Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.

Temuan Lokasi Lukisan Terakhir Van Gogh: Memantik Sengketa Hak Milik

Sabtu, 5 April 2025 17:11 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Vincent Van Gogh dan 2 lukisannya
Iklan

Temuan ihwal lokasi terakhir Vincent van Gogh melukis objeknya, memantik sengketa kepemilikan. 

***

Vincent van Gogh, seorang maestro seni pasca-impresionisme, menghabiskan hari-hari terakhirnya di desa Auvers-sur-Oise, Prancis. Pada Juli 1890, ia melukis karyanya yang terakhir, Tree Roots, sebelum mengakhiri hidupnya sendiri. Lokasi spesifik dari lukisan ini tetap menjadi misteri hingga tahun 2020, ketika para ahli mengidentifikasinya di alamat 48 Rue Daubigny.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penemuan ini membawa kegembiraan di kalangan pecinta seni, namun juga memicu sengketa hukum yang kompleks antara pemilik properti, Jean-François dan Hélène Serlinger, dan wali kota setempat, Isabelle Mézières. Mézières berupaya mengklaim kepemilikan publik atas akar pohon berusia 350 tahun yang menjadi subjek lukisan tersebut, dengan alasan pentingnya bagi warisan budaya desa.

Serlinger, seorang pensiunan inspeksi pajak berusia 68 tahun, bersama istrinya yang seorang seniman, telah tinggal di Auvers sejak 1996. Mereka menentang klaim Mézières, menegaskan bahwa mereka ingin mengembangkan situs tersebut sebagai bagian dari jalur ziarah Van Gogh yang menarik 300.000 pengunjung setiap tahunnya.

Pada tahun 2021, ketegangan meningkat ketika Mézières mengadakan upacara peresmian di lokasi tersebut tanpa persetujuan Serlinger. Dia menuduh pasangan itu mencoba memonetisasi situs tersebut dan menghalangi akses publik terhadap warisan Van Gogh. Sebagai tanggapan, Serlinger membangun pagar sementara untuk memberikan pandangan publik terhadap akar pohon, menunjukkan niat mereka untuk berbagi situs tersebut dengan publik.

Kasus ini akhirnya dibawa ke pengadilan, di mana hakim pengadilan banding Versailles memutuskan mendukung Serlinger. Pengadilan menolak klaim dewan kota dan mengkritik metode yang digunakan oleh Mézières, termasuk klaim tentang peraturan tahun 1959 yang tidak ada. Serlinger dan istrinya diberikan ganti rugi, mengakhiri perjuangan hukum yang melelahkan.

Meskipun keputusan pengadilan menguntungkan mereka, Serlinger menyatakan ketidakmengertiannya terhadap intensitas kampanye yang dilakukan oleh Mézières terhadap mereka. Mereka menegaskan bahwa tujuan utama mereka adalah melestarikan dan membuka situs tersebut untuk umum, bukan untuk keuntungan pribadi.

Pasangan ini berencana untuk bekerja sama dengan Museum Van Gogh di Amsterdam untuk memasang pagar yang lebih permanen dan aman di sekitar akar pohon. Mereka juga menawarkan tur 30 menit ke taman mereka, memungkinkan pengunjung untuk lebih memahami inspirasi di balik lukisan terakhir Van Gogh.

Sementara itu, Mézières mempertimbangkan untuk mengajukan banding ke pengadilan kasasi, yang hanya menangani poin-poin hukum. Namun, Serlinger dan istrinya tetap fokus pada upaya mereka untuk melestarikan situs tersebut dan memastikan bahwa warisan Van Gogh dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Kisah ini menyoroti kompleksitas dalam melestarikan warisan budaya, terutama ketika kepentingan pribadi dan publik berbenturan. Meskipun seni memiliki kekuatan untuk menyatukan, kasus ini menunjukkan bahwa interpretasi dan klaim atas warisan budaya dapat memicu perdebatan yang intens.

Pada akhirnya, upaya bersama antara pemilik properti, otoritas lokal, dan komunitas seni diperlukan untuk memastikan bahwa situs bersejarah seperti ini dapat dilestarikan dan diakses oleh semua orang, sambil menghormati hak-hak individu yang terlibat. ***

 

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler