Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
Seni Bertanya dan Komunikasi yang Bernurani ala Socrates
Senin, 30 Juni 2025 08:39 WIB
Pentingnya kemampuan berkomunikasi secara efektif dan etis.
Di era digital yang semakin cepat dan penuh dengan informasi, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan etis menjadi semakin penting. Kita sering terjebak dalamĀ echo chamber, di mana kita hanya mendegarkan pendapat yang kita setujui dan lupa untuk mendengarkan serta memahami orang lain. Dalam kondisi ini, ada baiknya kita kembali ke akar filsafat, khususnya pada sosok yang dianggap sebagai bapak filsafat barat, yaitu Socrates.
Socratic Method, Seni Bertanya untuk Menemukan Kebenaran
Socrates tidak menulis buku atau membangun sistem filsafat yang kompleks seperti Plato atau Aristoteles. Sebaliknya, ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam percakapan sehari-hari, dengan tujuan menggugah lawan bicaranya berpikir kritis dan menyelidiki keyakinan mereka sendiri.
Metode ini dikenal sebagai Socratic Method. Dalam praktiknya, Socrates akan menanggapi pernyataan dengan pertanyaan demi pertanyaan, hingga akhirnya menemukan kontradiksi atau mendorong seseorang untuk menyadari bahwa mereka belum sepenuhnya memahami apa yang mereka katakan. Bagi Socrates, bertanya bukan untuk membuktikan diri benar, tetapi untuk menemukan kebenaran bersama.
Komunikasi Bukan Pertarungan, Melainkan Penemuan
Dalam masyarakat modern, komunikasi sering diperlakukan seperti pertandingan olahraga. Ada menang dan ada yang kalah. Kita fokus pada retorika, pada kemampuan untuk meyakinkan dan memanipulasi, bukan pada kejujuran dan pemahaman. Socrates menentang pendekatan ini. Baginya, komunikasi yang sejati adalah sebuah dialog, bukan monolog.
Socratic Method mengajarkan kita untuk tidak menerima begitu saja asumsi dan keyakinan kita sendiri atau orang lain. Socrates akan memulai percakapan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana, seperti "Apa itu keadilan?" atau "Apa itu keberanian"?. Ketika orang memeberikan jawaban, ia tidak langsung menyanggah, tetapi mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk menggali lebih dalam, mengungkap kontradiksi dan mendorong orang tersebut untuk merenungkan pemikirannya sendiri.
Ini adalah komunikasi yang bernuraniākomunikasi yang didasarkan pada kerendahan hati intelektual. Socrates selalu mengaku bahwa ia tahu ia tidak tahu apa-apa "I know that i know nothing". Pengakuan ini adalah titik awal dari setiap dialog yang produktif. Ini membebaskan kita dari ego dan arogansi yang sering menghalangi komunikasi.
Pada akhirnya, etika komunikasi yang diajarkan Socrates bukan hanya tentang keterampilan berbicara, tetapi tentang karakter, mengembangkan integritas intelektual, rasa ingin tahu dan empati. Dengan menguasai seni bertanya, kita tidak hanya menjadi komunikator yang lebih baik, tetapi juga individu yang lebih bijaksana, mampu melihat melampaui permukaan dan mencapai inti kebenaran. Komunikasi ini tidak hanya informatif, tetapi juga transformasional.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Ujaran Kebencian menjadi Ancaman terhadap Kebebasan Berekspresi
Minggu, 29 Juni 2025 12:53 WIB
Seni Bertanya dan Komunikasi yang Bernurani ala Socrates
Senin, 30 Juni 2025 08:39 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler