bagi umat manusia. Bahkan limbah ini juga bisa membunuh. Kerangka 9R adalah satu model untuk mengatasi itu.

***

Buku What a Waste, World Bank Group  menyebutkan pada tahun 2016 diperkirakan sebanyak 2,01 milyar ton limbah padat dihasilkan oleh perkotaan. Angka ini bisa meningkat menjadi 3,40 milyar ton pada tahun 2050 bila tidak ada perubahan dalam skenario penanganannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Data berlanjut dengan hasil sekitar 1,6 miliar ton emisi gas rumah kaca setara karbon dioksida (CO2) dihasilkan dari pengolahan dan pembuangan sampah padat pada tahun 2016. Capaian yang bisa terjadi bila sampah dibuang pada tempat terbuka dan tidak tersedianya sistem penangkapan gas[i].

Lebih lanjut pada buku tersebut mendeskripsikan Asia Timur, Indonesia masuk dalam wilayah ini, dan Pasifik adalah area yang paling banyak menghasilkan tumpukan sampah. Secara komposisi limbah makanan menempati tempat tertinggi (44%), dilanjutkan dengan kayu/karton (17%) dan plastik (12%)[ii]. Sementara pada laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kompisisi sampah hampir sama yaitu sisa makanan (39,82%), diikuti dengan sampah plastik (19,16%) dan kayu/karton (10,81%)[iii].

Penumpukan sampah ini sangat berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Banyaknya sampah plastik ditemukan di laut mengganggu kehidupan semua biota yang ada di dalamnya. Bahkan berita menyebutkan ditemukannya mikro plastik di dalam perut ikan yang dikonsumsi manusia. Secara tidak langsung manusia memakan plastik akibat dari pengelolaan limbah yang tidak tepat.

 

Laman United Nations of Environment Programme menginformasikan lebih dari 99% masyarakat di dunia terpapar oleh polusi udara setiap tahunnya. Lebih lanjut disebutkan sekitar 6,7 juta kematian terjadi karena polusi tersebut, terutama di negara dengan pendapatan rendah dan menengah. Gas rumah kaca, terjadi karena pembuangan dan penumpukan limbah, berkontribusi pada polusi udara secara signifikan[iv]. Zat beracun ini bisa mempengaruhi pernafasan, bahkan menimbulkan penyakit-penyakit saraf.

 

Kondisi dan situasi ini tidak bisa didiamkan. Kita tidak bisa meninggalkan jejak buruk sehingga generasi penerus menderita. Mereka harus bisa melihat keindahan alam kita. Koordinasi dari semua pihak perlu dan harus dilakukan dari sekarang. Kolaborasi pelaku pembangunan, termasuk pemerintah, pelaku usaha, lembaga non profit, aktivis, generasi muda, dan masyarakat harus digalang dan digalakkan. Kerja bahu membahu dimulai dari setiap sudut wilayah.

 

Sekitar awal tahun 2000 diperkenalkan metode 3R, Reduce , Reuse, Recycle (mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang) sebagai cara mengurangi limbah. Namun metode ini dikembangkan lebih luas mengingat pentingnya semua pelaku berkontribusi penuh pada pengelolaan sampah. Pada 2017, PBL Netherlands Environmental Assessment Agency memresentasikan 10 strategi baru dengan model bisnis, hubungan antar pelaku pembangunan, bahkan pelaku penentu kebijakan. Strategi ini dikenal dengan Kerangka 9R[v].

 

Kerangka 9R merupakan kerangka ekonomi sirkular untuk pengelolaan limbah. Tujuan besar guna mengurangi limbah dan kerusakan lingkungan, namun sekaligus memaksimalkan nilai material dari limbah tersebut. Secara tidak sadar dan sederhana, pemulung sudah melakukan pekerjaan mengumpulkan limbah dan mendapat keuntungan. Dengan meningkatnya limbah sampah saat ini, pekerjaan itu tidak bisa hanya dilakukan oleh pemulung.

 

Pembangunan berkelanjutan dengan konsep ekonomi hijau perlu, salah satunya, mengaplikasikan Kerangka 9R. Model ini dijalankan secara kolaboratif dan terus berputar menjadi satu kesatuan. Sirkular ekonomi ini merupakan satu model bisnis hijau. Konsepnya secara garis besar mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang dan memulihkan limbah. Pada ujungnya sirkulasi ini menciptakan kualitas lingkungan, perbaikan ekonomi dan kesejahteraan bagi generasi sekarang dan masa mendatang[vi].

 

Garis besarnya, kerangka ini dibagi dalam tiga tujuan utama untuk mendukung pembangunan berkelanjutan secara kolaboratif[vii].

  1. Tujuan I: Penggunaan dan pembuatan produk dengan lebih cerdas dan strateginya tertuang pada R0, R1 dan R2:
    • R0 Penolakan: Menolak penggunaan barang dan merancang proses untuk hasilkan produk sama guna menghindari limbah. Strategi ini juga mengajak untuk berani mengatakan tidak pada kebiasaan buruk, misalnya pemakaian sedotan, botol kemasan, dan styrofoam.
    • R1 Pikirkan Kembali: Membuat produk yang lebih intensif, misalnya melalui berbagi produk atau produk multifungsi. Produsen diajak untuk lebih kreatif dalam mendesain dan memikirkan dengan baik produk mereka guna mengurangi dampak pada lingkungan dan mengurangi pemakaian sumber daya alam pada pembuatan produk.
    • R2 Pengurangan: Meningkatkan efisiensi dalam pembuatan produk atau penggunaan produk dengan mengonsumsi lebih sedikit sumber daya alam dan material bagi para produsen. Sementara, konsumer dianjurkan untuk hidup sederhana dan mengurangi apa yang dibeli sebagai bagian kecil dari usaha untuk pengurangan.

 

  1. Tujuan II: Perpanjang umur produk dan bagian-bagiannya melalui strategi R3, R4, R5, R6 dan R7:
    • R3 Penggunaan Kembali: Menggunakan kembali produk bekas yang kondisinya masih baik dan memenuhi fungsi aslinya, dibandingkan dengan membeli produk baru sekali pakai. Produsen perlu merancang produk dengan masa pakai lebih lama, hasil lebih kuat dan bisa diperbaiki.
    • R4 Perbaikan: Memperbaiki dan memelihara produk yang mungkin sudah tidak baik tetapi masih bisa digunakan daripada langsung membuangnya.
    • R5 Peremajaan: Memulihkan produk lama dan memperbaruinya atau memperpanjang usia satu produk supaya bisa lebih lama.
    • R6 Produksi Ulang: Menggunakan bagian dari produk bekas pada produk baru dengan fungsi yang sama guna memperpanjang usia produk.
    • R7 Peninjauan Ulang: Memakai bagian dari produk bekas itu untuk membuat produk baru dengan fungsi berbeda tetapi tetap berguna dan bisa memperpanjang usia produk.

 

  1. Tujuan III: Penerapan material dengan cara bermanfaat diterapkan pada R8 dan R9:
    • R8 Pendauran Ulang: Mengolah dan menerapkan kembali bahan-bahan dengan cara kreatif untuk mendapatkan kualitas yang sama, lebih baik atau bahkan lebih rendah tetapi tepat guna.
    • R9 Pemulihan: Membakar material atau limbah untuk memulihkan kembali energi.

 

Kerangka 9R bukan strategi hanya diambil per bagian. Semua saling berkaitan dan memiliki fungsi masing-masing. Penerapannya jelas tidak hanya mendukung dari sisi pengelolaan limbah tetapi juga perbaikan ekonomi,  peningkatan kesejahteraan yang merupakan bagian dari mendukung pembangunan berkelanjutan. Limbah memiliki nilai ekonomi yang bila dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan memberikan keuntungan.

 

Pelaku pembangunan bisa dan perlu berpartisipasi penuh mendukung aplikasi dan implementasi Kerangka 9R. Termasuk dalam hal ini pemerintah selaku lembaga eksekutif menurunkan strategi ini melalui kebijakan-kebijakan. Juga penegasan dari lembaga yudikatif bila kelalaian dan pelanggaran terjadi. Sementara semua pelaku usaha menerapkan kiat-kita strategi untuk memastikan partisipasi dan kontribusi dalam mengatasi limbah. Bahkan pada dunia pendidikan, anak-anak juga harus diperkenalkan dan diajarkan pentingnya pengelolaan sampah secara bertanggung jawab.

 

Terpentingnya, aplikasi harus dimulai dari sekarang. Tidak ada waktu lagi untuk menunggu dan menunda. Bila strategi mulai dilaksanakan bukan hal tidak mungkin penumpukan limbah dan kerusakan alam bisa dikikis perlahan. Isu gas rumah kaca, setara dengan karbon dioksida, bisa dikurangi. Semua pelaku krusial dan harus bekerja, berkontribusi, berkolaborasi dan berkoordinasi. Kita harus meninggalkan jejak bumi yang indah bagi generasi penerus. Kita harus memberi mereka kesempatan untuk melihat alam yang indah dengan langit biru dan udara segar.

=====================

[i] Kaza, Silpa, Lisa Yao, Perinaz Bhada-Tata, and Frank Van Woerden. 2018. What a Waste 2.0: A Global Snapshot of Solid Waste Management to 2050. Urban Development Series. Washington, DC: World Bank. doi:10.1596/978-1-4648 -1329-0. License: Creative Commons Attribution CC BY 3.0 IGO

[ii] ibid

[iii] https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/komposisi

[iv] https://www.unep.org/ietc/news/story/waste-managements-crucial-role-beating-air-pollution

[v] https://grow-circular.eu/knowledge-base/9r-framework/

[vi] https://www.researchgate.net/publication/321432839_Conceptualizing_the_circular_economy_An_analysis_of_114_definitions

[vii] ibid

Bagikan Artikel Ini
img-content
Regina Nikijuluw

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Bumi Indah melalui Kerangka 9R

Kamis, 24 Oktober 2024 17:37 WIB
img-content

Ketika Roh Meninggalkan Raga

Minggu, 25 Februari 2024 17:51 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler