Perjalanan Student HIdjo dalam Edukasi Lingkungan

Jumat, 30 Mei 2025 19:08 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi menyemai kesadaran lingkungan di kalangan pelajar
Iklan

Seorang pemuda yang sedang mencari identitas diri di Negara Eropa.

Pada tahun 1918 Mas Marco menerbitkan salah satu karya sastranya yang berjudul “Student Hidjo”. Mas Marco juga menyoroti bagaimana budaya jawa yang masih mutlak, sehingga bangsa Jawa masih sulit untuk berkembang pada masa itu. Hidjo merupakan tokoh utama pada novel ini yang mempunyai harapan dalam berfikir kritis, ia juga dikenal sebagai anak kutu buku, dan memperjuangkan adanya perubahan.  Karena orang jawa pada cerita novel ini digambarkan sebagai rakyat yang hidup dibawah tekanan, pimpinan, dan budayanya yang kolot. 


Maka dari itu, Hidjo ingin bangsa Jawa harus mempunyai fikiran yang kritis, memperjuangkan adanya perubahan dan pemikiran yang luas. Selama ia menempuh pendidikan di Belanda, Hidjo mengalami perubahan perilaku, konflik batin, dan budaya Indonesia dengan budaya Belanda. Menurut Sigmund Freud yang dikenal sebagai bapak psikoanalisis, beliau mendeskripsikan kepribadian sebagai gabungan tiga komponen: ego, super ego, dan dorongan naluri. Hidjo sangat bersusah payah untuk beradaptasi di lingkungan sosial barunya sehingga proses belajarnya ternyata tidak seimbang dengannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan


Demikian, Hidjo bertemu dengan perempuan asal Belanda yakni Betje, tetapi karena pada saat itu banyak faktor budaya yang harus di hadapi oleh Hidjo, ia memutuskan untuk mengakhiri percintaanya dengan Betje. Menurut masyarakat pada saat itu pernikahan antara bangsa Indonesia dan Belanda akan menimbulkan konflik perlawanan dan perkawinan itu dianggap tidak sah karena melanggar adanya norma sosial dan budaya yang berlaku. Pada akhirnya, Hidjo di jodohkan oleh  perempuan asal Surakarta, Jawa tengah sesuai keinginan ayahnya.

Bagikan Artikel Ini
img-content

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler