Etika Profesi sebagai Pondasi dalam Menjalankan Tugas Secara Bertanggung Jawab

Jumat, 11 Juli 2025 23:09 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
ekosistem digital di toko
Iklan

Etika profesi adalah pondasi penting dalam menjaga tanggung jawab dan martabat profesi di tengah budaya viral yang menyesatkan.

Oleh : Delta Milka Nahampun dan Helena Sihotang SE.,MM. ( Dosen )

Di tengah derasnya arus digital, banyak profesional tak kuasa menolak godaan eksistensi di media sosial. Video singkat, cerita dramatis, dan curahan hati yang disiarkan ke publik menjadi cara baru memperkenalkan profesi. Sayangnya, tak sedikit dari konten itu mengandung pelanggaran nilai etika. Demi popularitas, etika profesi kerap dikorbankan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Guru membocorkan cerita murid, tenaga kesehatan menceritakan kasus pasien tanpa izin, bahkan ASN menari saat jam kerja demi viral. Fenomena ini tak hanya merusak citra institusi, tapi juga mengikis kepercayaan publik terhadap profesi yang seharusnya dijalankan dengan tanggung jawab. 

Budaya Viral dan Tekanan Eksistensi Digital

Tekanan sosial untuk “terlihat” kini menjadi bagian dari kehidupan profesional. Banyak yang merasa bahwa membagikan keseharian profesinya di media sosial adalah bentuk transparansi atau edukasi. Namun, saat batas etika dilanggar, konten semacam ini justru menjadi bumerang.

Etika profesi hadir sebagai pagar moral. Dalam dunia kerja, profesi bukan hanya soal kompetensi, tapi juga komitmen menjaga martabat publik dan institusi. Ketika konten dibuat untuk engagement tanpa memperhatikan kode etik, nilai-nilai pengabdian menjadi tumpul.

Profesi, Etika, dan Ruang Publik

Menurut laporan Komisi ASN tahun 2023, terdapat lebih dari 400 pelanggaran kode etik terkait perilaku digital. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga mencatat beberapa pelanggaran karena penggunaan media sosial oleh anggotanya tanpa memperhatikan privasi pasien. Ini bukti bahwa meski teknologi berkembang, etika tetap harus menjadi dasar.

Profesi seperti dokter, guru, ASN, dan jurnalis memiliki beban moral yang besar. Apa yang mereka lakukan di ruang publik, termasuk media sosial, mencerminkan institusi tempat mereka mengabdi. Jika konten dibuat hanya demi nama dan sensasi, profesi kehilangan maknanya.

Penutup

Etika profesi adalah fondasi kepercayaan. Di tengah budaya viral, para profesional dituntut untuk tetap menjaga batas. Popularitas yang diraih dengan mengorbankan etika bukanlah kebanggaan, melainkan pengkhianatan terhadap nilai pengabdian. Profesi bukan tentang siapa yang paling terlihat, tapi siapa yang paling bertanggung jawab. 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Milka Nahampun

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler