Paradoks Pangan antara Kelaparan dan Berlebihan
Rabu, 6 Agustus 2025 17:29 WIBDi saat banyak kabar tentang kesulitan mencari makan, ada persoalan makanan yang terbuang di Indonesia.
Kita sering mendengar bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan utama, yaitu sangan, pandang, dan papan. Di antara ketiganya, pangan entunya menjadi perhatian utama karena berkaitan langsung dengan kehidupan manusia. Namun, sayangnya, makanan yang diproduksi untuk dikonsumsi justru menimbulkan dampak terselubung yang belum disadari sepenuhnya oleh manusia.
Berdasarkan laporan oleh UN Environment Document, diperkirakan bahwa secara global, sekitar 20% makanan yang diproduksi untuk manusia berakhir menjadi limbah. Hal tersebut setara dengan satu miliar porsi makanan layak konsumsi yang terbuang oleh rumah tangga setiap harinya. Angka tersebut bahkan baru diperkirakan sebagai estimasi minimal, sehingga potensi kerugian sebenarnya bisa jauh lebih besar. Hal ini juga menunjukkan bahwa sistem produksi dan konsumsi makanan secara global belum dilakukan dengan efisien.
Istilah food waste sendiri merujuk pada makanan yang terbuang, baik intensional maupun tidak, mulai dari proses produksi hingga sampai pada konsumen. Makanan ini tidak sempat dimanfaatkan atau dikonsumsi dan akhirnya menjadi limbah. Dampak dari food waste ini juga beragam, mulai dari faktor lingkungan, sosial, hingga ekonomi. Ketika makanan dibuang, maka seluruh sumber daya yang digunakan dalam proses produksinya pun turut menjadi sia-sia. Ini mencakup air, lahan, energi, tenaga kerja, dan waktu. Sehingga, food waste bukan hanya kehilangan makanan, namun juga merusak sistem makanan.
Lebih dari itu, food waste turut berkontribusi terhadap krisis iklim. Data dari World Resources Institute (WRI) yang dikutip oleh Aliansi Zero Waste Indonesia menyebutkan bahwa sampah makanan menyumbang sekitar 8% dari total emisi gas rumah kaca global. Hal ini disebabkan oleh gas metana yang dilepaskan saat limbah organik membusuk di tempat pembuangan akhir. Metana merupakan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global dan berlanjut pada perubahan iklim.
Di tingkat regional, Indonesia menduduki posisi yang memprihatinkan. Menurut data dari GoodStats, Indonesia menjadi negara penyumbang food waste terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2024 dengan total limbah makanan sekitar 14,73 juta ton. Angka ini hampir dua kali lipat dari Vietnam yang berada di posisi kedua dengan food waste sekitar 7,08 juta ton. Situasi ini menjadi lebih ironis apabila dikaitkan dengan fakta bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam pemenuhan gizi, tingginya angka stunting, dan kesenjangan akses terhadap pangan bergizi. Kontradiksi ini mencerminkan kegagalan dalam tata kelola pangan nasional. Di satu sisi, masyarakat berteriak kencang karena susah mendapatkan makanan, sementara di sisi lain, jutaan ton makanan terbuang setiap tahun.
Sayangnya, isu food waste belum memperoleh perhatian setara dengan isu-isu lingkungan atau sosial lain. Peran limbah makanan dalam menyumbang gas rumah kaca, misalnya, masih kalah populer dibanding batu bara dan minyak bumi. Begitu pula dalam diskursus sosial, perhatian masyarakat lebih banyak terserap oleh isu kenaikan harga bahan pokok dan inflasi pangan, tanpa disadari bahwa makanan yang terbuang justru dapat memenuhi kebutuhan gizi jutaan penduduk.
Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki peraturan yang secara spesifik dan menyeluruh mengatur pencegahan dan pengelolaan limbah makanan. Kekosongan regulasi ini menjadi celah serius yang menghambat berbagai inisiatif pengurangan food waste di sektor industri maupun rumah tangga. Selain aspek hukum, kesadaran publik tentang isu ini pun masih sangat rendah. Banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa kebiasaan membuang makanan turut mempercepat krisis iklim yang semakin nyata. Oleh karena itu, penanganan food waste di Indonesia harus dilakukan secara terstruktur. Jangan sampai paradoks pangan ini terus dilestarikan karena akan merugikan seluruh lapisan masyarakat.
Sumber:
Aliansi Zero Waste Indonesia. (2023, November 23). Aliansi Zero Waste Indonesia. Retrieved from Bahaya di Balik Menumpuknya Gas Metana di TPA : https://aliansizerowaste.id/2023/11/23/bahaya-di-balik-menumpuknya-gas-metana-di-tpa/
United Nation. (n.d.). United Nation. Retrieved August 2, 2025, from Stop food loss and waste. For the people. For the Planet. : https://www.un.org/en/observances/end-food-waste-day
M, R. (2025, March 10). CNBC Indonesia. Retrieved from Hidup Warga RI Makin Sulit: Beli Bahan Pokok Terpaksa Makan Tabungan Baca artikel CNBC Indonesia "Hidup Warga RI Makin Sulit: Beli Bahan Pokok Terpaksa Makan Tabungan" selengkapnya di sini: https://www.cnbcindonesia.com/research/20250310123655-128-617183: https://www.cnbcindonesia.com/research/20250310123655-128-617183/hidup-warga-ri-makin-sulit-beli-bahan-pokok-terpaksa-makan-tabungan
United Nations Environment Programme. (2024, March). Food Waste Index Report 2024. Think Eat Save: Tracking Progress to Halve Global Food Waste. Retrieved from https://wedocs.unep.org/20.500.11822/45230.
Project Drawdown. (n.d.). Project Drawdown. Retrieved from Reduced Food Waste: https://drawdown.org/solutions/reduced-food-waste
Yonatan, A. Z. (2024, October 29). GoodStats. Retrieved from Indonesia Jadi Penghasil Sampah Makanan Terbesar di ASEAN: https://goodstats.id/article/indonesia-jadi-penghasil-sampah-makanan-terbesar-di-asean-7olEG
Handoyo, M. A., & Asri, N. P. (2023). KAJIAN TENTANG FOOD LOSS DAN FOOD WASTE: KONDISI, DAMPAK, DAN SOLUSINYA. AGRITEPA, 247-258.

0 Pengikut
Paradoks Pangan antara Kelaparan dan Berlebihan
Rabu, 6 Agustus 2025 17:29 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler