Peran Bahasa Melayu dalam Pembentukan Identitas Nasional Indonesia
Rabu, 30 Oktober 2024 10:40 WIB
Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah AR Fachruddin
***
Peran Bahasa Melayu dalam perkembangan bahasa Indonesia mencakup beberapa hal. Bahasa Melayu merupakan bahasa yang mudah dipahami, dimengerti dan mudah digunakan Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung Nusantara pada zamannya. Bahasa Melayu yang sudah mengalami beberapa kali perkembangan menjadi Bahasa Indonesia lalu dijadikan bahasa resmi, terutama diwilayah Negara Indonesia.
Bahasa Indonesia dijadikan bahasa persatuan dengan bertujuan agar masyarakat dari berbagai daerah, budaya, agama, suku yang tersebar di Indonesia mudah dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa persatuan. Pengaruh-pengaruh dari Bahasa Melayu inilah menjadi peran penting dalam perkembangan bahasa Indonesia.
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
Berkembangnya bahasa Indonesia mempengaruhi ejaan dari bahasa ini. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan ejaan pada bahasa Indonesia, mulai dari pengaruh politik sampai perkembangan seni, budaya, dan teknologi. Sudah delapan kali Indonesia mengalami perubahan ejaan.
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Ini adalah pedoman ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali digunakan. Pedoman yang diterbitkan pada tahun 1901 ini digunakan saat bahasa Indonesia masih bernama bahasa Melayu. Sesuai namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama Charles A. van Ophuijsen. Dalam penyusunannya, ia dibantu oleh Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Engku Nawawi Gelar Soetan Ma;moer. Beberapa ciri khas dari ejaan ini adalah penulisan u yang menggunakan oe, j yang ditulis dj, penggunaan apostrof (‘) pada beberapa kata (misalnya: Jum’at),serta kata berulang yang ditulis memakai angka 2 (misalnya: kata-kata yang ditulis kata2).
2. Ejaan Soewandi
Kalau yang satu ini adalah ejaan yang diresmikan setelah bahasa Indonesia ditasbihkan sebagai bahasa persatuan, serta merupakan ejaan pertama yang disusun langsung oleh orang Indonesia. Ejaan ini diresmikan pada 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia Nomor 264/Bhg.A.
Bisa dibilang jika ejaan yang dibuat Mr. Raden Soewandi ini adalah pembaruan dari ejaan sebelumnya. Hal ini bisa dilihat dari penulisan oe yang berganti jadi u, serta dihilangkannya apostrof pada kata-kata tertentu. Tanda baca tersebut akan diganti dengan huruf ‘k’ atau dihilangkan sama sekali. Misalnya: Jum’at menjadi Jumat atau ra’yat menjadi rakyat.
3. Ejaan Pembaharuan
Pada Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, sejumlah pihak meminta untuk membuat Ejaan Pembaharuan dari ejaan sebelumnya. Pembaruan tersebut ada pada ejaan ai, au, dan oi menjadi ay, aw, dan oy; serta dihilangkannya tanda hubung (-) pada kata berulang yang memiliki makna tunggal. Misalnya: alun-alun menjadi alunalun. Sayangnya, ejaan ini tidak diresmikan di dalam undang-undang, sehingga tidak dipakai sama sekali pada masa itu.
4. Ejaan Melindo
Ini adalah ejaan yang disusun pada 1959 dan merupakan hasil kerjasama Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia). Ejaan ini disusun supaya ada keseragaman antara ejaan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang dipakai di Malaysia. Sayangnya, ejaan ini tidak jadi digunakan akibat ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia saat itu.
5. Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK)
Setelah gagal menggunakan Ejaan Melindo, pihak Indonesia dan Malaysia kembali menyusun ejaan baru yang bernama Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK). Salah satu ciri khas ejaan ini adalah banyaknya istilah asing yang diserap dan ditulis ulang sesuai dengan ejaan Indonesia. Misalnya extra yang ditulis jadi ekstra dan guerilla menjadi gerilya.
6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Kita semua pasti mengenal ejaan satu ini. Di antara ejaan-ejaan sebelumnya, EYD adalah ejaan yang paling lama digunakan, yakni selama 43 tahun (1972-2015). Ejaan ini juga tergolong lengkap dalam memberikan kaidah penulisan bahasa Indonesia, mulai dari penulisan kata serapan, tanda baca, sampai penggunaan huruf kapital. EYD juga mulai menjadikan huruf f, v, x, q, dan z pada bahasa asing menjadi bagian dari bahasa Indonesia.
7. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Setelah tahun 2015, EYD resmi tidak digunakan dan diganti oleh PUEBI. Penyusunan PUEBI merupakan bagian dari penyesuaian terhadap perkembangan seni, budaya, dan teknologi di Indonesia yang semakin pesat. PUEBI juga memberikan pembaruan pada EYD, terutama pada aspek penulisan huruf kapital, penambahan diftong, dan penulisan cetak tebal.
8. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi V (EYD Edisi V)
Ejaan Yang Disempurnakan edisi V (EYD edisi V) adalah versi terbaru dari ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan dari versi sebelumnya. Sejak Tgl. 16 Agustus 2022, EYD kembali digunakan karena penutur bahasa Indonesia lebih familiar, lebih mudah mengingat, dan lebih gampang mengucapkan istilah EYD oleh dibandingkan PUEBI.
Penetapan EYD Edisi V ini sesuai Keputusan Kepala Badan No. 0321/I/BS.00.00/2021 yang menjelaskan pemutakhiran pedoman sebelumnya. Jadi, di dalam EYD Edisi V terdapat beberapa perubahan kaidah lama yang disesuaikan dengan perkembangan bahasa Indonesia dan penambahan kaidah baru.
Ada beberapa cara upaya pemerintah menjaga konsistensi penggunaan Bahasa Indonesia . Pertama-tama, pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan harus terus mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia. Salah satunya adalah dengan menyediakan program-program untuk mempelajari bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia juga dapat diaplikasikan pada media, seperti surat kabar, majalah, buku, dan televisi.
Kedua, masyarakat juga harus terlibat dalam menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari, serta mendukung produk-produk lokal yang mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia.
Ketiga, para penulis dan penerjemah juga memainkan peran penting dalam melestarikan bahasa Indonesia. Mereka harus menghindari penggunaan kata-kata asing yang tidak diperlukan dan memastikan bahwa bahasa Indonesia yang digunakan mudah dimengerti oleh pembaca.
Keempat, teknologi modern dapat digunakan untuk mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan bahasa Indonesia dalam perangkat lunak, aplikasi, dan situs web. Dalam hal ini, peran para pengembang teknologi sangatlah penting.
Kelima, para tokoh masyarakat, seperti budayawan, politisi, dan selebritas dapat menjadi contoh yang baik dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dan baik. Dalam hal ini, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangatlah penting.
Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk menjaga konsistensi penggunaan bahasa Indonesia di berbagai media, termasuk Mendorong internasionalisasi bahasa Indonesia,
Pemerintah mengirimkan tenaga pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) ke berbagai negara di dunia. Pemerintah membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia melalui media massa karena jangkauannya yang luas. Selain upaya pemerintah, masyarakat juga dapat berperan dalam menjaga konsistensi penggunaan bahasa Indonesia, diantaranya
-Memupuk rasa bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa.
-Menanamkan sifat disiplin dalam berbahasa Indonesia,tujuannya supaya kita mengerti berkomunikasi dengan baik kepada orang lain yang beda wilayah.
-Belajar bahasa Indonesia secara mandiri, seperti dengan memahami definisi dan penggunaannya, memahami struktur kalimat dan tata bahasa, dan membiasakan diri membaca.
Dalam kesimpulan, menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itu, pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, penulis, penerjemah, pengembang teknologi, dan tokoh masyarakat harus bersatu untuk mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan memastikan bahwa bahasa Indonesia tetap menjadi identitas bangsa Indonesia.
Beberapa permasalahan utama yang muncul adalah pengaruh bahasa asing, penggunaan bahasa gaul dan aksen, serta kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar.
1. Pengaruh Bahasa Asing
Di era globalisasi, pengaruh bahasa asing khususnya bahasa Inggris semakin terasa dalam kehidupan sehari-hari. sehingga penggunaan bahasa Indonesia di kalangan generasi muda semakin berkurang.
2. Pergeseran cara berkomunikasi
Perkembangan media sosial dan platform digital telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.
3. Bahasa Gaul dan Alay
Fenomena bahasa gaul dan alay di kalangan anak muda juga menjadi perhatian.
Bahasa gaul yang marak di media sosial seringkali mengabaikan kaidah tata bahasa yang benar, dan penggunaan kata serta singkatan yang tidak baku dapat melemahkan kemampuan memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
4. Kurangnya Minat Generasi Muda
Minat generasi muda untuk mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar juga menjadi perhatian.Program pendidikan yang membosankan dan metode pengajaran yang konvensional seringkali menjadikan bahasa Indonesia membosankan.
5. Kesalahan berbahasa
Penggunaan singkatan, emoji, dan bahasa non-formal di media sosial seringkali memicu kesalahan pemahaman dan interpretasi.
6. Komunikasi lintas budaya
Komunikasi lintas budaya di media sosial dapat menimbulkan tantangan dalam memahami norma-norma budaya dan perbedaan dalam cara berkomunikasi.
Seiring dengan munculnya bahasa asing dalam kehidupan masyarakat maupun kalangan mahasiswa, banyak sekali pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa asing terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut ada yang berdampak positif dan juga ada yang berdampak negatif.
Dampak positifnya yaitu, bangsa Indonesia dapat mengikuti perkembangan internasional dengan lancar dan mampu bersaing dengan negara lainnya. Sedangkan dampak negatifnya yaitu bahasa Indonesia sedikit demi sedikit akan tergeser oleh bahasa asing.
Oleh karena itu, jika penggunaan bahasa asing tidak dikurangi atau bahkan tidak diawasi maka dapat diprediksikan bahasa Indonesia akan hilang dan ini sangat berpengaruh terhadap kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia.
Referensi:
Syiffa Lutfiyyah (2022) Peran bahasa Melayu terhadap perkembangan bahasa Indonesia.https://www.kompasiana.com/amp/syifaluthfiyyah0221/62cd9a11bb44861a74710432/peran-bahasa-melayu-terhadap-perkembangan-bahasa-indonesia
Anggie Warsito, (2022). " Sejarah Bahasa Indonesia dan Ejaannya dari Masa ke Masa, https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/11/26/sejarah-bahasa-indonesia-dan-ejaannya-dari-masa-ke-masa
https://ugm.ac.id/id/berita/18226-pemerintah-dorong-internasionalisasi-bahasa-indonesia/#:~:text=Pemerintah%20mendorong%20bahasa%20Indonesia%20menjadi,ke%20berbagai%20negara%20di%20dunia.
Muhammad Farhan Praditya, (2023) "Menjaga dan Melestarikan Bahasa Indonesia"
https://www.kompasiana.com/farhanpraditya021
Pragata Aziz Pratama, (2024) "Bahasa Indonesia: Menjawab Tantangan Zaman di Era Globalisasi https://kumparan.com/pragata-azis-pratama/bahasa-indonesia-menjawab-tantangan-zaman-di-era-globalisasi-22kEecO6Zen/full
Sinta Andaresta, (2021) "Pengaruh Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia"

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Mengenal Resensi dan Sinopsis
Minggu, 22 Desember 2024 06:46 WIB
Mengenal Beragam Jenis Plagiarisme
Minggu, 22 Desember 2024 06:43 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler