Lahir, Bandar Lampung, Sekolah dan nyantri di Pesantren, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sekarang Aktif Berkaligrafi dan menulis Puisi.

Mengenal Post-Modern di Indonesia, Profil Prof. Bambang Ignatius Sugiharto.

Jumat, 11 April 2025 09:31 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
I. Bambang-Sugiharto
Iklan

Dengan pengalaman mengajar lebih dari 35 tahun, beliau telah menjadi figur sentral dalam perkembangan filsafat di Indonesia.

Postmodernisme dan Hidup Kekinian - Dunia Santri

 

Post-Modern sebagai Kondisi Setelah Era Modernisme

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sisi Positif dari Postmodernisme - IBTimes.ID

 

Seperti yang saya catat, pada 10 April 2025, "Apa yang kita sebut sebagai Post-modernisme adalah difrensi kondisi dan suatu keadaan yang berbeda setelah era modern ditandai dan dicapai sebagai suatu fase tujuan dari makna harfiahnya."

 

Apa itu Postmodernisme - IDS | BTEC

 

Pernyataan ini menjadi pintu masuk yang tepat untuk memahami pemikiran Prof. Bambang Sugiharto, seorang tokoh terkemuka dalam filsafat kebudayaan dan paradigma postmodernisme di Indonesia.

Sosok di Balik Pemikiran

 

https://tokoh.id/wp-content/uploads/2017/07/bambang-sugiharto-bio-235x300.jpg

 

Prof. Bambang Sugiharto adalah Guru Besar Fakultas Filsafat (FF) di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar). Dengan pengalaman mengajar lebih dari 35 tahun, beliau telah menjadi figur sentral dalam perkembangan filsafat di Indonesia. Lulusan doktor dari Pontifical University of Saint Thomas Aquinas, Italia ini dikenal luas sebagai pakar filsafat kebudayaan, khususnya paradigma postmodernisme.

Perjalanan intelektualnya berawal dari ketertarikannya pada perenungan dan seni sejak usia muda. "Saya tipe orang yang suka merenung," akunya dalam wawancara dengan Tim Publikasi Unpar. Bakat seninya juga muncul sejak SMP, di mana ia selalu mencari "rute lain" dalam pembelajaran, termasuk dalam mata pelajaran yang terstruktur seperti geometri.

Memahami Filsafat dan Perannya

 

Prof. Dr. Ignatius Bambang Sugiharto Universitas Katolik Parahyangan

 

Bagi Prof. Bambang, filsafat memiliki dua dimensi: sebagai khazanah pemikiran besar para filsuf dan sebagai cara berpikir mendasar. Keduanya saling berkaitan, karena "dengan mempelajari pemikiran-pemikiran besar para filsuf, kita berpikir mendalam dan mendasar secara rasional."

Beliau menekankan perbedaan filsafat dengan teologi dan sains. "Filsafat itu pemikiran kritis secara nalar umum saja," jelasnya. Filsafat diibaratkan seperti sikap anak-anak yang tak henti bertanya hingga melampaui batas kemampuan sains terukur. "Filsafat mencoba merenungkan pertanyaan-pertanyaan di luar kapasitas sains." Inilah mengapa filsafat sering disebut sebagai "ibu semua ilmu" sekaligus "ujung semua ilmu" — "Semua ilmu kalau dipikirkan lebih dalam akan jadi filosofis."

Post-Modernisme dan Tantangan Budaya

 

Prof. Ign. Bambang Sugiharto - Lembaga Pengembangan Humaniora

 

Era modern dan postmodern telah membawa perubahan fundamental dalam kebudayaan. "Di era modern dan postmodern ini, kebudayaan berubah total," ungkap Prof. Bambang. Perubahan ini berdampak langsung pada konsep identitas manusia, yang kini memerlukan perenungan mendalam dan mendasar.

Salah satu tantangan di Indonesia adalah tidak berkembangnya budaya tulisan sebagai akar pemikiran kritis. "Begitu bangun kita menjadi modern, kita terjepit dengan paradigma budaya lisan," tegasnya. Masyarakat Indonesia cenderung langsung melompat dari budaya lisan ke budaya visual yang dipercepat oleh perkembangan teknologi informasi, tanpa melewati tahap budaya tulisan. Akibatnya, terjadi kecenderungan berkomentar tanpa pola pikir kritis, yang pada akhirnya menciptakan "noise, noisy, keributan yang ngawur."

Pengertian Postmodernisme

Kontribusi Akademis dan Visi ke Depan

 

Kebudayaan dan Kondisi Post-Tradisi - Bambang Sugiharto di Play Books | Tokopedia

 

Menanggapi tantangan ini, FF Unpar di bawah pengaruh pemikiran Prof. Bambang telah mengambil berbagai inisiatif, termasuk mengadakan Extension Course Filsafat (ECF) selama lebih dari 20 tahun. Program ini telah diikuti ratusan peserta dan menciptakan "ripple effect" dalam masyarakat.

Langkah terbaru adalah pembukaan konsentrasi kurikulum filsafat kebudayaan di FF Unpar. Program ini diarahkan untuk menjawab pergumulan manusia dengan kebudayaan yang sangat dinamis dalam era postmodern. Dengan dukungan dosen-dosen yang memiliki basis kuat di bidang filsafat dan kebudayaan, diharapkan mahasiswa dapat berkembang baik secara keilmuan maupun aspek humanitasnya.

Lulusan dari program ini memiliki beragam prospek karier, mulai dari jurnalis, pengajar, novelis, kritikus budaya, pegiat dan kritikus seni, wirausahawan budaya, hingga bekerja di bidang komunikasi sosial sebagai copywriter, strategist, dan advertising.

Harapan untuk Masa Depan

Prof. Bambang berharap FF Unpar dapat menjadi lebih fleksibel dan membawa dampak yang lebih jelas bagi masyarakat. Visinya adalah agar lembaga ini dapat membantu mengejar ketertinggalan intelektualitas di Indonesia. "Barang sedikit (FF Unpar) bisa menyumbangkan secara signifikan ke arah perubahan keadaban," pungkasnya.

Dalam konteks Indonesia yang masih berkembang dalam hal pemikiran kritis, sosok seperti Prof. Bambang Sugiharto dan pemikiran postmodernisme yang diusungnya menjadi sangat penting untuk mendorong masyarakat menuju tingkat keadaban yang lebih tinggi.

 

*Prana sumber "Biografi" profil di kutip melalui : https://unpar.ac.id/kenal-lebih-dekat-prof-bambang-sugiharto-berpikir-kritis-dan-filsafat-budaya/ 

Bagikan Artikel Ini
img-content
AW. Al-faiz

Penulis Indonesiana

5 Pengikut

img-content

Gigi

Sabtu, 26 April 2025 07:43 WIB
img-content

Surat

Kamis, 24 April 2025 20:12 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler