Memahami Filsafat Sebagai Pemahaman Awal Manusia

Rabu, 26 Februari 2025 20:15 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Filsafat Mengawang Esaipun Terbang
Iklan

Berbagai pemahaman terkait dengan konsepsi tentang alam dan kehidupan yang sering kita kenal dengan sebutan “filosofis”.

***

Kata "filosofis" itu dihasilkan oleh dua faktor utama, yaitu: pertama, pemahaman konsepsi yang bersifat religius dan etis; kedua, pemahaman konsepsi yang bersifat ilmiah dalam pengertiannya yang luas. Kedua faktor ini dapat dengan mudah mempengaruhi system-sistem yang dibuat oleh para filosof, baik secara perseorangan maupun beberapa orang dalam proporsinya yang berbeda-beda, tetapi kedua faktor inilah yang sampai batas-batas tertentu mencirikan “filsafat”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kata “filsafat” sendiri digunakan dengan banyak cara, baik sebagian besar secara luas dan juga sebagian secara sempit. Menurut pendapat beberapa ahli filsafat, khususnya pendapat dari seorang filosof berkebangsaan Inggris bernama Bertrand Russell yang mengusulkan kata tersebut dalam pengertian yang sangat luas. Menurutnya, filsafat merupakan sesuatu yang berada di antara dua wilayah penting, yaitu antara wilayah teologi dengan wilayah sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan berbagai pemikiran terkait dengan masalah-masalah pengetahuan definitive tentangnya yang sampai sebegitu jauh.

Kemudian seperti halnya sains, filsafat juga lebih menarik perhatian akal manusia, yang dimana apa yang dipikirkan atau dispekulasikan merujuk kepada system-sistem alam semesta. Walaupun demikian, hampir semua persoalan yang menarik bagi pikiran-pikiran spekulatif tidak bisa dijawab oleh sains dan pada ranah teologi, memang ada yang menyelisihi dengan pikiran yang spekulatif ini.

Ada beberapa pertanyaan yang sering kali kita jumpai pada wilayah filsafat yang memiliki sifat dari kedua wilayah ini (teologi dan sains), misalnya:

  1. Apakah dunia ini terbagi menjadi dua (jiwa dan materi) ?
  2. Apakah jiwa dan materi itu ?
  3. Apakah jiwa tunduk kepada materi ?
  4. Apakah jiwa dikuasai oleh kekuatan-kekuatan independen ?
  5. Apakah alam semesta ini memiliki kesatuan atau masing-masing berdiri sendiri ?
  6. Apakah hukum alam benar-benar ada ?
  7. Apakah kita mempercayai sesuatu karena cinta kodrati kita kepada keteraturan ?
  8. Apakah ada jalan hidup yang mulia dan jalan hidup yang hina ? ataukah semua jalan hidup itu tidak berharga sama sekali ?
  9. Jika ada jalan hidup yang mulia, apakah isinya dan bagaimana kita bisa mencapainya ?
  10. Haruskah kebaikan itu bersifat abadi agar laik untuk bisa dihargai ?
  11. Apakah alam semesta ini nyata-nyata sedang bergerak menuju kepada kematian ?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak bisa ditemukan di dalam laboratorium. Para pakar teologi telah berusaha selama berabad-abad lamanya memberikan jawaban-jawaban yang sangat definitive, yang tentunya dapat mengundang berbagai kecurigaan dari pikiran-pikiran modern. Mempelajari berbagai pertanyaan tersebut, jika bukan untuk mencari solusinya, itu artinya adalah urusan filsafat. Dengan kata lain, filsafat tidak mencari jawaban, tetapi terus-menerus mencurigai jawaban-jawaban tersebut dengan melontarkan kembali pertanyaan-pertanyaan.

Seperti yang kita ketahui bahwa semenjak manusia dapat berpikir secara bebas, termasuk di dalamnya tindakan-tindakannya, dalam berbagai hal penting yang tidak terbatas jumlahnya, hal ini juga bergantung pada teori-teori yang mereka hasilkan tentang cara kerja dunia dan kehidupan dunia. Hal ini benar-benar terjadi pada masa sekarang dan juga masa lampau. Untuk dapat memahami sebuah zaman atau bangsa, kita harus memahami filsafatnya, dan untuk memahami filsafatnya, kita harus sampai kepada batas-batas tertentu menjadi seorang filosof.

Mulai dari sini, adanya hubungan timbal-balik, yaitu lingkungan kehidupan manusia banyak menentukan filsafatnya, dan juga sebaliknya, filsafat mereka juga banyak menentukan lingkungan kehidupannya. Dengan demikian, adanya interaksi yang sangat kental antara filsafat dengan lingkungan kehidupan manusia yang berlangsung selama berabad-abad.

Namun demikian juga terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada juga jawaban yang lebih bersifat pribadi. Sains juga mengabarkan bahwa apa yang dapat kita ketahui dan pahami hanyalah sedikit dari alam dan kita juga dituntut untuk lebih sensitive terhadap apa yang kita ketahui dan pahami tersebut.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler