Seorang ASN salah satu kementerian yang sangat mencintai Indonesia

Kemakmuran Semu Kelas Menengah Indonesia

3 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Work From Cafe
Iklan

Kelas menengah Indonesia dilanda gejala chillean paradox. Mereka mengalami kegalauan ekonomi tapi menutupinya dengan gaya hidup sok asik

***

Di era kafe dan coffee shop yang dipenuhi pengunjung, sering kita lihat langsung maupun di media sosial generasi muda nongkrong dengan secangkir kopi seharga Rp 50– 80ribu. Story medsos pun dipenuhi aktivitas liburan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Gambaran tersebut didominasi oleh generasi muda Indonesia yang sebagian besar berada di kelas menengah. Kemakmuran yang terlihat di penampilan, gaya hidup yang glamor di media sosial, sebenarnya menyimpan sebuah kekhawatiran yang dalam. Sebagian besar mereka terjebak dalam kondisi yang di sebut chillean paradox, yaitu kondisi di mana penampilan yang glamor, tenang, terkendali, sebenarnya adalah menutupi gejolak ketidakpastian akan kondisi finansial dan kecemasan akan masa depan mereka.

Istilah chillean paradox digunakan dalam ilmu sosial dan ekonomi untuk menjelaskan fenomena saat pertumbuhan ekonomi makro yang kuat dan diakui secara internasional di Chili. Nnamun pertumbuhan itu tidak diimbangi kepuasan sosial yang setara. Keadaan tersebut malah menyebabkan ketidakpuasan, protes, dan krisis sosial-politik. Inilah realitas yang dialami oleh level masyarakat yang secara ekonomi telah mencapai stabilitas dalam tingkat tertentu, tapi sebenarnya secara fondasi ekonomi mereka rapuh. Golongan ini Sebagian besar dihuni oleh masyarakat kelas menengah yang terdiri dari pekerja professional, kaum urban yang memiliki akses keuangan yang luas, kredit kendaraan maupun kredit kepemilikan rumah.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2024 menyebutkan bahwa pertumbuhan kredit kosumtif, terutama untuk kendaraan bermotor dan kartu kredit yang cukup tinggi, yaitu di atas 10% secara tahunan. Sementara untuk kredit perumahan juga menunjukkan tren yang postif. Survei Katadata insight Center di tahun 2023 menemukan 57% keluarga kelas menengah di kota besar mengalokasikan lebih dari 30% pendapatan bulanannya untuk membayar angsuran.

Bank Indonesia melaporkan di tahun 2024 tercatat bahwa terjadi inflasi pada kelompok komoditas seperti restoran, rekreasi, dan Pendidikan konsisten lebih tinggi daripada inflasi umum. Sementara itu, riset yang dilakukan Universitas Indonesia pada 2023 terhadap pekerja di Jakarta dan sekitarnya menunjukkan 1 dari 3 responden mengalami gejala stres akut, yang dipicu dari tekanan finansial dan pekerjaan. Namun mereka enggan mengakui karena gengsi sosial. Karena mereka seharusnya sukses dan hidup dengan santai.

Aktualisasi yang mereka lakukan dengan bersantai di café, liburan tiap bulan, adalah bentuk pelarian dari masalah yang dihadapi. Mereka berusaha tampak makmur demi gaya hidup dan status sosial, tapi mengorbankan ketenangan hidup karena harus cemas menghitung ulang pengeluaran setiap malamnya.

Fenomena chillean paradox ini terjadi dikarenakan beberapa hal. Konsumerisme sebagai identitas kemakmuran seseorang, menjebak secara perlahan ke dalam kondisi yang menggambarkan status sosial seseorang. Setiap hari nongkrong di café, liburan ke berbagai tempat, dianggap menggambarkan kondisi kemakmuran dari seseorang.

Kesenjangan yang semakin melebar mengakibatkan kelas menengah menjadi terjepit. Di satu sisi mereka tidak cukup kaya untuk disebut financial freedom, tapi di sisi yang lain mereka tidak masuk kategori untuk mendapatkan subsidi. Kondisi itu seperti berlari di treadmill yang kecepatanya bertambah, tapi hanya jalan di tempat.

Ancaman resesi, gejolak pasar, ketidakpastian ekonomi global, dan perkembangan AI menambah kecemasan golongan menengah ini. Kekhawatiran ini berdasar, karena stabilitas ekonomi mereka semakin terancam, pekerjaan mereka juga berpotensi digantikan oleh teknologi yang lebih efisien.

Lalu, bagaimanakah cara keluar dari paradoks ini? Pertanyaan yang dijawab dengan mengubah mindset dari para kelas menengah tentang definisi dari kemakmuran. Perlu adanya edukasi keuangan dan literasi tentang keuangan yang mendukung terhadap Kesehatan mental. Edukasi tentang keuangan tidak terbatas pada bagaimana cara mendapatkan uang, tetapi juga tentang mengelola uang dan pemahaman bahwa kemakmuran dan kebahagiaan tidak selalu sejalan dengan apa yang dikonsumsi atau dibelanjakan.

Perlu adanya budaya kolektif tentang definisi kesuksesan yang tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga dari kualitas hidup, kesehatan mental, dan hubungan sosial yang berarti. Keterlibatan pemerintah juga perlu untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi diartikan menjadi kesejahteraan yang menyeluruh bagi kelas manapun, terutama kelas menengah. Kebijakan yang adil di bidang perpajakan dan bea serta tarif, pengendalian harga properti, dan perlindungan sosial yang lebih komprehensif.

Chillean paradox adalah alarm bagi kaum menengah di Indonesia. Mereka yang sejatinya adalah backbone stabilitas ekonomi, malah terjebak dalam kemakmuran semu. Generasi yang terjebak diantara pencapaian dan kecemasan, antara tampilan dan kegelisahan. Jika tidak diatasi, paradoks ini akan membahayakan fondasi ketahanan ekonomi nasional, selain melumpuhkan potensi individu.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Angga Mahendra

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler