Dekan Psikologi UC: Gagal SNBT? Tetap Bisa Pilih Jurusan dengan Bijak
Kamis, 8 Mei 2025 19:21 WIB
SNBT bukanlah segalanya. Universitas Ciputra Surabaya dorong orang tua & anak rencanakan jurusan & kampus sesuai minat, potensi, dan masa depan
Peserta Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) kini sedang menunggu pengumuman hasil kelulusan. Lalu, bagaimana cara orang tua mempersiapkan pendidikan anak jika ternyata tidak lolos SNBT? Apakah tetap bertahan dengan jurusan yang sama melalui jalur mandiri di perguruan tinggi negeri (PTN), atau mempertimbangkan beralih ke kampus swasta? Alternatif lainnya adalah memilih jurusan yang masih sejalan dengan pilihan semula.
Saat hasil tidak sesuai harapan, penting bagi orang tua dan anak untuk bisa menerima kenyataan tersebut. "Reaksi pertama pasti ada down, itu wajar," ujar Dekan Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya Livia Yuliawati S.Psi., M.A., Ph.D., CLC. Namun, ia menekankan agar kondisi tersebut tidak membuat anak larut dalam kekecewaan. "Justru kondisi ini bisa menjadi kesempatan untuk kembali menemukan tujuan yang ingin dikejar," lanjutnya.
Banyak Peran Baru, Kesempatan Masih Terbuka
Pemilihan jurusan dan kampus baru bisa tetap disesuaikan dengan minat awal. "Bisa pilih jurusan yang masih dekat secara bidang dengan pilihan yang pertama," tuturnya. Misalnya, peminat jurusan psikologi bisa melirik jurusan komunikasi, atau sebaliknya. Begitu pula jurusan teknik atau bidang kesehatan. Anak dan orang tua bisa mendalami prospek pekerjaan masing-masing jurusan.
Livia menekankan bahwa saat ini dunia sudah semakin modern. Jurusan dan alur karier tidak lagi sekaku dulu. Banyak lulusan jurusan A yang bisa mendalami bidang baru, bahkan lintas jalur. "Peran baru yang dihasilkan sekarang juga makin banyak. Jadi, kesempatan-kesempatan baru masih terbuka lebar," lanjutnya
Pilih Kampus yang Cocok dengan Karakter Anak
Dalam pemilihan kampus, Livia menyarankan agar orang tua dan anak menelisik banyak aspek. Livia menyarankan agar tidak hanya melihat fasilitas fisik yang ada, tetapi juga budaya belajar di kampus tersebut. "Kalau anak kritis, suka bertanya, dan mandiri dalam eksplorasi, apakah budaya di kampus tersebut bisa memfasilitasi? Lihat vibes-nya," ucapnya, lantas tersenyum.
Selain gaya belajar, calon mahasiswa juga sebaiknya melihat kecocokan nilai perguruan tinggi dengan keluarga. Misalnya, apakah kampus tersebut berbasis agama tertentu, atau memiliki keunggulan di bidang tertentu. "Sesuaikan dengan value yang dicari," imbuhnya.
Riset dari Banyak Sumber
Riset kampus bisa dilakukan melalui banyak sumber. Selain informasi umum dari situs web dan media sosial, orang tua dan anak bisa bertanya kepada rekan atau senior yang sudah berkuliah di kampus tersebut. "Bisa coba dengan kelas-kelas yang dibuka untuk trial, atau memanfaatkan pengetahuan guru bimbingan konseling di sekolah asal," tuturnya.
Livia mengingatkan bahwa memilih cadangan juga harus memperhitungkan kemampuan orang tua. Berapa biaya kuliah per tingkat semester, apakah anak perlu tinggal sendiri, dan bagaimana pembiayaannya? Semua itu wajib didiskusikan bersama. "Di sinilah pentingnya kesepahaman antara orang tua dan anak," tambahnya.
Orang tua dan Anak Harus Akur
Saat SMA, siswa biasanya sudah memiliki gambaran mengenai profesi yang mereka inginkan. Menurut Livia, masa eksplorasi peran dan profesi bisa dimulai sejak anak duduk di bangku SMP. "Aktif di ekskul atau organisasi, serta tes minat dan bakat juga bisa menjadi faktor penting pemilihan jurusan," ucapnya
Namun, ada hal yang perlu digarisbawahi: Orang tua tidak boleh memaksakan kehendak mereka kepada anak. Sementara itu, anak juga harus bisa realistis dalam menentukan jurusan. Jurusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuannya. Livia menyarankan agar tidak hanya memilih satu jurusan saja. Harus ada opsi-opsi lain sebagai cadangan. Bisa memilih jurusan yang sama melalui jalur mandiri atau kampus lain. Alternatif lainnya adalah memilih jurusan yang tidak jauh dari pilihan awal.
"Kuncinya adalah anak dan orang tua sepaham," tutur Dekan Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya yang berfokus pada pendidikan dan pengembangan karier tersebut. "Jika orang tua dan anak sepaham, perencanaan masa depan juga lebih mudah," tambahnya.
LIVIA YULIAWATI
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Ciputra
"Jurusan dan alur karier tidak lagi sekaku dulu. Banyak lulusan jurusan A yang bisa mendalami bidang baru, bahkan lintas jalur. Jadi, kesempatan baru masih terbuka lebar."

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
UC Sambut 400 Siswa SMA Petra: Belajar Langsung di Dunia Perkuliahan
Kamis, 5 Juni 2025 23:59 WIBUNLEASH! 2025: Ketika Desain, Bisnis, dan Kepedulian Sosial Berkolaborasi
Rabu, 4 Juni 2025 14:34 WIBArtikel Terpopuler