Menjadi Lebih Baik
Indonesia sebagai Pewaris dan Pelestari Warisan Nusantara
Senin, 21 Juli 2025 08:44 WIB
Budaya lokal bisa menjadi sumber inspirasi dalam dunia kreatif modern. Bahkan sistem sosial bisa dikembangkan dari kebijaksanaan leluhur.
***
Nusantara terdiri dari ribuan pulau yang tersebar luas (lebih dari 17.000 pulau). Keanekaragaman budaya dan bahasa di Nusantara bukan hanya karena terpisahnya pulau-pulau oleh laut. Sungai besar, pegunungan, dan hutan, yang menyebabkan terbatasnya interaksi antar komunitas di masa lampau.
Selain geografis berupa kepulauan dan sekat hutan tropis yang berbukit tersebut, juga sejarah migrasi penduduk yang bergelombang itulah yang menyebabkan terjadinya banyak bahasa dan budaya di Nusantara yang sangat kompleks. Masing-masing kelompok mengembangkan bahasa sendiri secara mandiri.
Dari itu timbul keberagaman suku dan etnis di Nusantara. Di Indonesia saja terdapat lebih dari 1.300 kelompok etnis, masing-masing dengan identitas budaya dan bahasa yang unik, seperti Jawa, Sunda, Batak, Bugis, Minangkabau, Dayak, Papua, dan lain-lain.
Bahasa menjadi alat utama dalam mempertahankan identitas etnis dan warisan budaya. Berdasarkan data dari Badan Bahasa (Kemendikbud) dan ethnologue, di Indonesia saja terdapat lebih dari 700 bahasa daerah yang masih digunakan, menjadikannya negara dengan jumlah bahasa terbanyak kedua di dunia setelah Papua Nugini.
Pada masa modern, diawali dengan era perdagangan Nusantara, terjadi basantara (lingua franca) perdagangan di Nusantara yang kemudian disebut Bahasa Melayu. Interaksi hubungan dagang dan budaya dengan India, Arab, Tiongkok, serta Eropa memperkaya dan memunculkan variasi bahasa lokal serta bahasa campuran (pidgin, kreol, serapan).
Sebelum terbentuk negara modern, Nusantara terdiri dari banyak kerajaan dan komunitas adat yang otonom. Masing-masing wilayah mengembangkan bahasa sendiri untuk administrasi, ritual, atau komunikasi sosial. Seperti varian dialek atau bahasa khusus istana (contoh Bahasa Krama di Jawa).
Minimnya standarisasi bahasa di masa lalu, juga tidak adanya sistem pendidikan terpadu dan media komunikasi massal di masa lampau membuat bahasa lokal berkembang tanpa distandarkan. Tidak ada bahasa tunggal yang mendominasi secara nasional sampai abad ke-20.
Lokasi strategis Indonesia, membuatnya menjadi pusat interaksi budaya dan perdagangan di masa lampau. Indonesia terletak di jantung Nusantara, negara kepulauan dengan keanekaragaman budaya dan bahasa terbesar di Nusantara. Sejarah yang panjang dan kompleks, dengan berbagai kerajaan, komunitas adat. Pengaruh budaya dari luar juga telah membentuk warisan budaya yang kaya.
Maka Indonesia layak disebut sebagai pewaris dan diharapkan menjadi pelopor pelestari warisan budaya Nusantara. Tantangan Indonesia sebagai pewaris dan pelestari warisan budaya Nusantara tentunya tidak mudah. Pemerintah Indonesia dan lembaga budaya seharusnya mampu melakukan upaya untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Nusantara, seperti melalui program pendidikan, dokumentasi budaya, dan festival budaya.
Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia memiliki potensi untuk mempromosikan dan melestarikan warisan budaya Nusantara secara luas. Masyarakat Indonesia telah menunjukkan kreativitas dan inovasi dalam melestarikan dan mempromosikan warisan budaya, seperti melalui seni, musik, dan teknologi. Ketika bangsa lain seperti Belanda bisa menyimpan dan memajang budaya Indonesia di museum mereka, maka seharusnya kita sebagai anak bangsa tidak boleh membiarkan budaya kita hanya menjadi artefak di negeri orang.
Dari tantangan dan potensi Indonesia sebagai pewaris dan pelopor pelestari budaya Nusantara, Indonesia sudah benar menempatkan pluralitas sebagai fondasi kebangsaan. “Kebhinnekaan” adalah fakta dan keniscayaan yang terjadi di Indonesia, sebuah bangsa yang dibentuk bukan dari keseragaman, tapi dari mozaik budaya, bahasa, dan kearifan lokal.
Indonesia bukan hanya bangsa yang besar, tapi bangsa yang berilmu dan berbudaya sejak lama. Indonesia punya ratusan aksara dan bahasa. Pelestarian aksara Jawa, Bugis (Lontara), Bali, Rejang, dan lainnya tidak hanya sebagai bentuk pelestarian, tetapi juga identitas dan kebanggaan etnik. Aksara Lontara yang tercatat dalam naskah-naskah kuno, bahkan pernah digunakan untuk menerjemahkan teks penting bersama bangsa Eropa.
Sebagai negara dengan kekayaan budaya luar biasa, pelestarian warisan Nusantara tidak cukup hanya dengan kebanggaan simbolik. Diperlukan strategi konkret dan menyeluruh, yang melibatkan berbagai pihak : negara, masyarakat adat, akademisi, pelaku seni, generasi muda, hingga pemanfaatan teknologi digital.
Pemerintah daerah dan institusi pendidikan sudah menjalankan program pembelajaran seni budaya, bahasa daerah dan aksara lokal di sekolah, setidaknya sebagai muatan lokal. Dukungan terhadap sanggar seni, komunitas adat, pembuatan film dokumenter lokal, dan festival budaya akan memperkuat keterlibatan generasi muda dalam menjaga warisan mereka.
Pelestarian bahasa daerah terus diupayakan. Badan Bahasa telah melakukan revitalisasi (pemberdayaan kembali) bahasa daerah yang hampir punah. Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) sebagai bagian dari upaya pelestarian bahasa daerah di Indonesia.
FTBIN ini merupakan bagian dari perayaan Hari Pendidikan Nasional dan menjadi wadah bagi para "tunas bahasa ibu" untuk unjuk gigi dan melestarikan warisan budaya mereka. FTBIN merupakan bagian dari program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) yang bertujuan untuk menjaga agar bahasa daerah tetap hidup dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Festival ini menjadi puncak dari proses pembinaan yang dilakukan sepanjang tahun.
FTBIN 2025, misalnya, mengusung tema "Bahasa Daerah Mendukung Pendidikan Bermutu untuk Semua". Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memastikan bahwa bahasa daerah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan. Sebagai contoh, di Jawa Tengah, Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat provinsi akan diselenggarakan di Surakarta pada 14-16 Oktober 2025. Peserta FTBI adalah pemenang dari festival serupa di tingkat kabupaten/kota. Dengan adanya FTBIN dan program-program terkait, diharapkan bahasa daerah di Indonesia dapat terus lestari dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya bangsa.
Selain yang sudah diusahakan tersebut, penting juga dilakukan digitalisasi kamus bahasa daerah, perekaman cerita rakyat, tradisi lisan, dan manuskrip kuno. Platform digital bisa menjadi sarana utama untuk menyelamatkan kekayaan budaya ini dari kepunahan.
Budaya lokal bisa menjadi sumber inspirasi dalam dunia kreatif modern. Mulai dari musik etnik, busana tradisional, kuliner khas daerah, hingga desain interior dan arsitektur berbasis budaya lokal. Hal ini tidak hanya melestarikan, tetapi juga menghidupkan kembali budaya agar relevan dalam kehidupan modern.
Dalam dunia global, Indonesia dapat mengangkat warisan budaya Nusantara sebagai alat diplomasi. Mengusulkan lebih banyak budaya Indonesia ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia, mengirim seniman ke forum internasional, dan membangun museum digital budaya Nusantara akan menguatkan posisi Indonesia sebagai pemimpin pelestarian budaya Asia Tenggara.
Warisan budaya Nusantara bukanlah milik masa lalu semata, melainkan bekal untuk masa depan. Pelestariannya adalah tanggung jawab kolektif seluruh anak bangsa. Budaya bukan sekadar simbol atau hiburan, tetapi jati diri dan fondasi kebangsaan yang harus dijaga dan dikembangkan.
Indonesia, dengan seluruh keberagamannya, telah membuktikan bahwa perbedaan bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan yang menyatukan. Menjadi pewaris berarti memahami akar sejarahnya. Menjadi pelestari berarti menghidupkannya dengan cara-cara baru yang bermartabat. Di tangan generasi masa kini, warisan Nusantara tidak hanya akan bertahan, tetapi akan bersinar kembali di panggung dunia.
Bahkan sistem sosial bisa dikembangkan dari kebijaksanaan leluhur atau kearifan local (local wisdom), asal kita mau menggali dan menghidupkannya kembali. Nilai-nilai lokal bukan hanya harus dilestarikan, tapi bisa menjadi dasar inovasi masa kini.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Urgensi Bahasa Kebangsaan
Rabu, 27 Agustus 2025 19:29 WIB
Indonesia sebagai Pewaris dan Pelestari Warisan Nusantara
Senin, 21 Juli 2025 08:44 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler